"Papa! Papa ada di sini? Mau jemput Bintang, ya?" Pertanyaan bertubi-tubi dari Bintang membuat Aina memijit pelipisnya yang mendadak berdenyut-denyut.Semenjak sering bermain bersama Fatan, Bintang menjadi lebih ceria sekarang. Meskipun sebelumnya tidak terlihat tidak bahagia, tapi sekarang jauh lebih bahagia. Wajahnya berseri-seri. Bahkan ketika hendak tidur dengan bangganya dia menceritakan Fatan pada Aina.Lain Aina, lain pula Fatan dalam merespon Bintang. Pria itu justru merasa menang karena Bintang lebih memilih mendekat padanya daripada pada mamanya. "Iya, Papa ke sini untuk menjemput jagoan Papa. Bintang mau ke mana hari ini?" Fatan yang semula tidak ada niat untuk jalan bersama Bintang menjadi memiliki ide untuk kembali mengajaknya bermain. Dia ingin menunjukkan pada dunia kalau Fatan bukan pria mandul yang tidak bisa mendapatkan keturunan. Bintang menatap Mamanya seolah ingin meminta persetujuan. Meski dia sangat senang bermain bersama dengan Fatan, tapi bocah itu juga tak
"Sarah! Kamu mau ke mana?" teriak Eliana.Sarah menghentikan aktivitasnya sejenak lalu menoleh pada managernya. Hanya sesaat tatapan mata mereka bertemu karena Sarah segera memutus kontak diantara mereka."Aku harus pulang ke Indonesia." Sarah menutup kopernya. "Aku harus menyelamatkan rumah tanggaku, El."Eliana tertawa sumbang. Menatap Sarah dengan tatapan mengejek. Wanita itu memang tidak pernah berbasa-basi dengan Sarah karena semua kartu As Sarah sudah dia pegang."Menyelamatkan rumah tanggamu? Sejak kapan kamu peduli dengan rumah tanggamu, Sarah? Bukankah kamu lebih asik sama simpanan berondongmu itu?" Eliana tak lagi bisa mencegah Sarah. Wanita itu kalau sudah memiliki kemauan, sangat sulit untuk digoyahkan. "Jangan salahkan aku kalau ke depan jobmu makin sepi. Dan lagi Kamu harus bayar ganti rugi karena sudah menyalahi kontrak." Eliana menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi sembari mengamati gerak-gerik Sarah. Sarah membanting tubuhnya di sebelah Eliana. Tatapannya menerawang
"Kalau kamu tidak percaya tanyakan saja pada Rumah Sakit tempat di mana kamu mau melaksanakan inseminasi 6 tahun yang lalu. Kamu tidak jadi melaksanakannya karena mendadak harus pergi, kan? Ternyata dokter melakukan kesalahan dan menyuntikkan benih kepada seorang gadis yang berada di antrian setelahmu. Dari sana ternyata tumbuh anakku." Fathan bisa melihat raut penyesalan di wajah istrinya. Entah dia benar-benar menyesal karena tidak bisa melahirkan anak untuk Fathan atau menyesal karena ternyata ada wanita lain yang menggantikannya. Pasalnya Sarah tidak benar-benar ingin memiliki anak dari Fathan. Setelah mengatakan hal itu Fathan memilih untuk masuk ke dalam mobil dan meninggalkan istrinya. "Dokter sialan! Arrgghhh!" Sarah menendang pot bunga yang ada di sampingnya hingga terguling dan pecah. Meski begitu Sarah masih tetap tidak bisa mempercayai ucapan suaminya sebelum dia membuktikan sendiri. Wanita itu segera merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel dari sana. Menghubung
Anda saat ini Aina tidak menggunakan sadar pasti sudah terlihat kalau wajah wanita itu memerah karena sedang menahan malu. Gugatan benar-benar membuat Aina ingin menceburkan diri ke danau agar tidak bisa dilihat orang lain. Sudah berulang kali diberi peringatan untuk tidak menemuinya sendiri tapi pria itu masih saja nekat."Aina!" Fatan sengaka mengeraskan suaranya agar semua yang ada di sana tahu kalau Aina sudah dia tandai."Maaf, Tuan Fatan saya masih ada urusan. Permisi, assalamualaikum." Aina mengabaikan tatapan para guru yang ingin tahu. Wanita bercadar itu memilih untuk berjalan cepat meninggalkan Fatan yang seolah sengaja ingin membuatnya malu.Fatan melihat sekeliling dan benar saja, semua guru berhenti dan menatapnya dengan tatapan aneh. Namun ketika dia memasang wajah datar seperti biasanya, mereka kompak menunduk hormat. Mungkin baru sadar bahwa orang yang mereka perhatikan sejak tadi adalah Fatan sang pebisnis sukses."Mari, Tuan kami duluan," pamit Bu Linda diikuti yang
