Hai Readersku yang baik hati!!! Maaf! Karena belum bisa up dua bab sehari. Aku terkena asam lambung dan nggak bisa konsen mengetik.
Lucia Masih Istrimu. Ternyata di bangunan belakang, penjaga memukuli Dario, karena pria yang berasal dari Italia itu berteriak inta di keluarkan dengan memukul pintu. Sedangkan penjaga sudah kehilangan kesabaran, ingin memanggil keluarga juga tidak mungkin karena kakek besar dalam kondisi sakit.Sampai kemudian mereka membuka pintu dan menghajar Dario. Salah satu dari mereka takut salah dalam tindakan hingga memberanikan diri berlari menuju rumah besar.Entah sudah berapa pukulan yang di layangkan ke punggung Dario, sedangkan Lucia tampak menangis seraya memohon agar Dario jangan di pukuli lagi. Sean yang sudah mendengar pengaduan penjaga segera pergi dengan penjaga sedangkan Neve langsung mengadu pada pamannya. Alberto pun menceritakannya dengan Han, hingga mereka juga menyusul ke belakang.Dalam hati Alberto sangat geram dengan tindakan kembarannya itu. Neve mengatakan kalau kedua orang itu suruhan dari ayahnya hingga Alberto langsung percaya. "Diam! Kau pikir karena dirimu w
Dia Pemimpin Di Perusahaan Ini Sean tak henti-hentinya mengelus perut buncit istrinya yang kini tengah berbaring di atas tempat tidur.Sean membawa istrinya pulang Ke Minnesota meninggalkan Dario yang masih di rawat di rumah sakit."Dasar Sean! Dia bahkan meninggalkanku di sini, aku bahkan tidak mengenal siapapun," gerutu pria yang berasal dari Italia tersebut sampai pintu ruangannya dibuka dari luar. "Tadaaaa...!" Dua manusia berbeda jenis dan sangat mirip muncul di pintu. "Perkenalkan, aku Helly!" ucapnya dengan riang. "Dan aku Heidy!" lanjut Heidy dengan cuek. "Kami di utus oleh Kak Sean untuk menemani temannya di sini!" ucap keduanya meski dengan raut wajah yang berbeda. Ada yang riang dan ada yang ketus."Tak terhitung berapa kerugian yang ku alami," kata Sean seraya memeluk Lucia dari samping. "Kerugian?" Lucia sama sekali tidak mengerti. "Hmmm, empat bulan tanpamu, melewatkan pertumbuhan mereka." Maksud Sean adalah perkembangan bayi mereka."Masih tersisa lima bul
Sean, Jaga Lucia Lucia merasa malu karena ditertawakan oleh ketiganya, tetapi dia tetap berdiri di tempat itu hingga ketiganya selesai tertawa."Sudah biasa seseorang datang dan mengaku istri dari tuan muda, bahkan dia tengah hamil. Astaga! Apa tidak takut di penjarakan oleh bos kita?" Salah satunya menatap Lucia dengan rendah. "Cara cepat agar hidup enak," ucap salah satunya lagi."Hei, Nona!" panggil mereka saat Lucia hanya diam saja di tempat.Lucia mengangkat wajahnya dan menatap mereka."Sebelum datang ke tempat ini, apa Kau sudah siapkan bukti?" Mereka mulai menatap Lucia dengan sinis.Lucia yang polos tidak mengerti dia pun hanya menggeleng saja dan hal itu membuat ketiganya kembali menertawakannya."Pekerjaanmu untuk menjebak anak pemilik perusahaan ini akan sia-sia, sebaiknya bawa foto syur yang Kau edit dengan wajah Tuan muda." Mereka semakin keterlaluan terhadap Lucia yang semakin tidak mengerti dengan foto syur maksud mereka. "Saya datang ke sini bukan untuk
Aku Sudah Mendengarnya Neve tersenyum saat sudah berada di luar, memang tidak ada berkas bertuliskan Mall Zoku di antara map itu, semua hanya akal-akalannya saja, tapi melihat wajah Lucia yang tampak bodoh membuat dia merasa senang.Lucia yang semakin insecure menatap sekeliling ruangan suaminya, perasaan rendah diri semakin mendominasi. Tanpa menunggu Sean ia pun memilih untuk pulang dengan taksi. Bodohnya lagi dia tidak mengirim pesan apapun. Yang dikatakan oleh Neve tidak salah, Lucialah yang salah karena memang tidak pantas bersama Sean yang tampak cemerlang keluarga dan kariernya di tambah bonus ketampanannya. Tanpa di sadarinya ia adalah orang yang beruntung.Di rumah ia langsung masuk ke dalam kamar, Lerina yang melihatnya lantas menyusul menantunya tersebut ke atas. "Di mana Sean?" tanya Lerina yang sudah berada di pintu kamar menantunya yang tidak terkunci.Lucia terkejut ia yang sudah duduk di atas ranjang lantas berbalik, "Se-sean sedang ada rapat, Mom," jawabny
