Setelah dia mengecek playlist lagu di aplikasi musik di ponselnya, pilihannya jatuh pada playlist lagu Linkin Park, band rock alternatif asal Amerika Serikat kesukaannya itu, dan memutar salah satu lagu kesukaannya, With You. Lalu dia mulai mengeraskan volume suara musik di ponselnya itu untuk membantu memperbaiki suasana hatinya yang masih buruk karena ulah sekretarisnya tadi. Perlahan, perasaan kesalnya mulai melebur, seiring dengan suara alunan musik dari band favoritnya itu yang kini bergema di sekitar ruangannya.
Forgot all about yesterday
Remembering I'm pretending to be where I'm not anymore
A little taste of hypocrisy
And I'm left in the wake of the mistake, slow to react
Even though you're so clos
Halo pembaca! Terima kasih karena telah membaca 'Promise Me, Macchiato' di Goodnovel! Jika kalian menyukai karya ini, kalian bisa meninggalkan komentar di bawah dan mendukung cerita ini dengan gem di bagian voting ya!
Beberapa hari kemudian, Clara yang semakin gelisah karena terus memikirkan reaksi Scott setelah mereka menghabiskan malam bersama waktu itu, akhirnya sudah tidak bisa lagi berkonsentrasi penuh pada pekerjaannya. Beberapa kali Laura harus mengingatkannya mengenai kesalahan-kesalahan yang dia lakukan terhadap beberapa dokumen penting yang harus dia serahkan pada dewan komisaris minggu ini. Sampai akhirnya asisten pribadinya itu sudah tidak tahan lagi dengan kecerobohannya dan memintanya untuk pulang lebih awal dari biasanya sebelum dia mengacaukan seluruh kerja kerasnya sendiri.“Nona Clara bisa kembali setelah Nona bisa kembali seperti semula. Batas untuk Nona beristirahat adalah tiga hari. Tidak boleh kurang ataupun lebih. Kalau sampai lebih dari tiga hari Nona masih belum kembali ke kantor, saya akan pastikan Nona mengerjakannya di rumah dengan pengawasan saya.”
Beberapa hari ini dia merasa ada yang aneh dengan Scott Sinclair. Wajah sahabatnya yang sempat terlihat lesu dan sedih itu kini berubah menjadi ceria dan sering tersenyum, terutama setiap kali sahabatnya itu memegangi ponsel cerdas miliknya itu sambil mengetikkan sesuatu yang menurut dugaannya pasti sedang mengirim pesan dengan seseorang. Masalahnya, dia sama sekali tidak tahu siapa orang yang bertanggung jawab di balik perubahan sikap sahabatnya itu, meski bukan berarti dia membenci pria atau wanita yang berhasil mengubah sikap Scott menjadi seperti sekarang. “Scott?” tanyanya, mengalihkan perhatiannya dari layar komputernya menuju sahabatnya, yang tampak sibuk memainkan ponselnya. Pria itu hanya menjawabnya dengan gumaman singkat sebelum sibuk kembali dengan ponselnya. Kesal karena merasa sahabatnya itu tengah mengacuhkannya, dia beranjak dari kursinya dan berjalan menuju Scott, yang masih duduk di salah satu kursi sofa miliknya, dan menarik ponsel milik sah
Setibanya di apartemen Scott, Detroit yang sudah tidak sabar lagi ingin segera memulai permainannya dengan Scott mendorong pria itu ke dinding dekat pintu masuk apartemen sahabatnya itu dan menutup pintu apartemen itu dengan sebelah kakinya dan menguncinya. Tangannya lalu bergerak menjamah tubuh Scott yang masih mengenakan pakaiannya sementara dia mengarahkan wajahnya ke dekat telinganya sembari berbisik di telinga Scott, yang kini mengeluarkan suara desahannya itu. “Apa kamu ingin kita melanjutkannya di sini atau di kamarmu, Scott?” “Hngg… lebih baik jika kita melakukannya di kamar saja, Master… Asal Master tidak keberatan dengan permintaanku… Ah…" “As you wish.” sahutnya, dengan sigap menggendong tubuh Scott tanpa kesulitan hingga mereka ke kamar sahabatnya itu. Setibanya di kamar, dia menurunkan tubuh Scott di atas tempat tidur dan memandangi sosok Scott yang menatapnya dengan tatapan seakan pasrah menunggu apa
Begitu melihat reaksinya tadi, dia kembali melanjutkan kegiatannya untuk menandai satu per satu bagian tubuh Scott dengan gigitannya hingga tiba ke pinggang pria itu. Dia lalu menghentikan kegiatannya tadi dan merasakan selangkangan pria itu yang sudah benar-benar tegang menekan bagian lehernya setelah apa yang dia lakukan terhadap tubuh Scott tadi.“Aku nggak nyangka kamu sebegitu inginnya aku melakukannya denganmu malam ini. Benarkah seperti itu, Scott Sinclair?”Scott menjawabnya dengan gelengan kepalanya sambil meracaukan kata-kata yang tidak dia pahami karena terhalang oleh ball gag yang dipakaikannya itu. Dia kembali mengabaikan reaksi Scott yang berusaha melepaskan ikatan di tangan dan kakinya itu dan melepaskan perlahan thong yang dikenakan sahabatnya itu dengan giginya hingga turun ke arah kedua pahanya. Saat itu dia melihat penis Scott yang segera berdiri begitu dia melepaskan thong yang dikenakannya tadi dan menggeleng
