Hari yang ditunggu pun tiba, dimana Hasbi dan Ara akan melakukan honeymoon ke Jerman. Setelah melewati waktu yang cukup lama, akhirnya keduanya sampai di Jerman tepat pukul 4 sore. Karena lelah setelah melakukan perjalanan panjang, Ara dan Hasbi memutuskan beristirahat dulu. Pukul 7 malam, Ara dan Hasbi sudah rapi dengan baju mereka masing-masing. Keduanya memutuskan untuk makan malam diluar. Sesampainya di restoran, Hasbi dan Ara memilih tempat duduk paling pojok dekat kaca. Makan datang, dan mereka mulai menyantap makannya. "Kamu suka?" tanya Hasbi setelah menghabiskan semua makanannya. "Suka. Ini makanan yang aku inginkan beberapa hari yang lalu," jawabnya dengan raut wajah cerah. "Setelah ini kita akan kemana lagi?" tanya Ara. "Tentu saja pulang ke hotel," balas Hasbi membuat Ara melotot. "Kenapa?" tanya Hasbi dengan bingung karena reaksi istrinya. "Aku belum puas menikmati suasana Jerman, Hasbi." Ara berucap dengan raut wajah masam. Baru satu jam mereka berjalan-jalan. Na
Sudah 3 hari Hasbi dan Ara menghabiskan waktu di Jerman. Selama 3 hari, mereka terus berkeliling dan mengunjungi tempat wisata indah yang ada di sana. Seperti saat ini, Hasbi dan Ara sedang berada di salah satu pantai. Bukan tanpa alasan mereka datang ke pantai ini, tetapi, Ara yang memintanya. "Ah, kenapa tiba-tiba aku merindukan Om Mars?" gumam Ara yang tengah memejamkan mata dengan posisi berbaring di atas ayunan yang ada di pantai itu. "Kamu merindukan siapa?" tanya Hasbi dengan menatap tajam istrinya. "Om Mars. Sudah 3 hari kita meninggalkan dia, aku merasa sangat merindukannya," ucap Ara masih dengan memejamkan matanya. Ara sama sekali tidak menyadari, bahwa ucapannya tadi membuat singa dalam diri Hasbi terbangun. Tiba-tiba saja, Ara merasa ayunannya terasa berat. Dan saat membuka mata, Ara terkejut mendapati Hasbi tengah menindihnya. "Hasbi, apa yang kau lakukan? Turun lah! Kau sangat berat," ucap Ara dengan mendorong kasar suaminya. Bukannya beranjak pergi, Hasbi malah se
Ara terus melangkah menelusuri jalan sepi, gadis itu tak memiliki pilihan lain selain berjalan kaki menuju perusahaan temannya, untuk melamar pekerjaan. Belum sampai 15 menit dia jalan, Ara dikejutkan dengan kedatangan segerombolan preman bertubuh kekar. Ara mencoba tenang, dan berjalan melewati para preman itu. Namun, keberuntungan seakan sedang tidak memihak Ara. Tangan dia di cekal oleh salah satu preman itu, lalu menariknya. "Kau mau kemana, Nona manis?" tanya preman itu. "Tolong lepaskan saya, Tuan. Saya tidak berniat mengganggu anda dan teman teman anda." "Tapi dengan datangnya kau ke sini, itu artinya kau menyerahkan diri pada kami, Nona," ucap preman lainnya. Tak lama gelak tawa keluar dari bibir para preman itu, dan itu membuat Ara semakin ketakutan. Dia sekuat tenaga mencoba terlihat tenang, dan membaca doa dalam hati. Semoga ada orang yang mau membantunya lepas dari para preman itu. Kali ini sepertinya Tuhan sedang berbaik hati padanya, tak lama ada sebuah mobil yang be
Sesampainya di rumah, Hasbi segera menemui Ayah dan Mamanya. Ia akan bertanya, ada kejadian apa selama ia di penjara. Karena Hasbi yakin, hanya orang tuanya lah yang akan memberitahunya. "Ma, Ayah." Kedua pasangan yang sudah tidak muda itu mengalihkan netranya dari televisi yang sedang mereka tonton. "Ada apa?" tanya Gina, Mama Hasbi. "Aku ingin bertanya sesuatu, apa boleh?" Yuda, Ayahnya Hasbi mengerutkan dahinya saat melihat wajah serius dari putra satu satunya itu. Sedangkan Gina hanya mengangguk dan mengizinkan Hasbi untuk bertanya. "Apa kalian mengetahui tentang sesuatu yang terjadi delapan tahun yang lalu pada keluarga Ara?" tanya Hasbi dengan hati hati. Mendengar putranya membawa nama Ara, Nyonya Gina tampak menatap tak suka pada Hasbi. "Jangan membahas tentang dia lagi, Mama tidak suka. Karena mereka kau jadi masuk penjara 8 tahun lamanya.""Tapi, Ma–""Sudah cukup, jangan menyalahkan terus dirimu. Karena ini sepenuhnya bukan salahmu, tapi juga salah Tuan Wijaya. Jika saj
