Bagaimana Dengan Neve? Hari berikutnya tetap sama, Sean belum di izinkan oleh Lerina bekerja, karena lagi-lagi dia mengalami mual dan muntah, bahkan ia sampai mengoleskan minyak angin di dada dan perut putranya yang tampak lemas di pagi hari."Kau mirip pria yang sedang mengidam, Sean," ucap Lerina. "Mengidam?" Sean tidak mengerti. "Ya, seorang suami yang istrinya sedang hamil, istrinya baik-baik saja tetapi suaminyalah yang mual muntah," terang Lerina tanpa melihat raut wajah Sean yang sudah berubah. Apa Lucia tengah hamil sekarang? Batin Sean. Tapi, bukankah kami hanya melakukannya malam itu? Ah, rasanya tidak mungkin. Monolog hati Sean. Dia, masih sangat lemas, Lerina sudah memintanya untuk periksa ke dokter, tapi Sean menolaknya."Kemarin dokter bilang aku tidak apa-apa, Mom," ucap Sean yang tidak ingin di bawa ke tempat orang sakit itu."Pemeriksaan di rumah dan di rumah sakit berbeda, Sean. Di sana mereka memiliki alat untuk mendeteksi apa yang terjadi padamu," jelas
Aku Suka Kerja Kerasmu Di sisi lain, Han baru saja selesai bicara melalui sambungan telpon dengan Alberto. Ia menceritakan tentang nasib pernikahan Sean. Alberto tentu bersimpati dan menyarankan untuk mendekatkan Sean dengan gadis lain. Tentu saja Han menyambut baik saran temannya itu. "Alberto, bagaimana dengan Neve, apa Kau tidak keberatan bila mereka dekat?" Han bertanya pada orang yang memang mengharapkan hal itu terjadi."Han, Kau ini bicara apa? Neve, Neve tentu tidak pantas untuk putramu yang cerdas itu." Alberto sudah seperti aktor berpengalaman dalam memainkan dramanya."Tidak ada yang salah dengannya, yang aku lihat dia juga menaruh rasa pada Sean. Aku hanya perlu persetujuanmu, Ber." "Aku-aku merasa terhormat kali ini, Han. Tentu aku setuju bila Sean dan Neve bersatu." Alberto berterimakasih pada Han. "Aku akan mendekatkan mereka, malam nanti ada undangan dari perusahaan rekan, aku akan meminta dia untuk mengajak Neve," ucap Han yang semakin membuat Alberto
Dengan Cara Tidak Wajar Sejak malam itu Han jadi sering membicarakan Neve termasuk saat di meja makan. Semua yang di ceritakan oleh Alberto di ceritakan oleh Han tentang Neve yang sedari kecil sudah terlihat baik dan juga sopan.Sean hanya menyimak, bukan tak ingin menyangkal atau mengatakan bahwa Neve tidak senaif yang Alberto katakan, tetapi ia bukanlah orang yang suka mengumbar aib orang lain.Sean cukup mengetahuinya sendiri selain Paman Markus tentunya yang pernah menonton video Neve di hotel Italia waktu itu. Alberto? Ah, Sean cukup mengerti, memang mungkin dia sangat ingin menjadikan Neve bagian dari keluarga Zoku, tapi Sean tidak semudah itu jatuh cinta. Hatinya masih milik Lucia meski dengan kebersamaan yang singkat dia yakin gadis itu yang ada di sana. Neve yang sudah tahu tentang dukungan dari Han, semakin bersemangat, seperti hari ini dia membawakan Sean makanan meski hasil dari membeli. Perhatian-perhatian kecil mulai ia tampakkan. Sean yang menganggap Neve hany
Tidak Dengan Cara Membohonginya, Dad. Kurang lebih dua belas jam mereka di pesawat dan tiba pada malam hari.Alberto membantu Lucia membawa kopernya menuju ke luar bandara, di mana sudah banyak taksi yang berderet menunggu mereka.Dalam hati Lucia berdoa semoga segala urusannya lancar. Alberto memanggil salah satu taksi dan meminta Lucia untuk naik.Saat sopir taksi memasukkan koper Lucia ke dalam bagasi, Alberto mendatangi pria itu."Bawa wanita itu ke manapun yang ia inginkan!" kata Alberto pelan agar tidak terdengar oleh Lucia. Sopir taksi itu mengangguk, Alberto menyodorkan uang, "aku berikan pada anda, khawatir dia tidak punya uang," katanya setelah sopir taksi itu menerimanya."Katakan padanya kalau saya masih ada urusan dan akan menyusulnya!" Lagi-lagi Alberto berpesan dan di angguki oleh sopir taksi tersebut.Sang sopir pun naik ke dalam mobil lalu Alberto pun berpaling kembali ke bandara, dia akan melakukan perjalanan sekali lagi menuju Minnesota."Tuan sebentar, p
