Aku mengernyitkan kening.Dari apa yang baru saja kita lakukan, apanya yang rahasia?Yang barusan ini ‘kan hanya memindahkan specimen darah dari tabung kecil ke cawan.“Oh! ya,” jawabku singkat. Tapi, ancaman halus itu, tak urung membuat rasa penasaran yang sudah hampir penuh ini meluber.“Ayo!” perintah asisten manajer ini sambil keluar ruangan.Bagai anak itik, aku mengekor emak asisten manajer itik ke ruangan akhir yang kami boleh masuki.“Tugasmu adalah memperhatikan cawan-cawan itu masuk ke ruangan sebelah dengan berurutan. Perhatikan nomor yang ada di cawan itu dengan label yang ada di spesimen tadi. Data label specimen itu bisa dilihat di sini. Layar ini akan menunjukkan identitas specimen darah yang sedang masuk ke ruangan sebelah,” jelas asisten itu.Jari-jarinya menunjuk-nunjuk sebuah layar sebesar tablet yang berada di bawah kotak tertutup kaca yang alasnya berjalan dengan pelan.“Tekan ini jika cawan-cawan itu berjalan dengan nggak semestinya,” imbuhnya sambil menunjuk sat
Seketika imajinasiku mengembara pada film-film horor yang pernah kutonton.Tapi, ini dunia nyata ‘kan?Akhirnya, aku memaksakan diri untuk menepikan apa yang bergulung-gulung dalam pikiran ini. Kemudian, aku masuk ke ruang kedatangan.Ruang kedatangan ini adalah ruang pertama departemen ini yang difungsikan untuk menerima sampel-sampel darah baru atau barang lain yang akan digunakan di departemen ini.Bagian depan ruang ini adalah jendela kaca lebar yang hanya bisa dibuka di bagian bawahnya. Bagian bawah jendela itu adalah kotak penghubung yang digunakan untuk mensterilkan barang-barang yang baru datang.Di depan jendela kaca itu terdapat meja yang cukup besar dan di sana sudah ada carrier yang berisi specimen darah.Aku melakukan pengecekan, identifikasi dan memasukkan data-data specimen itu dalam data base komputer. Lalu, menyimpan tabung-tabung kecil itu dalam ruang khusus. Kemudian aku kembali berdiri di depan meja ruang kedatangan.Sejenak aku termenung.Kupikir project Darah Mal
Sebuah pemandangan yang seharusnya tak mungkin ada dan terjadi dalam sebuah laboratorium, apalagi Laboratorium besar seperti Omega ini terpampang di depan mata.Ruangan yang lumayan besar itu tidak hanya terlihat berantakan, tapi juga kotor dan menjijikkan.“Masuk!” perintah Mina ketika melihatku berdiri kaku di depan pintu.“Dan jangan bertanya!” ancamnya dengan nada tegas.Dengan pelan dan kaku, aku melangkah ke ruangan ini.Huh! Untung aku memakai masker, jika tidak mulut yang ternganga ini akan kelihatan jelas.“Kita akan membersihkan tempat ini,” jelas Mina singkat.Wanita itu berjalan ke sisi kiri dinding, lalu menekan satu tombol yang sekilas tak terlihat. Dinding itu terbuka dan botol-botol yang berisi bahan kimia pembersih terlihat berderet di sana. Aku melihat satu botol etanol dan alkohol berada di deretan paling depan.Aku berjalan ke sisi kanan, lalu berdiri termangu di antara dua kursi yang ditinggalkan tanpa dirapikan dulu.Dengan pelan, aku meluruskan posis kursi berod
Aku diam menunggu Pak Badzan yang hanya menatapku lekat.“Dan dia ....” Laki-laki ini menggantungkan kalimatnya.Aku menangkap ada selarik keraguan melintas dalam raut wajahnya yang ... syukurlah ... bukan penampakan kedua.“Em ... Pak Daffar memintaku untuk menyampaikan ini padamu. Dia meminta secara khusus agar ... Kamu bisa menjadi asisten pribadinya,” ucapnya dengan berat.Menilik dari wajah lawan bicaraku ini, aku melihat ada satu kelegaan dibalik ucapan yang berat itu.Heh?!Asisten pribadi?Nggak salah?Aku termangu dalam keterkejutan.“Em ...aku tahu, Anneth. Ini seperti ... em ... nggak ada hubungannya dengan job description Kamu di lab ini. Tapi ....” Dia kembali menghentikan ucapannya.Mungkin Pak Badzan melihat ekspresi wajahku yang heran.“Em, begini, seperti yang kukatakan di awal bahwa Mister Daffar bisa dibilang memiliki laboratorium Omega ini, jadi, menurutku, nggak ada salahnya untuk memikirkan permintaan itu, Neth.” Suaranya berubah membujuk.“Dan ... Anneth, Kamu h
