..."Angkat wajahmu Anne." Seru Julian seraya mengangkat dagu Anne dengan jari telunjuknya. Namun Anne hanya menggeleng dan terus menunduk. Julian tersenyum tipis melihat tingkah Anne yang salah tingkah seperti ini. Entah kenapa Julian menyukainya. Dia suka melihat wajah seputih dan selembut kapas itu merona kemerahan. Mereka kini berada di luar markas militer. Setelah kejadian beberapa saat yang lalu, Julian dan Anne memutuskan untuk pergi keluar dari ruangan itu. Dan selama perjalanan jantung Anne tidak pernah berhenti untuk terus berdetak. Apalagi begitu dia mengingat ucapannya beberapa saat yang lalu. Anne merasa malu dan tidak berani menatap Julian lebih lama. "J-jack ... Jangan seperti ini." Tegur Anne mendorong Julian saat pria itu mencoba untuk menghapus jarak mereka. "Kenapa?" Tanya Julian mengangkat satu alisnya. Anne semakin menunduk dalam. "Aku malu. Bagaimana jika ada orang yang lihat?" Cicit Anne pelan. Julian tersenyum kecil. Dia memberikan usapan lembut di kepala
...Sementara itu terlihat Eudora yang terus mondar-mandir tidak tenang di tempatnya. Gadis dengan rambut hitam pekat sedikit bergelombang itu tengah di landa kegelisahan. Bagaimana tidak? Beberapa hari yang lalu Eudora mengirimi Julian surat, tapi bahkan sampai sekarang tidak ada balasan apapun dari Julian untuknya. Hal itu membuat Eudora menjadi cemas. Dia takut terjadi sesuatu pada Julian di sana. "Eudora, apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Maria. "Ibu ratu," sapa Eudora. "tidak, aku hanya sedang mencari udara segar saja." "Ini sudah malam. Sebaiknya kau beristirahat," ujar Ratu Maria. "Iya, sebentar lagi aku akan istirahat." Ratu Maria tersenyum simpul. Dia mengusap kepala Eudora dengan lembut. "Baiklah. Jangan terlalu malam," pesan nya sebelum kemudian berlalu pergi. Setelah kepergian dari ratu Maria, Eudora kembali bergerak gusar. Dia menggigiti kuku nya dengan raut yang gelisah. Eudora mendongak menatap langit yang sudah gelap, lalu menghela nafasnya dan memutuskan untu
..."Pangeran." Duck memanggil Julian yang berdiam diri di luar tenda mereka. Kemudian melangkah menghampirinya. Mendengar panggilan dari pengawal Duck membuat Julian melirik singkat tanpa menyahutinya. Lalu memalingkan wajahnya saat Duck sudah berdiri di sampingnya. Duck menatap wajah Julian sebentar. Padahal ini sudah sangat larut malam, tapi pangeran Julian masih betah berdiri di sini. Mengabaikan angin malam yang semakin dingin kian menerpa tubuh pria itu. Julian masih diam, menunggu Duck untuk melanjutkan bicara. Julian memandang lurus ke depan, sedang telinganya sudah siap untuk mendengarkan ucapan Duck. "Raja meminta kita untuk pulang," ujar Duck kemudian. Sontak Julian menolehkan wajahnya yang beraut datar. Menautkan kedua alisnya dengan wajah merengut tidak suka. "Pulang? Kenapa?" Tanya nya. Duck hanya menggeleng pelan. "Entahlah, raja tidak mengatakan alasannya," jawab Duck. Julian mendengus kasar. Tanpa mengucapkan sepatah kata Julian melenggang pergi begitu saja. Me
...Pagi ini Julian beserta rombongan baru saja tiba di Thedas. Kepulangan mereka di sambut senang oleh semua keluarga kerajaan. Terutama Eudora yang begitu bahagia melihat Julian. Wanita itu sungguh sangat menantikan kepulangan pangeran Julian jauh-jauh hari. "Pangeran! Akhirnya kau pulang. Aku sangat merindukanmu," ujar Eudora yang memeluk Julian dengan erat. Julian memasang wajah datar. Matanya menatap lurus ke depan tanpa sedikitpun ingin membalas pelukan dari Eudora. Dengan paksa Julian menarik Eudora untuk menjauh dan meliriknya dingin. Julian melanjutkan langkah menghampiri ibunya. Sedangkan Eudora mendengus kesal atas penolakan yang diberikan oleh Julian. "Syukurlah nak, kau pulang dengan selamat," ujar Ratu Maria memeluk singkat putranya. Julian hanya bergumam. Matanya mengedar dan tidak mendapati kehadiran ayahnya di sini. "Dimana ayah?" Tanya nya. "Raja ada di paviliun istana. Temui dia. Raja pasti senang melihat kau pulang," seru ratu Maria. Julian mengangguk singka