Lelaki itu mengepalkan tangannya di samping tubuh. Menatap kepergian Aina dengan tatapan tajam. Sudah cukup Fatan bersabar dan mengikuti alur selama ini. Dia tak mau membuang waktunya lagi. Dengan kesal, Fatan membanting pintu mobilnya lalu melajukan kendaraan itu dengan kecepatan tinggi. Sesampainya di rumah, Fatan segera naik ke kamarnya. Namun dia dikejutkan dengan keberadaan Sarah yang duduk di atas ranjang dengan posisi menantang. 0akaiannya yang cukup seksi membuat wanita itu terlihat sangat menggoda. Jika dulu, Fatan akan langsung menerkam wanita itu. Namun sejak tahu dirinya memiliki Bintang dan terbiasa mengejar Aina, rasa itu makin memudar. Terlebih dengan sikap Sarah yang makin lama makin membuatnya muak. Entah mengapa dia butuh waktu selama ini untuk menyadari sifat Sarah.Wanita itu berdiri mendekati suamiya, berniat untuk membantu melepaskan jas Fatan. Sesuatu yang belum pernah dia lakukan seumur pernikahan mereka. Fatan selalu mengerjakan semuanya sendiri sedangkan Sa
Hari masih sangat pagi ketika Aina berada di luar rumah untuk menyirami tanaman. Biasanya hal itu dilakukan oleh mang Asep yang sudah bekerja cukup lama dengan keluarganya. Karena sekarang hari libur Aina meminta maaf untuk mengerjakan pekerjaan yang lain sedangkan dirinya yang menyiram tanaman. Sudah cukup lama Aina tidak melakukan hal ini karena kesibukan mengurus sekolah yang ia dirikan.Udara yang terasa sejuk dan semilir angin membelai wajah Aina. Wanita itu memandang takjub pada bunga-bunga yang bermekaran. Mang Asep benar-benar menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Semua tanaman yang ia miliki terawat dengan sempurna. "Nyonya semua sayuran dan beberapa sabun sudah mulai habis. Ini saya belanja apa saja, Nyonya?" Tiba-tiba Bik Esih datang dari belakang.Aina tampak berpikir sejenak lalu berkata, "biar saya aja, Bik yang belanja. Sekalian mau ajak Bintang refreshing.""Baiklah, Nyonya kalau begitu." Bik Esih kembali masuk setelah memberikan daftar apa saja yang habis.Aina men
Aina bingung bagaimana harus menjelaskan pada sosok pria yang duduk sedikit menjauh darinya itu. Tidak mungkin dia menjelaskan pada Danis kalau Bintang tidak memiliki ayah. Dia juga tidak berharap lelaki jni bertanya tentang dirinya. Aina memilih untuk menunduk sembari memainkan jemarinya. Berharap lelaki yang hampir saja menjadi imam masa depannya ini segera pergi. Keberadaannya di sini membuat Aina tidak nyaman. Jantung wanita bercadar itu sangat tidak aman berdekatan dengan pria bermata teduh itu.Sebenarnya ada banyak pertanyaan yang ingin Danis ajakan pada Aina saat ini. Namun lagi-lagi pria itu harus bisa menahan diri karena situasinya yang seperti ini."Aina kenapa kamu ada di sini? Apa yang terjadi?" Mendadak Laura muncul dari arah yang tidak hanya ketahui. Suatu hal yang wajar ketika tiba-tiba dia bertemu sahabatnya di sini mengingat Gadis itu memang bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit ini. Melihat sahabatnya hanya langsung berdiri dan menepuk tubuh gadis berseragam pera
Mendengar keributan, Aina membuka matanya. Untuk beberapa detik dia mencoba untuk memfokuskan dirinya. Bau desinfektan dan obat-obatan menusuk hidung. Aina mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Ternyata dia berada di rumah sakit. Ketika hendak bangun, tangannya tertancap jarum infus. "Kenapa aku bisa ada di sini?" gumam Aina. "Ai, kamu sudah sadar?" tanya Laura. Gadis itu langsung mendekati sahabatnya."Apa masih pusing?" tanya Laura lagi.Aina terdiam. Otaknya mulai bekerja. Mengingat apa yang terjadi sebelum ini hingga dia harus mendapat infus. Mendadak jantung Aina berdegup kencang ketika ingatannya tentang kecelakaan yang menimpa Bintang berkelebat di pelupuk matanya."Bintang? Ra, Bintang, Ra. Bintangku kecelakaan," ucap Aina. Wanita itu kembali menangis. Dia segera bangun dan mencabut paksa infus yang menancap di tangannya. Namun Laura yang mengetahui gerakan cepat Aina langsung menahannya. "Biar kubantu melepasnya. Tunggu sebentar." Laura berlari keluar dan tak be