POV Johan-
Gelap,
Takut,
Punggungku sakit,habis di cambuk Papa.
Pipi ku perih di pukul Kak James.
Kepala ku pusing dan berdengung.
Tolong aku...
Tolong!
Toloong..!
......
.............."Happy birthday to you...happy birthday to you...happy birthday,happy birthday...Happy birthday kakak.."
Mataku silau oleh cahaya lilin yang tertancap di kue ulang tahun yang ia bawa.
"Ayo,tiup lilinnya,Kak." ia menyodorkan kue itu ke arahku. "Aku yang membuat,di bantu Mama." adik tiriku itu masih tersenyum lebar.
Aku terpana,jantungku berdebar.Selama 10 tahun aku hidup,baru kali ini ulang tahunku di rayakan. Biasanya Papa dan ke
Belum tamat ya. Terimakasih sudah membaca 🙏
Asalamualaikum wr wb Apa kabar?Semoga kita semua masih di beri kesehatan di masa pandemik Covid 19,serta di mudahkan dalam memperoleh rizki. Bercerita tentang PSYCHOPATH LOVE,ini novel yang saya buat paling lama,hampir satu tahun dengan jumlah bab di bawah 90. Jujur saya sangat kesulitan dengan tokoh Johan yang dari awal kemunculan di Novel SEBENARNYA sudah sangat dark. Menulis adegan sadis dan berdarah-darah di Novel ini adalah yang pertama. Saya tertantang,bisa tidak feel dark ini sampai ke pembaca hanya lewat tulisan?(Kalau nonton kan sudah pasti langsung kerasa banget) Dan saya senang membaca beberapa komentar,yang merasakan ketegangan itu. Walaupun untuk saya sendiri,belum merasa berhasil 'menggambarkan' rasa ngeri itu lewat tulisan.🙈
Pesta topeng yang di selengarakan di salah satu Hotel milik Keluarga Marthadinata itu begitu meriah.Penyanyi papan atas di undang untuk semakin menghangatkan suasaan.Pesta ulang tahun Perusahaan tahun ini memang spesial,sebab Pimpinan Perusahaan,yaitu Adnan Marthadinata,memperkenalkan menantu beserta cucu cantiknya.Di atas panggung dengan dekorasi hitam-emasnya,Andreas terlihat bahagia mengandeng istri mungilnya yang terlihat menawan dalam balutan gaun malam."Daddy,gendong."putri kecilnya yang bermata cokelat terang mirip dirinya merengek manja.Andreas yang dulu angkuh,terkesan tak peduli,serta seenaknya sendiri.Menjelma menjadi sosok Ayah yang penyayang.Dan itu sangat terlihat dari caranya memperlakukan gadis kecil tersebut.Pria berjas merah dan bertopeng badut itu
"Semalam hujannya deras sekali,pohon di dekat rumahku sampai tumbang."seorang suster bercerita. "Padahal sudah masuk musim kemarau.Tapi masih hujan saja." rekannya menimpali. "Bikin malas berangkat shif pagi." ia tertawa. "Mendung memang paling enak buat rebahan." rekannya membenarkan dan ikut tertawa. Dua orang suster itu berjalan beriringan di koridor rumah sakit dengan beberapa pasien yang nampak di sekitar taman untuk menghirup udara segar. "Selamat pagi." dari arah berlawanan,seorang suster lain menyapa. "Selamat pagi." berbarengan mereka menyahut. Pasien yang berada di samping suster tersebut,ikut tersenyum kepada mereka berdua.
"Lira,ini Om Aji."Ibunya memperkenalkan seorang pria usia awal 40 tahun yang duduk di depannya. "Selamat siang,Om."Gadis berusia 7 tahun berambut ikal panjang itu berkata pelan,lalu kembali menunduk. "Selamat siang Lira"Sapa Aji. "Lira cantik seperti Mama,ya." ia tersenyum hangat. Lira melihat orang yang dia panggil Om itu melirik ke arah Ibunya penuh arti. Perasaan gadis kecil itu semakin tak menentu,ketika Ibu yang selama 5 tahun menjanda itu tersipu. Lira sama tak menyangka,makan siang di Restoran mewah hari itu akan merubah hidupnya. Feelling Lira benar.Tak lama,Ibu nya meminta ijin,atau lebih tepatnya,hanya sekedar memberi tahu,tentang rencana pernikahannya dengan orang yang ia panggil Om Aji tersebut. Yang membuat Lira kaget,ternyata calon Ayah tirinya itu memiliki 3 orang anak dari mantan istrinya yang meninggal...
