“Te— … Teteh, heuks.”Menyedihkan.Bersimpuh di hadapan Purbararang dengan ekspresi pada wajah cantiknya yang kini telah dikacaukan oleh sendunya sebuah tangisan, … Purbasari datang untuk memohon dengan segenap hatinya yang telah terkacaukan ini, … supaya diberi sedikit bantuan.“Orang yang di beberapa bulan lalu di dakwa sebagai pelaku korupsi, telah kabur dan melarikan diri bersama keluarganya sampai tak terdeteksi di seluruh wilayah kerajaan ini, … setelah membuat hutang besar ke kerajaan besar lain demi keuntungannya sendiri.”Menyorotkan tatapan mata yang sedingin es, Purbararang yang sama sekali tak memiliki keinginan di dalam hati untuk tak membiarkan adiknya sampai bertekuk lutut dan bersimpuh di hadapannya dengan cara yang sangat menyedihkan ini, … hanya memandang dengan rapatnya mulut yang seperti membisu.“Pihak dari kerajaan yang menuntut hutangnya untuk segera dilunasi dengan jumlah yang jauh lebih banyak karena sudah digandakan secara berkali-kali lipat, … sudah mengirim
“Pergi dari sini dan menjual diri sebagai penebus hutang?!”Mata yang melebar. Gigi yang menggemeretuk. Suara yang menggeram. … Juga tangan yang terkepal. Purbararang melakukan semuanya dikala ia menanyakan segala kejelasan yang sebetulnya tak ingin ia dengar.“Jangan mengatakan sesuatu yang konyol, Endah! Kau tidak akan pergi ke mana-mana!” Walau suaranya ditinggikan dan akan terdengar sangat membahana di taman tempat diadakannya jamuan pesta minum teh kecil-kecilan ini sekali pun, tetap saja … gertakan yang telah banyak dilandasi oleh rasa gelisah bercampur cemas, tak dapat menjangkau pertimbangan sang putri bernama Purbaendah.“Tidak apa-apa, Teteh.”“Endah!”Tak peduli berapa kali pun gendang telinganya menangkap suara bernada tinggi milik Purbararang yang terus-menerus memanggil namanya, … Purbaendah yang masih menampilkan senyuman kakunya, menggulirkan netra mengosongnya ke dalam isi dari cangkir teh.“Aku sudah lelah.”“Tidak! Kalau kau merasa lelah, tetap saja jangan pergi s
“T— … ti-tidak.”Melirih lemah, menjatuhkan belati di tangan yang segera ditangkap oleh seseorang di dekatnya sebelum benda tajam itu jatuh ke permukaan, … sampai-sampai menimbulkan suara yang nyaring dan dapat menyadarkan ratu pasir batang dari tidur lelahnya. Terutama, setelah ratu itu kedapatan menangis banyak sehabis menghadapi kakak-kakak tirinya yang menginterogasinya, … Purbararang yang saat ini mendadak saja ragu-ragu untuk memasuki ruang ratu, memundurkan kakinya dengan takut.“Bolehkah Saya yang melakukannya, ….”Melihat majikannya yang tadi pergi ke sini dengan tergesa-gesa seraya menenteng belati di tangan, sehingga membuatnya yang sudah berkewajiban untuk melayani apa pun yang dikehendaki sang tuan, … si orang yang dengan cekatannya menangkap belati yang jatuh tadi, Tumang, … hendak mengeluarkan pedang dari sarungnya yang tercantel di pinggang.“… Master?”Jika Purbararang menghendakinya, Tumang akan segera menjalankan tugas ini tanpa harus berkedip sedikit pun, … segera
“Gusti Ratu. Nyai Putri Purbararang … meminta izin untuk menghadap Anda.”“Ehh?!”Berjungkit dari tempat duduk meja kerjanya begitu mendengar pemberitahuan dari ksatria pengawal yang sedang bertugas di depan pintu untuk mengawal, yang tak lain ialah Sir Batara, … Purbasari terperanjat. Tumben sekali, kakaknya yang selalu saja menghindarinya mendadak ingin menemuinya di jam sebelum tidur ini.Ini membuatnya mendadak merasa gugup.“B-biarkan dia masuk!”Membenahi meja, merapikan penampilan, juga berusaha untuk mengendalikan air muka, Purbasari yang hatinya berdebar-debar tak menentu dikala melihat orang yang ia nanti-nanti telah tiba dengan membawa nampan, … menyunggingkan senyuman tipisnya dengan sungkan. “S-selamat malam, Teteh.”“Ya.”Duduk dengan sigap setelah membalas sapaan dari adiknya ini secara singkat lagi padat, kakak Purbasari, Purbararang, … meletakkan nampan berisikan mangkok air dingin untuk mengompres, juga mangkuk bubur dan segelas air teh hangat.“Mukamu sebengkak it