Satu tahun kemudian. Di hotel bintang lima, tampak banyak sekali orang berlalu lalang untuk mengucapkan selamat pada Hasbi. Karena malam ini, Hasbi resmi bertunangan dengan Angel, kekasihnya. Ya, Hasbi memutuskan untuk menerima tawaran Mamanya, setelah Ara pergi satu tahun lamanya. Namun, Hasbi juga tidak menyerah dan tetap mencari keberadaan Ara, walaupun kini ia sudah memiliki tunangan. "Sayang," Angel menepuk pelan tangan Hasbi yang tampak melamun, dan tidak menikmati acara pertunangan mereka. Padahal Angel sangat tahu, bahwa Hasbi sangat mencintainya. "Ada apa?" tanya Hasbi mencoba fokus. "Kau tidak senang?" ucap Angel berbalik tanya. Sedangkan Hasbi hanya diam dan tak menjawab pertanyaan tunangannya itu. Ia hanya sedang bingung dengan dirinya, mengapa ia tidak bersemangat sama sekali di hari penting ini."Aku senang," balas Hasbi singkat. "Lalu, kenapa kau tampak melamun?" tanya Angel kembali. "Aku hanya kelelahan, kau jangan khawatir." Hasbi memberikan senyum semanis mungk
Tak terasa sudah satu bulan saja Ara tinggal di Jakarta, selama satu bulan itu pula, Ara menuruti dan mematuhi pesan Omnya. Ara tidak keluar apartemen, jika tidak ada hal yang sangat penting. Namun, akhir akhir ini ia selalu keluar untuk melamar pekerjaan. Ara berfikir ia perlu bekerja agar tidak merepotkan Mars terus menerus. Walaupun Mars Omnya, tetap saja Ara merasa tidak enak karena terlalu bergantungan. Seperti hari ini, Ara baru saja melamar pekerjaan di salah satu restoran makanan khas Jepang, dan kali ini lamarannya di terima. Ia pun memutuskan untuk pulang saat jam menunjuk angka sembilan malam. Namun, saat akan pulang. Ara tidak menemukan kendaraan apapun, dengan terpaksa ia berjalan kaki dan berharap di jalan ia mendapatkan taksi atau gojek. Tetapi sudah setengah jam ia jalan kaki, Ara tak kunjung mendapatkan taksi. Ara berhenti di tepi jalan, mengistirahatkan kakinya yang tampak pegal karena jalan kaki terlalu lama. "Huft ... Apakah tidak akan ada taksi yang lewat?" Gumam
Setelah kejadian malam panas itu, Ara tidak lagi keluar apartemen. Ia juga membatalkan pekerjaan sebagai pelayanan restoran. Kini yang ia lakukan hanya berdiam diri di dalam apartemen, ia masih merasa takut untuk keluar apartemen. Ara hanya akan keluar jika ia membutuhkan sesuatu yang sangat penting. Seperti hari ini, Ara tengah malas malasan di apartemennya. Sejak pagi ia tidak memiliki gairah untuk melakukan apapun, yang ingin ia lakukan hanya rebahan di atas kasur. Bahkan ia tak membersihkan apartemen, dikarenakan ia sedang tidak mood. Saat asik-asiknya rebahan, Ara terpaksa menghentikan kegiatannya karena suara bell apartemennya. Dengan malas Ara pun turun dari kasurnya, dan pergi menuju pintu untuk melihat siapa yang bertamu di siang bolong seperti ini. "Ck, ganggu orang aja." Gerutu Ara sambil membuka pintu apartemennya. Namun, saat melihat siapa yang telah mengganggu waktunya, raut wajah Ara menjadi datar tanpa ekspresi. Di hadapannya, ada nyonya Gina dan laki-laki cukup tua
Malam semakin larut, bahkan jam sudah menunjukkan angka 01.00. Tetapi, Hasbi tampak tidak menyerah mencari keberadaan Ara. Hasbi terus-menerus mencari Ara, hingga ia tak menyadari, ponsel miliknya terus saja berdering. "Kau menemukannya?" tanya Hasbi pada bodyguard, yang ia suruh untuk mencari Ara. "Ya, Tuan. Pesawat yang ditumpangi Nyonya Ara, pergi menuju LA." Balas bodyguardnya. "Siapkan semuanya, saya ingin malam ini kita berangkat ke LA. " "Baik, Tuan."Bodyguard itu pergi untuk menyiapkan penerbangannya. Sedangkan, Hasbi kembali ke dalam mobilnya untuk beristirahat. Saat membuka ponsel, ia sangat terkejut mendapati begitu banyak panggilan tak terjawab dari Angel, tunangannya. Namun, bukannya menelpon balik. Hasbi malah mematikan ponselnya, karena ia memang sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun termasuk kedua orangtuanya dan tunangannya itu.Tak lama, bodyguard Hasbi pun datang dengan membawa koper kecil. "Apa isi koper itu?" tanya Hasbi dengan bingung, karena ia tak menyu