Share

Bab 5.1 | Dua Nasib

3 tahun yang lalu

Koper besar berisi pakaian sudah disiapkan Asri. Dia bertekad untuk pergi. Satu hal yang pasti ia akan merindukan kamar ini. Kamar yang menemaninya dari kecil sampai dewasa. Ia juga akan rindu dengan sobat kecilnya yang berada di dalam kotak kaca. Seekor tokek atau bunglon atau mungkin iguana, Asri tak bisa memastikannya. Namun, yang pasti hewan tersebut sudh jinak, karena dipelihara selama beberapa bulan. Setiap hari dia memberinya makan dan rasa sayang mulai tumbuh di hati Asri. Dia beri nama hewan kecil itu Damar.

Perjuampaannya dengan Damar memang unik. Saat itu sedang ada kegiatan naik gunung di Lereng Gunung Lawu. Dia menemukan reptil ini nyaris terluka di sekujur tubuhnya. Asri menolong reptil itu tanpa takut, sedangkan teman-teman yang lainnya merasa jijik. Dia langsung tertarik dengan hewan itu, selain bentuknya yang unik, Asri juga memang penyayang binatang. Reptil itu memiliki sisik kulit berwarna biru kemerahan dan ada tanduk kecil di kepalanya. Hampir semua binatang disukai Asri, kecuali kecoak. Entah mengapa binatang itu terlihat begitu menakutkan. Dia sangat histeris apabila ketemu hewan satu itu. Reptil ini makan apa saja yang dia berikan, termasuk kecoak. Mungkin itu salah satu alasan Asri menyukainya.

Dia menamakannya Damar, karena teringat dengan salah satu kakak kelasnya yang bernama Damar. Seniornya itu sangat mempesona. Dia dan teman-teman pernah berandai-andai kalau seniornya itu jadi hewan peliharaan saja di rumah. Fantasi yang absurd, tetapi toh Asri tetap menamainya Damar.

Damar tidak sulit untuk dipelihara, hampir semua makanan yang dimakan Asri juga dimakan oleh hewan ini. Hampir setiap hari Asri mengajak bicara hewan peliharaannya itu. Nyaris setiap kejadian di sekolah, pasti diceritakan kepada kadal itu. Dari curhat tentang sekolah, juga curhat tentang teman atau pun cowok.

“Maafkan aku ya kawan kecil. Aku akan melepaskanmu sekarang. Sebab aku tak bisa lagi memeliharamu. Jangan khawatir kalau berjodoh kita nanti akan ketemu kok,” gumam Asri. Dia lalu membuka tutup kaca kotak tersebut. Diambilnya hewan itu dengan tangan kanan, lalu dia masukan ke sebuah kandang kecil. Hewan itu menurut begitu saja dimasukkan ke dalam kandang kecil yang terbuat dari plastik.

Asri keluar dari kamar sambil menyeret kopernya. Saat pintu dibuka, suasana rumah menjadi suram. Wajah-wajah muram, sedih, marah bercampur menjadi satu. Satu yang tidak bisa dilupakan oleh Asri adalah wajah merah Romo. Lelaki itu benar-benar telah sampai di taraf yang tak bisa diajak kompromi.

Awakmu iki cah wadon sing ora iso dituturi. Wis wani ngelunjak, kepingin dadi opo kowe nduk? (Kamu ini anak perempuan yang tidak bisa dinasehati. Sudah berani melunjak, ingin jadi apa nanti kamu)” ucap Romo.

Dalem nyuwun pangapuran ingkang kathah Romo, tapi dalem mboten saget patuh kalihan pituturipun panjenengan (Saya minta maaf sebanyak-banyaknya Romo, tapi saya sudah tidak bisa lagi patuh dengan nasihat Romo),” kata Asri dengan bahasa yang sopan.

