“Kau tahu, kejadian perampasan Kerajaan Mandelein, sudah diketahui oleh Kerajaan Gambera. Jadi kau tahu kan, apa maksudku?”
Yang Mulia Geld mengangkat wajahnya menatap tidak percaya ke arah Yang Mulia William. Kerajaan Gambera sangat terkenal dengan rajanya yang nekad dengan elegan. Mendekati kerajaan yang menurutnya menguntungkan, menawarkan peleburan kerajaan, hingga akhirnya menguasai kerajaan tersebut. Tidak ada yang dirugikan, bisa dibilang kedua sama-sama untung. Jika berita itu sudah sampai pada raja Kerajaan Gambera, secara tidak langsung nyawa Pangeran Louis benar-benar berada di ujung tanduk.
Melihat wajah pucat Yang Mulia Geld, membuat Yang Mulia William mengulas senyum. “Aku menyetujui perjanjian agresi denganmu. Dengan syarat, jika kau berkhianat, bersiaplah. Siapa yang akan memenggal kepalamu diantara kami berdua.”
Di koridor Kerajaan Wisteria. Yang Mulia Glocius baru saja menghabiskan makanannya. Dia makan dengan sangat lah
Pukul 11 malam. Pangeran Gavin masuk ke dalam ruang pertemuan. Dia tidak sabar ingin mendengar cerita dari Gabriel tentang perjamuan tadi sore. Begitu Pangeran Gavin masuk, kelima teman-temannya sudah duduk menunggunya dengan beberapa camilan di atas meja. Pangeran Gavin duduk di kursi favoritnya menatap ke arah Gabriel. “Bisa ceritakan sekarang?” Melihat tingkah tidak sabaran dari Pangeran Gavin, membuat Gabriel tertawa pelan. “Kau tidak sabaran, Pangeran. Tapi baiklah, aku akan menceritakan semuanya padamu.” Gabriel mulai bercerita mengenai kejadian yang dialaminya sore ini. Tidak ada satupun yang menyela. Mereka menyimak baik-baik hingga cerita usai. Azura tertawa ketika cerita usai. Satu hal yang membuatnya tertawa adalah wajah pucat Yang Mulia Geld. “Benar-benar langka. Ah, aku jadi berharap bisa melihatnya.” Leo menatap Azura kemudian mengalihkan pandangannya menatap Gabriel. “Kenapa Yang Mulia Geld sangat nekad? Tidakkah berpikir jika datang sama saja menyerahkan nyawanya?”
Pukul lima pagi. Matahari perlahan mulai keluar, mengintip dari balik gunung. Membiarkan cahayanya bergerak menyapu apapun yang dilewatinya. Warga kerajaan sudah mulai beraktivitas. Beberapa pulang dari hutan membawa sepikul tumpukan kayu bakar. Ada juga yang sedang memasak untuk makan anak-anak mereka.Di balik gerbang Kerajaan Mandelein. Tidak ada satu warga pun yang tahu kalau pemimpin mereka bahkan sang putri tidak ada di dalam kerajaan. Mereka tidak curiga dengan keberadaan prajurit Kerajaan Thorn yang berlalu-lalang. Putri Olivia melarikan diri dari gerbang belakang istana, dengan kata lain bertolak belakang dengan rumah-rumah penduduk. Jadi tidak ada yang tahu kejadian tragis yang terjadi di dalam istana.Hal itu dimanfaatkan oleh Pangeran Louis yang menggelar penobatan raja baru beberapa hari yang lalu. Dengan dalih bahwa dia sudah dipercaya oleh sang raja untuk memimpin Kerajaan Mandelein dan bertempat tinggal di sana. Rakyat pun percaya. Tanpa tahu apapun, me
Empat jam perjalanan. Kereta kuda milik Pangeran Louis akhirnya tiba di Kerajaan Thorn. Kereta kuda berhenti di depan istana. Dengan cepat, Pangeran Louis keluar dari kereta kuda kemudian melangkah cepat ke ruangan milik ayahnya. Sedangkan Dean tidak mengikuti Pangeran Louis, dia membiarkan sang pangeran bertindak sesuai dengan nalurinaya.Pangeran Louis mendobrak pintu ruangan dengan kakinya membuat pemilik ruangan terlonjak kaget. Dengan langkah lebar, Pangeran Louis melangkah masuk, menatap Yang Mulia Geld dengan tatapan penuh kebencian.Yang Mulia Geld yang tidak tahu apapun, melangkah mendekat. “Kau ini kenapa, Louis?”“Jawab pertanyaanku, Ayah. Apa yang kau lakukan di Kerajaan Wisteria?!” Pangeran Louis memekik kesal. Tidak ada pembicaraan dari hati ke hati, karena itu bukan tipe Pangeran Louis. Ambisinya terhadap kekuasaan membuatnya menjadi seseorang yang sangat kasar.“Hah?! Apa yang kau bicarakan, Louis?” Yang