“K-kak … Kak Ana.”“Kyaak! Menjauh dariku! Monster!”Tersungkur dengan sangat menyedihkan di hadapan Putri Purbakancana yang dulunya merupakan saudari tiri paling dekat dengannya setelah Putri Purbaendah, … Purbasari yang baru saja didorong supaya menjauhkan uluran tangan menjijikkannya tuk berusaha menggapai gaun dan meminta tolong, … menangis dengan suara yang serak.“Kak, i-ini aku … Sa-sari.”“Aku tidak peduli! Pokoknya, menjauh dariku segera!”Sama sekali merasa tak sudi untuk mengulurkan lengannya dan menolong Purbasari, meski ia sendiri pun sebetulnya sudah mengenalinya sedari awal, lewat perantara rambut putih keperakan yang sangat mencolok itu, … Purbakancana sengaja berlaku abai.Dia memandang Purbasari yang datang ke istana kediaman para putri ini dengan sorot mata yang tajam, lagi penuh rasa ingin merendahkan.Tak jauh berbeda dari si putri berambut kuning kencana tersebut, putri-putri lain semacam Purbamanik, juga si putri kembar Purbaleuih dan Purbadewata, … melemparkan
PLAKKK!Tamparan keras mendarat.“Tidakkah kau melihatnya?!”Menghantam permukaan mulus kulit pipi Putri Purbamanik yang digeplak untuk ke sekian kalinya dari sang ibunda yang berstatus janda selir pertama, … dalam memarahi juga mempermalukannya di depan adiknya sendiri, Putri Purbakancana.“Jal*ng sialan itu dengan mudahnya merebut takhta!”“….”Terdiam karena tak memiliki selera untuk membalas ucapan ibunya yang justru nantinya malah akan semakin menjadi-jadi, … Purbamanik yang mengepalkan tangannya erat-erat dengan bibir yang digigit pahit, mengerutkan alisnya secara menukik.“Sedangkan kau? Apa yang kau lakukan?! Dasar anak yang tidak berguna!”Ahhh! Sungguh!Ini membuatnya geram.Ingin sekali hatinya sesekali melawan keinginan sang ibu yang terbilang ekstrem dan sangat memaksa. Akan tetapi, apa daya dan kuasanya untuk melawan orang yang sudah melahirkannya?“Pokoknya, cepat cari cara dan solusi lain untuk mendapatkan gelaran mahkota yang kosong itu, … sebelum penobatan resmi unt
“Sebelah kiri.”SRASHH!“Sebelah kanan atas.”ZRASHH!“Belakangku.”ZRACK!“Dan, ….”Berbalik mengayunkan kepala berambut pirang miliknya tuk terarah ke belakang, bibir tipis milik seorang pria bermata merah dan bermimik muka monoton datar seperti boneka, … kembali bergerak.“… Depan.”SRESHH!Helaian demi helaian benang rambut yang seperti terbuat dari emas itu berayun. Terbawa sapuan angin dari ayunan tangan pemegang pedang berlumuran banyak darah, dari orang yang sudah membersihkan jalan tuk dilalui oleh sang Duke pemangku tertidurnya ratu kerajaan baru di pelukan.Apakah mereka pembunuh bayaran?Maksudnya, dari sekian banyaknya gelimang orang-orang yang ksatria pengawal ratu itu lenyapkan?Well, … yep.“Saya merasakan bahwa anggota dari kelompok mereka ini akan tetap berdatangan, Tuan.”Ksatria pengawal putri tertua kerajaan Pasir Batang, Purbararang, yang bernamakan Tumang, … mendiskusikan suatu hal yang penting bersama dengan majikannya yang lama, Duke of Jaya, Indra.“Terlebih
“Kelemahan Duke Jaya maupun si anjing itu sendiri, bukankah itu terdapat pada Purbararang?”Kembali ke malam penuh perundingan konspirasi yang dilakukan empat putri pasir batang yang tersisa tinggal di kastel ini, Putri Purbaleuih, mengusulkan saran bagus.“Daripada merepotkan diri juga menyusahkan usaha kita dalam menyingkirkan dua halangan besar itu, lebih baik, kita langsung menyerang apa yang tengah mereka inginkan untuk dilindungi.”“Lalu?”Merasa tertarik dengan pendapat yang Purbaleuih kemukakan, Purbamanik menyuruh saudari tirinya itu untuk tetap meneruskan.“Saat sesuatu atau seseorang yang ingin mereka lindungi itu rusak dan terluka, sudah pasti fokus mereka akan buyar dari yang ingin menahan serangan … menjadi berusaha untuk menyelamatkan!”“Itu, … masuk akal juga.““Karena itu, Teteh.”….“Di pesta penobatan sekaligus pernikahannya nanti, … ayo targetkan Purbararang saja."….STRASH!“Uwakh?!”“…!”Mengerjap-ngerjapkan matanya tak percaya begitu dirinya yang sudah tepat me