Jadi Kau Istri Dari Sean? Dini hari Alberto langsung pergi ke bandara dan ikut di penerbangan pagi. Di hotel yang sama Dario dan Lucia juga sedang bersiap untuk check out lalu menuju ke bandara. Mereka mendapat penerbangan siang.Sedangkan Alberto sudah hampir tiba dan Neve sudah menunggunya di luar. Keponakannya itu sengaja menyewa mobil untuk memperlancar perjalanan mereka.Kini keduanya sudah menuju ke Dellwood tak lupa Alberto mengajarinya untuk bersikap dengan baik di sana, karena selain restu dari Han, keluarga besar juga mempengaruhi, "Pandai-pandailah mengambil hati keluarganya, kalau mereka menyukaimu maka tidak akan sulit untuk menaklukkan hati Sean." Alberto begitu yakin dengan rencananya. Ia pun tersenyum saat mengingat Lucia yang entah sudah di mana anak itu berada. Sampai saat ini rencananya berjalan dengan baik. Di bandara pesawat yang di tumpangi oleh Dario dan Lucia juga sudah take off.Dua jam lebih mereka dalam perjalanan dan kini sudah tiba di Minnesot
Lucia Masih Istrimu. Ternyata di bangunan belakang, penjaga memukuli Dario, karena pria yang berasal dari Italia itu berteriak inta di keluarkan dengan memukul pintu. Sedangkan penjaga sudah kehilangan kesabaran, ingin memanggil keluarga juga tidak mungkin karena kakek besar dalam kondisi sakit.Sampai kemudian mereka membuka pintu dan menghajar Dario. Salah satu dari mereka takut salah dalam tindakan hingga memberanikan diri berlari menuju rumah besar.Entah sudah berapa pukulan yang di layangkan ke punggung Dario, sedangkan Lucia tampak menangis seraya memohon agar Dario jangan di pukuli lagi. Sean yang sudah mendengar pengaduan penjaga segera pergi dengan penjaga sedangkan Neve langsung mengadu pada pamannya. Alberto pun menceritakannya dengan Han, hingga mereka juga menyusul ke belakang.Dalam hati Alberto sangat geram dengan tindakan kembarannya itu. Neve mengatakan kalau kedua orang itu suruhan dari ayahnya hingga Alberto langsung percaya. "Diam! Kau pikir karena dirimu w
Dia Pemimpin Di Perusahaan Ini Sean tak henti-hentinya mengelus perut buncit istrinya yang kini tengah berbaring di atas tempat tidur.Sean membawa istrinya pulang Ke Minnesota meninggalkan Dario yang masih di rawat di rumah sakit."Dasar Sean! Dia bahkan meninggalkanku di sini, aku bahkan tidak mengenal siapapun," gerutu pria yang berasal dari Italia tersebut sampai pintu ruangannya dibuka dari luar. "Tadaaaa...!" Dua manusia berbeda jenis dan sangat mirip muncul di pintu. "Perkenalkan, aku Helly!" ucapnya dengan riang. "Dan aku Heidy!" lanjut Heidy dengan cuek. "Kami di utus oleh Kak Sean untuk menemani temannya di sini!" ucap keduanya meski dengan raut wajah yang berbeda. Ada yang riang dan ada yang ketus."Tak terhitung berapa kerugian yang ku alami," kata Sean seraya memeluk Lucia dari samping. "Kerugian?" Lucia sama sekali tidak mengerti. "Hmmm, empat bulan tanpamu, melewatkan pertumbuhan mereka." Maksud Sean adalah perkembangan bayi mereka."Masih tersisa lima bul
Sean, Jaga Lucia Lucia merasa malu karena ditertawakan oleh ketiganya, tetapi dia tetap berdiri di tempat itu hingga ketiganya selesai tertawa."Sudah biasa seseorang datang dan mengaku istri dari tuan muda, bahkan dia tengah hamil. Astaga! Apa tidak takut di penjarakan oleh bos kita?" Salah satunya menatap Lucia dengan rendah. "Cara cepat agar hidup enak," ucap salah satunya lagi."Hei, Nona!" panggil mereka saat Lucia hanya diam saja di tempat.Lucia mengangkat wajahnya dan menatap mereka."Sebelum datang ke tempat ini, apa Kau sudah siapkan bukti?" Mereka mulai menatap Lucia dengan sinis.Lucia yang polos tidak mengerti dia pun hanya menggeleng saja dan hal itu membuat ketiganya kembali menertawakannya."Pekerjaanmu untuk menjebak anak pemilik perusahaan ini akan sia-sia, sebaiknya bawa foto syur yang Kau edit dengan wajah Tuan muda." Mereka semakin keterlaluan terhadap Lucia yang semakin tidak mengerti dengan foto syur maksud mereka. "Saya datang ke sini bukan untuk