Norman tersenyum miring, menyambut adu pedang dari Dean dengan senang hati. Sedangkan Pangeran Louis dan Astra masih setia mengacungkan pedangnya dan enggan untuk bergerak pertama kali.Pangeran Louis memicingkan matanya. “Biar kukatakan padamu. Kembalikan Putri Olivia padaku.”Mendengar nada perintah dari Pangeran Louis, Astra justru terkekeh mengejek. “Mengembalikan padamu? Ia bukanlah milikmu.”Pangeran Louis menggeram pelan. “Kalau begitu, ia juga bukan milik kalian. Jadi jangan seenaknya sendiri.”Astra tersenyum tipis. “Putri Olivia memang bukan milik kami, tapi semenjak kau merebut semuanya, dia sudah menjadi bagian dari Kerajaan Wisteria. Semua yang berhubungan dengannya, juga menjadi urusan kami.”“Sialan!” Pangeran Louis menerjang maju dengan pedangnya yang mulai berayun ke arah Astra. Suara pedang yang saling bebenturan memenuhi ruangan. Tanpa ingin bergeser menjauh, Astra senan
Di dalam perpustakaan Kerajaan Wisteria. Putri Olivia berjalan mengitari rak buku tentang sejarah. Karena pembicaraan pagi tadi, dia mulai tertarik untuk mencari kebenaran mengenai Kerajaan Kassera. Hari ini ditemani Lucy dan Maya, tanpa adanya Leo ataupun Pangeran Gavin. Empat tingkat rak buku, tidak menunjukkan adanya buku mengenai Kerajaan Kassera. Tak menyerah begitu saja, Putri Olivia kini berganti mencari buku mengenai sejarah terbentuknya negeri ini termasuk kerajaan-kerajaan yang berdiri sampai sekarang. Satu buku, dua buku, hingga tiga buku dibawa oleh Putri Olivia ke tengah ruangan, di mana Lucy dan Maya berada. “Anda sudah menemukan bukunya, Putri?” Maya membuka suara, ketika Putri Olivia duduk di sofa dengan tiga buku di atas meja. “Tidak sama sekali. Aku hanya mengambil buku yang kemungkinan ada jejaknya.” Putri Olivia membuka satu buku, membaca satu persatu daftar isi yang tercetak, lantas memutuskan untuk mulai membaca dari halaman tengah. Maya
“Panggilkan dokter!” pekik Astra seraya menatap Gabriel.Gabriel mengangguk dan bergegas pergi.Leo berjongkok dan membantu Astra memindahkan Azura ke sofa. Dia bahkan pergi mencari kain dan air untuk menghilangkan sisa darah yang berceceran.Pun dengan Pangeran Gavin yang ikut mendekati Astra. “Sebenarnya apa yang terjadi?”Astra yang semula berjongkok, perlahan berdiri seraya menatap ke arah Pangeran Gavin. “Aku tidak tahu. Tiba-tiba saja dia muntah darah.”“Apa dia makan sesuatu yang aneh?”“Tidak. Dia tidak makan apapun.”“Apa sebelumnya dia pernah seperti ini?”“Tidak sama sekali.”Krek!Pintu ruangan terbuka dengan Gabriel dan dokter yang melangkah masuk. Baik Astra maupun Pangeran Gavin, menjauh dari sofa, membiarkan dokter memeriksa Azura. Bahkan Leo pun ikut menjauh setelah membersihkan darah di tangan Azu
“Kenapa Anda mau menunggu, Yang Mulia? Tidak seperti Anda yang biasanya.”Yang Mulia Glocius mengambil potongan apel di depannya kemudian memakannya. “Kerajaan yang akan kita rebut, merupakan kerajaan sahabat dari William. Dan William adalah sahabatku. Walaupun kerajaan itu sudah diambil alih dan bukan lagi di tangan sahabat William, namun aku masih menganggap kalau kerajaan itu masih miliknya. Aneh memang. Apalagi, pewaris tunggal Kerajaan Mandelein masih ada. Baginya, jika kita merebut kerajaannya tanpa sepengetahuannya maka itu sama saja melukainya untuk yang kedua kalinya. Untuk saat ini, biarlah kita diam sejenak untuk menunggu.”“Boleh saya tahu alasan Anda menginginkan Kerajaan Mandelein, Yang Mulia? Apa mungkin karena rumor masa lalu yang mengatakan jika Batu Permata Ruby ada di Kerajaan Mandelein. Sehingga Anda memutuskan untuk mengambil alih kerajaan tersebut.” Panglima Sam kembali melontarkan pertanyaan yang membuat Yang M
Pukul 11 malam. Di ruangan Pangeran Gavin. Malam ini, tidak ada pertemuan rutin. Karena dua rekannya sedang tidak dalam posisi bisa hadir dan Pangeran Gavin pun memutuskan untuk tidak mengadakan pertemuan. Sebagai gantinya, Leo, Gabriel, dan Cora harus secara bergantian menjaga Azura di kamarnya. Bahkan sampai sekarang pun, Azura masih tidak sadarkan diri. Dokter yang datang dengan membawa obat, pun sudah memeriksa dan mengatakan tidak adanya hal aneh pada Azura. Obat yang diminumkan pun tidak membuat Azura sadar. Untuk saat ini, Azura sedang tidur, mengistirahatkan dirinya, tanpa tahu kapan dia akan terbangun. Di dalam ruangannya, Pangeran Gavin duduk di belakang meja dengan tumpukan berkas di depannya. Berita sore tadi, mengatakan kalau Norman sudah kembali dan akan kembali ke tempat Astra besok pagi. Pangeran Gavin tidak khawatir pada Astra yang jauh darinya, namun dia sendiri tahu kalau Astra saat ini pasti khawatir dengan kondisi Azura. Jika bukan karena tugas, Astra pa