Asri, cah ayu. Ojo lunga, ya? Ibu kudu piye ben sliramu ora minggat, Nduk? (Asri, anakku yang cantik. Jangan pergi, ya? Ibu harus bagaimana agar kamu tidak pergi?)” Sang Ibu mengiba. Sebenarnya Asri tidak tega melihat air mata Ibu, tetapi tekadnya sudah bulat. Ia ingin pergi dan tak ada yang bisa menghalangi.

“Kalau keluarga ini masih teguh pada pendirian memaksakan perjodohan anaknya, mengekang kebebasan anak-anaknya, lebih baik aku lepas gelar bangsawanku. Lagipula setiap manusia dilahirkan sama. Adik-adikku, kalian dengar kata-kata Mbakmu ini. Mbakmu, bukan Siti Nurbaya.”

Dadi ngono kowe, Asri? Luwih milih uwong sing ora ngerti unggah-ungguh iku tinimbang Tumenggung? (Jadi begitu kamu, Asri? Lebih memilih orang yang tidak mengerti aturan itu daripada Tumenggung)”

“Kenapa? Romo ragu aku tak bisa hidup mandiri tanpa sokongan keluarga ini? Aku akan buktikan aku bisa. Asri mboten badhe mbalik ngantos dalem dados tiyang enggal. (Asri tidak akan kembali sampai aku menjadi orang yang berhasil),” kata Asri mengakhiri percakapan. Dia segera menyeret kopernya. Sang ibu ingin menyusul.

Bune! Jarne! (Bu! Biarkan!) Anak tidak tahu diuntung seperti itu lebih baik tidak perlu dipelihara. Biarkan dia pergi!” ujar Romo.

Asri tersenyum simpul. Hewan peliharaannya menoleh ke Asri, lalu menoleh ke arah lain, terutama ke adik-adik Asri yang menatap kepergian Kakak mereka. Wajah-wajah mereka diliputi kesedihan. Asri tanpa beban keluar dari rumah. Ia pun terus berjalan hingga menghilang dari pandangan keluarganya. Sang ibu pun menangis karena peristiwa itu.

Asri pergi dengan tujuan yang pasti, yaitu menuju ke tempat kekasihnya sekarang ini. Selama ini ia punya hubungan dengan seorang yang sudah menjadi pacarnya selama dua tahun. Namanya Edo Susantyo, seorang yang sudah bekerja menjadi karyawan swasta di salah satu perusahaan di kota Madiun. Hubungan keduanya tak disetujui oleh keluarga Asri.

Uang yang ada di dompet Asri cuma beberapa lembar seratus ribuan. Dia tak punya banyak. Cukuplah untuk bisa sampai di rumahnya Edo. Edo berjanji akan menampungnya, hanya itu yang ia bisa andalkan. Percaya kepada Edo.

Asri melewati pekarangan kosong. Dia menaruh kandang Damar di atas rumput, lalu membuka pintu kadangnya. Damar tampak menatapnya kebingungan, seolah-olah hewan itu paham apa yang sedang terjadi.

“Kamu pergi ya, sekarang. Aku nggak bisa lagi melihara kamu. Udah sana!” ucap Asri sambil memberi isyarat dengan tangannya seperti mengusir.

Damar berjalan dengan malas keluar dari kandang lalu menjauh. Asri hanya bisa berharap Damar bisa bertemu dengan hewan sejenisnya, atau kalau toh tidak ketemu mungkin perutnya akan kenyang dengan memakan hewan-hewan kecil lainnya. Asri melanjutkan perjalan setelah Damar menghilang di balik semak-semak.

“Sampai jumpa kawan kecil,” ucapnya.

Sebuah bus jurusan Jogja–Surabaya melintas, Asri segera melambai ke bus tersebut. Bus itu berhenti beberapa meter di depannya. Asri berlari-lari kecil sambil menyeret kopernya. Sang kernet buru-buru turun untuk membantu Asri naik ke dalam bus dengan cara ikut mengangkat koper berat tersebut. Setelah Asri sudah ada di dalam bus, barulah bus tadi melaju.

* * *

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status