Aku harus menahan perasaan kesal dalam dada ini ketika melihat notifikasi email yang menyembul di bagian atas layar.Sebuah email dari Human Resource Lab Omega.Pikiran ini sudah bisa menebak apa isi email ini.Jari ini menekan notifikasi itu.Allen mendekat dan ikut melongok layar yang menyala ini.“Wah! Cepet banget prosesnya! Lihat ini!” seru Allen sambil menunjuk satu kalimat.“Anda ditugaskan untuk menjadi asisten pribadi dari pemilik saham Lab Omega, Bapak Daffar. Wah! Aanneeth!” seru Allen sambil berjingkrak.Tentu saja, Allen girang, dia nggak tahu apa yang akhir-akhir ini kulihat.Ah! Benar-benar nggak masuk akal!Katanya memberikan waktu untuk berpikir, masa baru beberapa menit keluar dari ruangan kerjanya, email penugasan ini sudah dikirimkan?!Aku menghentikan langkah kaki ini untuk membaca kembali email ini dari atas sampai bawah. Dan ....“Diharapkan datang ke kantor di alamat ini untuk menemui Mister Daffar, besok pada tanggal ....”Aku benar-benar mengelus dada membaca
Aku tercekat.Mata ini terbelalak maksimal, sedang mulut ini ikut ternganga.Aku ingin menghindar dari serangan bola cahaya merah itu tapi tubuh ini seolah beku, kaku nggak bisa digerakkan.Oh my God!Aku hanya bisa berteriak dalam hati.Eh!!!Sejangkauan tangan lagi bola itu akan mengenai kepala ini, tapi mendadak, bola itu berhenti. Kemudian, bulatan cahaya merah itu membal-membal pelan, berhenti di udara, lalu luruh ke lantai.Kepala ini bergerak mengikuti gerakan meluruh bola cahaya merah itu. Dan ketika bola itu menyentuh permukaan lantai, cahayanya pecah menjadi serupa percik-percik air yang menyebar. Percik-percik air itu kemudian pudar dan menghilang seperti terserap ke dalam lantai gedung ini.“Aku datang untuk mengingatkanmu, Kamu harus hadir di pertemuan itu!”Walaupun kepala ini tertunduk, tapi telinga ini mendengar suara laki-laki yang entah datang dari mana itu.Beberapa saat kemudian sunyi hadir.Suara denting pedang beradu dan suara teriakan serta suara desing lemparan
Kedua bahu ini tegak, sedangkan tatapan ini menyalurkan rasa penasaran.“Bisa dijelaskan lebih lanjut acara apa itu, Daffar? Apa itu berkaitan dengan pekerjaan lab?” tanyaku mengiringkan satu penolakan halus.Laki-laki ini tersenyum lebar.“Itu acara yang akan menjawab pertanyaanmu kenapa aku memilihmu. Bukankah Kamu ingin tahu itu?” jelasnya dengan cerdik.Pfuh ... akhirnya aku hanya kembali bisa menganggukan kepala.“Oke, kurasa cukup untuk saat ini, Kamu bisa kembali ke Lab Omega dan bersiap untuk acara petang nanti. Oh ya, Kamu bisa mengenakan busana casual, jangan pakai jas lab ya,” selorohnya dengan menyertakan senyum.“Ya,” jawabku singkat.Kemudian, aku meninggalkan ruangan itu setelah mengucapkan salam perpisahan.Sejak menggantikan Sinna di acara yang diselenggarakan di penthouse Daffar itu, sepertinya aku harus mempersiapkan diri untuk melihat semua hal yang aneh.Tapi, walaupun sedemikian rupa menguatkan mental dan bersiap melihat serta mengalami hal aneh, tak urung apa ya
Perhatianku masih terpaku pada wanita cantik yang duduk dengan anggun beberapa langkah jauhnya dari tempatku duduk. Kini wanita itu mendekatkan gelas kaca bening ramping ke bibirnya, lalu menyesap isi gelas yang berwarna merah tua keunguan itu. Agh! Mendadak satu angin yang cukup keras mendorong punggung ini. Punggung ini terhuyung ke depan. “Tunggu apa lagi? Cepat pergi!!!” Suara dengan nada tinggi itu kembali terdengar. Jika menilik para tamu yang berada disekitarku yang tak bereaksi apapun, pasti hanya aku saja yang mendengar suara ini. Tiba-tiba pikiran-pikiran melintas dalam benak. Kenapa aku harus berada di sini? Apa untungnya aku berada dalam acara ini? Toh mereka semua tak ada hubungannya denganku. Mereka bukan anak Sinna, Sinna, Allen, Aaron atau teman-teman dekatku yang lain. Ya, jadi kenapa aku nggak segera enyah dari tempat ini? Bergegas aku bangkit dari duduk, berjalan dengan cepat ke arah pintu utama bangunan berkubah ini. “Maaf permisi,” ucapku santun ketika m