..."Anne! Kembalikan jepit rambutku!" Teriak Jessie."Tidak mau! Wlek!" Dengan sengaja Anne menjulurkan lidahnya pada sang kakak. Jessie mendengus. Sungguh pagi ini dia dibuat kesal oleh Anne yang bertingkah jahil padanya. Sekiranya sudah sejak tadi kakak beradik itu saling mengejar satu sama lain hingga membuat para dayang yang melihat hanya bisa geleng kepala. "Anne!" Teriak Jessie sudah semakin kesal. Namun Anne masih tetap memasang wajah menyebalkan nya. Gadis dengan rambut pirangnya yang di ikat satu menjuntai ke bawah serta klip rambut berwarna biru yang tersalip indah di sisi kepalanya. Ia terlihat senang karena sudah berhasil menjahili kakaknya. Kini sifat Anne sudah kembali. Berbeda sekali dengan kemarin yang justru memasang wajah murungnya. "Coba saja kalau bisa," sahut Anne dengan bibir yang mengejek. Astaga. Jessie benar-benar tidak habis pikir dengan tingkah jahil yang Anne lakukan. "CK." Jessie berdecak kesal lalu berlari mengejar Anne yang sudah lebih dulu menghi
...Tanpa sepengetahuan raja Charles, Julian keluar dari istana Thedas. Lengkap dengan penutup wajah di kepalanya dan sebilah pedang yang ia bawa di balik punggungnya. Julian berjalan dengan wajah jemawanya. "Pangeran," sapa Duck begitu Julian menghampirinya. Julian hanya melirik tanpa menyapa balik. Setelah itu mengambil alih seekor kuda yang sejak tadi Duck bawa untuknya. "Kau yakin akan pergi?" Tanya Duck memperhatikan Julian yang hendak untuk menaiki kudanya. "Kenapa?" Julian balik bertanya dengan datar. Sontak Duck langsung menggeleng. "Tidak. Hanya saja ... Bagaimana jika raja mencari dan mencurigaimu?" Sejenak Julian terdiam mendengar ucapan Duck. Namun kemudian Julian kembali bersikap tenang. "Katakan aku pergi berburu," ujar Julian. Mendengar jawaban dari Julian membuat Duck menatap ragu. Pasalnya, mana mungkin Duck mengatakan kebohongan terlebih itu pada raja. "Itu artinya aku harus berbohong?" Ucap Duck meragu. Dengan cepat Julian mengangguk. "Iya. Kau keberatan?"
...Selama beberapa hari terakhir ini Julian seringkali diam-diam pergi meninggalkan istana Thedas. Tujuannya hanya satu, yaitu bertemu dengan Anne di Neverland. Beruntungnya tindakan Julian itu tidak mendapat kecurigaan dari raja Charles selaku sang ayah. Seperti sore ini, saat menjelang malam Julian baru saja kembali dari perginya. Julian memasuki istana dengan perasaan senang yang ia bawa. Para prajurit penjaga dengan hormat menyambut kepulangan Julian. "Pangeran," sapa Duck tersenyum simpul begitu melihat Julian sudah berada di depannya. Pangeran Julian hanya melirik sepintas. Kemudian melompat turun dari kudanya. Melihat itu, dengan gesit Duck mengambil alih kuda yang di tunggangi Julian tadi. "Bagaimana dengan hari ini?" Tanya Duck tersenyum penuh arti. Julian menurunkan penutup wajahnya lalu menoleh pada Duck. "Aku masih merindukan nya," sahut Julian pelan. Seulas senyum terbit di bibir Duck. Pengawal Duck menggeleng pelan seraya mendengus geli begitu mendengar jawaban d
..."Haha ... Jack, hentikan. Itu geli!" Anne tertawa dengan wajah meronanya. "Jack!" Pekik Anne setengah merengek. Tawa itu masih terdengar dari bibir Anne. Sejak tadi Julian tidak berhenti mencium dan mengendus leher miliknya. Dan itu membuat Anne tidak bisa berhenti untuk tertawa karena merasa geli akibat tindakan dari Julian. Namun seolah tuli, Julian tidak menggubris. Pria itu terus mencium Anne dengan lembut. Bagi Julian, Anne seperti candu untuknya. Julian tidak bisa sedikitpun berpaling dari gadis itu. "Aku merindukanmu, Anne." Julian berbisik dengan nada pelan. Wajah cantik Anne semakin merona mendengar pengakuan itu. Anne menahan senyum di bibirnya. "Sangat rindu," imbuh Julian lalu mendaratkan kecupan singkat di pipi merah milik Anne. Hal itu membuat Anne semakin menahan senyum di bibirnya. Jantungnya bahkan sudah berdegup dengan kencang. Julian tidak bohong saat mengatakan itu. Berjauhan dengan Anne memang membuat Julian selalu merindukan gadisnya. Julian tidak pern