Queen Pergi Dari Rumah Gadis remaja itu menyelinap keluar dari kamarnya membawa tas punggung berukuran besar berisi pakaian dan kebutuhannya. Queen memilih lewat pintu belakang yang tidak di jaga oleh satpam. Ia mencuri kuncinya saat keluar makan malam tadi.Queen menatap nanar rumah itu sebelum menutup kembali pintu pagar yang berukuran sebadan manusia itu. Dia pun melangkah meninggalkan rumah tempatnya tumbuh tersebut.Temannya sudah menunggu di sisi jalan dengan taksi yang terparkir cukup jauh dari rumah mereka.Queen sedikit berlari dan temannya langsung membukakan pintu taksi."Ayo cepat pergi!" ajak Queen. Temannya mengangguk lalu masuk ke dalam dan meminta sopir untuk melajukannya.Temannya bukan asli dari sana, rumahnya cukup jauh, dia bersekolah dan menghuni sebuah rumah kos.Di sinilah Queen sekarang di kamar temannya yang tidak terlalu besar. Kasur berukuran kecil terbentang di sana. Malam ini mereka akan berbagi tempat tinggal. "Queen, ada apa denganmu? Kenapa
Masa Lalu Queen Barbara pun menceritakan tentang masa lalu Queen dan ibu kandungnya Selena, tapi tidak dengan penculikan yang dilakukannya, wanita tua itu takut cucu yang di rindukannya sekian lama itu pergi begitu saja.Satu hal yang Barbara salut pada keluarga Lerina yang bahkan tidak menceritakan tentang keburukannya pada Queen. Queen begitu sedih juga malu mendengarnya, dia hanya anak hasil perkosaan yang beruntung di asuh oleh keluarga Lerina yang ternyata sepupu ibu kandungnya sendiri."Bo-bolehkah nenek memelukmu?" Barbara memberanikan diri untuk bertanya, sudah sejak tadi dia ingin memeluk Queen yang tampak bersih dan terawat, sangat jauh dengan dirinya yang tampak lusuh dan terkesan jorok.Queen mendekati wanita yang ternyata neneknya itu, ia pun memeluknya.Setelah itu mereka pergi menuju makam Selena atas permintaan dari Queen.Cukup jauh perjalanan mereka yang harus kembali ke kota, dan Queen meminjam uang dari Rea."Aku pinjam uangmu," kata Queen yang sengaja berbi
Kurang Uang Masalah Queen sudah berlalu, Lerina dan Han sudah memaafkannya begitu pula dengan Sean, kecuali Rain yang justru menghindar saat Queen mengucapkan kata maaf. Entah apa lagi alasan Rain seperti tidak menyukai adiknya tersebut.Bukan hanya Queen, bahkan dengan orang tuanya, Rain tidak lagi seceria biasanya, kini dia lebih banyak diam atau menyendiri di dalam kamar selain sekolah dan tentu bermain dengan teman-temannya.Sedangkan dengan Sean dia memang jarang bertemu sebab kakaknya itu lebih sering menghabiskan waktu di perusahaan.Waktu terus bergulir hingga tibalah saatnya Sean dan Lucia memeriksakan kehamilannya.Rivera yang sudah dikabari oleh Lerina sengaja menunggu keponakan dari suaminya tersebut."Aunty, ini istriku, Lucia!" Sean memperkenalkan istrinya pada Rivera. Rivera tersenyum menyambut pelukan dari Lucia, ia juga menyentuh perut buncit gadis muda itu."Babynya kembar?" tanyanya yang sebenarnya sudah tahu dari Lerina. Lucia mengangguk tersenyum."Kau
Pria Jelek Dario sengaja menyuruh para karyawan restauran pulang lebih dulu, sedangkan ia menunggu di luar, membiarkan Lily di ruangannya.Sungguh Dario ingin menjadi penghapus air mata Lily saat ini dan menggantikan Sean di sana.Cinta memang tidak bisa di tebak pada siapa jatuhnya, padahal waktu bertemu dengan Sean sangat singkat dan lagi Sean pun tidak pernah menunjukkan ketertarikan pada Lily.Di dalam Lily menatap foto Sean yang ia curi diam-diam waktu itu, meski dari samping, tapi itulah pengobat rindunya selama ini. Setelah puas menangis, Lily bangkit dari dudukannya, di raihnya tas berwarna merah yang teronggok di atas meja lalu melangkah keluar.Alangkah terlejutnya ia mendapati Dario duduk seorang diri, menatap sekitar yang tampak sepi. Dario menyambutnya dengan tersenyum."Ke mana mereka?" Maksud Lily adalah karyawan restauran.Dario menjawab dengan menunjuk jam besar yang berdiri di sudut restauran."Astaga!" Lily baru sadar kalau waktu pulang sudah berlalu seja