"Tidak,ungkapkan.Tidak,ungkapkan...?" Gumam seorang Laki-laki berusia kisaran 23 tahun, dengan kaos berkerah warna abu tua yang sedang duduk di bangku taman depan sebuah Rumah mewah dengan halamannya yang luas. Kepalanya tertunduk mengamati kedua tangannya yang sibuk mencabuti kaki-kaki dari seekor Laba-laba yang kebetulan ia temukan. "...Tidak, Ungkapkan..." ia mencabut kaki terakhir dari Laba-laba malang tersebut, kemudian membuang Laba-laba tak berkaki itu begitu saja. Ia menghela nafas panjang penuh keputusasaan yang di buat-buat sambil mendongkakkan kepalanya pada kursi. Di pandanginya langit pagi yang berwarna biru cerah dengan awan yang berarak dengan posisi kepala yang terbalik. "...Harus di ungkapkan, tapi bagaimana mengungkapkan...??" Ia kembali berguman sendiri.
Tiba-tiba terdengar siulan seseorang tak jauh dari mereka."President BEM lagi pamer adegan panas yaa...??" Ucap seorang Laki-laki kisaran usai 22 tahun berwajah oriental dengan mata sipitnya.Ia berjalan mendekat ke arah mereka dengan tangan kiri di saku celana, sedangkan tangan kanannya sibuk memegangi permen cupa cup rasa stroberi."Tuan Muda, anda ini bicara apa...??" Rendy berkata dengan suara yang di rendah kan di telingan Laki-laki yang di panggil Tuan Muda tersebut.Mata Johan menyipit dan memandang dengan pandangan merendahkan ke arahnya, meski begitu bibirnya tetap tersungging senyum lebar."Tuan Muda Jas Almamaternya di mana..??" Tanya Johan dengan sikap pura-pura ramahnya."Nggak bawa tuh !" Jawab laki-laki
Gerakan mengulum dan menaik turunkan dengan mulut yang di lakukan wanita berambut panjang itu semakin cepat.Sesekali tangannya ikut memegangi benda tumpul berurat yang sudah sangat tegang tersebut dan mengurutnya lambat-lambat, menghasilkan sensasi yang pastinya begitu memabukan untuk si empunya benda tumpul tersebut.Dari posisinya yang duduk di lantai dan Johan yang duduk di kursinya dengan kedua kakinya yang terbuka dan celana jeans nya dengan resleting yang terbuka, ia melakukan blow job.Di jilatinya milik Lelaki itu sambil melirik ke atas, memandang wajah Johan yang menegadah ke atas dan mata yang terpejam menahan segala rasa yang di hasilkan dari kepiawaian si wanita dalam bermain.Namun sayang, yang kini dalam pikiran Johan, bukanlah wajah wanita yang sedang memberinya kenikmatan. Ta
"Dia sudah besar, kenapa kau memperlakukannya seperti anak kecil...?" Andreas berkata santai sambil mendongkak kan wajahnya menatap Johan yang berdiri di dekatnya.Johan memandang Lelaki berwajah oriental dengan mata sipit dan kulit putihnya yang tengah duduk dengan kaki kananya yang terangkat di paha kiri dan sedang mengulum permen itu."Tuan muda juga mau ikut campur urusan orang...??" Bibir Johan tersenyum kaku dengan nada bicaranya yang berkesan meremehkan.Andreas membuang muka sesaat dan terkekeh. Ia tahu Johan memanggilnya Tuan muda hanya untuk mengejek nya."Jangan seperti itu Kak, Kak Andreas sudah berbaik hati menemani menunggu temanku..." Lira merasa tak enak. Ia berdiri di tengah Johan dan Andreas yang masih duduk santai di tempatnnya."Kenapa nggak bilang kalau