Malam ini Detroit merasa jauh lebih tegang dari biasanya. Beberapa kali dia terus memegangi dan mengecek layar ponselnya, memastikan kalau dia tidak salah waktu pertemuannya dengan Clara Young, wanita yang minggu lalu dia undang untuk datang ke hotel tempat dia dan Scott selalu melakukan 'permainan' mereka itu setiap minggunya itu dengan perasaan gelisah. Seharusnya wanita yang beberapa hari yang lalu telah berganti status dari wanita asing yang mendekati dia dan Scott di kedai kopi tempat Lewis Hall bekerja itu menjadi pacar perempuan dari sahabatnya itu sudah datang lima belas menit yang lalu di tempat yang mereka sepakati minggu lalu, namun anehnya dia sama sekali tidak melihat tanda-tanda keberadaan pacar perempuan dari sahabatnya yang juga menunggu wanita itu dengan perasaan yang sama gelisahnya dengannya. “Apa kamu yakin dia akan datang malam ini, Scott?” “Iya, aku yakin banget. Soalnya dia sempat meneleponku tadi siang kalau hari ini dia bisa pulang lebih awal
Seharusnya akhir pekan adalah waktu yang tepat bagi Lewis untuk menikmati hari liburnya dengan bersantai di depan layar televisi sambil merebahkan tubuhnya di atas kursi sofa berwarna cokelat tua favoritnya tanpa gangguan dari siapa pun. Dan saat dia mengatakan tanpa gangguan dari siapa pun, itu artinya tidak ada seorang pun yang boleh mengganggu akhir pekannya. Termasuk dari Clara, kakak perempuannya, yang tiba-tiba saja datang ke apartemennya dan langsung mematikan layar televisinya itu tanpa menunggu persetujuannya, yang tentu saja tidak setuju dengan apa yang baru saja kakak perempuannya itu lakukan padanya. Atau lebih tepatnya, kakak perempuannya berhasil menghancurkan rencana akhir pekannya yang sempurna. "Kok Kakak matikan sih? Nggak liat apa, kalau aku lagi nonton film kesukaanku?" "Maze Runner? Sudahlah, menyerah saja kalau kamu berencana untuk menontonnya hari ini. Kamu kan, bisa menontonnya kapan pun kamu mau. Daripada itu, aku ingin mengajakmu ke su
Sepertinya memang bukan ide bagus untuk menuruti Clara, kakak perempuan tirinya yang terpaut sepuluh tahun darinya itu, untuk meninggalkan apartemennya dan pergi ke suatu tempat yang bahkan sampai saat ini kakak perempuannya masih belum berniat untuk memberitahunya soal tempat tujuan mereka berikutnya. Hanya itu yang terlintas di pikirannya ketika melihat begitu panjangnya antrian kendaraan yang mengular hingga beberapa kilometer di depan mereka saat ini. Melihatnya saja sudah lebih dari cukup baginya untuk menyesali keputusannya yang setuju dengan ajakan kakak perempuannya itu. Kalau saja dia tahu akan seperti ini jadinya, tentu dia tidak akan membiarkan kakak perempuannya memaksanya untuk ikut dengannya dan membatalkan rencana akhir pekannya untuk menonton Maze Runner, salah satu film kesukaannya yang sudah lama sekali tidak dia tonton sejak kali pertama film itu rilis di bioskop dekat sekolahnya beberapa tahun yang lalu."Dam
Lewis langsung menelan ludahnya begitu mendapati kedua orang yang berdiri di hadapannya saat ini. Terutama salah satu dari dua orang itu yang sangat dia kenal bahkan sebelum mereka bertemu di depan gedung hotel yang ada di samping mereka saat ini. Seluruh tubuhnya terasa membeku dan sulit untuk dia gerakkan dengan leluasa, apalagi orang yang ada di hadapannya itu kelihatannya juga tidak menyangka kalau mereka akan bertemu di tempat tujuannya dan kakak perempuannya yang sebenarnya.Dia terus mematung selama beberapa saat, seakan tidak memercayai apa yang dia lihat saat ini sebelum mengikuti Clara, yang sudah membungkukkan tubuhnya di depan kedua orang itu. Hal yang selalu kakak perempuannya lakukan sebagai cara untuk menghormati orang lain, terutama dengan orang yang lebih tua darinya dan cara mereka untuk berterima kasih pada orang lain. Atau sebagai cara untuk meminta maaf atas kesalahan yang mereka lakukan. Dalam kasus mereka, kakak