“Saat Tuhan masih menjadi Penolong ktia, berarti harapan tak akan pernah padam sepenuhnya. Karena memang hanya Sang penciptalah yang bisa mengeluarkan kita dari masalah, meskipun situasinya sudah sangat parah, selalu ada jalan keluar.”
----------
Isakan pilu tanpa henti terdengra di salah satu kamar rumah bordil yang terlihat ramai pengunjung, karena memang keriuhan yang terjadi di luar kamar, sangat terdengar jelas. Desahan dan erangan dari pengunjung yang tengah menikmati kenikmatan dunia itu terdengar samar berpadu dengan dentuman musik dan tawa.
Gadis belia yang tidak lain adalah Alesha itu tidak jarang mendapatkan omelan dari Ines yang kini tengah mendandaninya. Ines kesal, pasalnya ia harus berulangkali menyapukan make up di wajah ayu Alesha yang berantakan karena gadis itu tidak berhenti menangis, “Lo, bisa diem nggak. Jangan munafik, sekarang lo mewek-mewek gini, entar kalau udah di coblos dan di goyan
“Apapun bentuknya kebaikan yang pernah kita tanam sebelumnya, pasti mendatangkan kebaikan pula dikemudian hari. Dampak dari berbuat kebaikan akan kita rasakan langsung di dunia, dan belum lagi terhitung di akhirat kelak.” ---------- Seorang pria paruh baya kisaran usia 38 tahunan baru saja selesai menghadiri jamuan makan malam dari kolega bisnisnya. Pria yang masih terlihat muda dan tampan itu berjalan menyusuri lorong lantai 15 hotel dimana dirinya akan menginap selama di Purwokerto, pria berkemaja putih dibalut setelan jas berwarna biru dongker itu berjalan santai sembari berbincang dengan asisten pribadinya. Ia memelankan langkahnya kala melihat seorang wanita berpakaian seksi diseret paksa oleh dua orang berbadan besar. Ia iba melihat wanita yang terus meronta itu, namun ia tidak ingin ikut campur sehingga memilih mengabaikan mereka. Pria bertubuh tinggi berkulit bersih serta berkaca mata itu,mendengar isakan samar
“Senyum bisa membuat kita menyadari betapa berharganya sebuah senyuman. Tersenyum memang terkesan sederhana, tapi dampaknya begitu luar biasa. Tersenyum juga dapat menjadi awal dari sebuah kebahagiaan dan kedamaian.”----------Karena sangat bahagia, Alesha berdiri hendak menghampiri pria yang duduk dihadapannya dan memeluknya, namun si pria berkemeja putih itu ikut berdiri dan meminta Alesha untuk tetap dalam posisinya, “Stop honey, stay there, please!” Pinta pria itu, dan of course Alesha menjadi bingung, karena melihat raut wajah si pria yang nampak panik bercampur takut.Alesha menatap bingung pria dihadapnnya, “Kenapa uncle?” Tanyanya.Sementara pria yang sudah melepas kacamatanya itu hanya menggeleng dengan bulir keringat yang mulai terlihat di dahinya, “Uncle Rendy pasti jijik melihat Alesha seperti ini, ya?” Senyum miris Ale
“Bunda, adalah bagian dari syair sebuah lagu yang tidak pernah berakhir di hati. Lagu yang memberikan ketenangan, dan kebahagiaan di sepanjang hidup. Terkadang syair itu bisa dilupakan, tapi melodi yang sangat menyentuh itu tidak bisa terlupakan sepanjang hayat. Senada dengan kasih sayang yang selalu bunda berikan, kelembutan tutur kata serta perlakuaknya akan selalu terpatri rapi di dalam sanu bari.”----------“Ayah..” Panggil lirih gadis jelita yang kini sedang menikmati kenyamanan dekapan sang ayah. Sementara Dinnar yang mendekap erat tubuh Alesha menunduk tersenyum manis.Alesha menatap manik coklat madu milik sang ayah yang kini juga menatapnya, “Bunda?” Tanyanya lirih.Dinnar tersenyum sebelum menjawab pertanyaan putrinya, ia mengecup pucuk kepala Alesha, “Alhamdulillah, bunda baik-baik saja. Lesha rindu bunda, hmm?” Tentu saja Alesha sangat merindukan sosok bu
“Terkadang kamu mungkin berpikir segala sesuatunya tidak berjalan dengan baik. Namun kamu tidak menyadari bahwa Allah mengatur segalanya dengan benar. Dan ingat bahwa setiap situasi buruk akan memiliki sesuatu yang positif. Bahkan sebuah jam mati pun menunjukkan waktu yang tepat dua kali sehari. Tetap positif dalam menjalani hidup. Allah tahu apa yang terbaik untukmu.”----------Dinnar pun merangkul pundak Alesha dan berjalan mendekat kearah dimana istri dan para remaja tampan itu berada, “Assalamualaikum, Bunda.” Sapa Dinnar, ia yakin istri dan anak-anaknya itu akan terkejut melihat gadis jelita yang ada dalam rangkulannya.“Waalaikum-sa-lam..” Suara Kanaya memelan ketika melihat gadis jelita yang berada dalam rangkulian suaminya.Ia mengamati lekat-lekat gadis jelita itu, tidak hanya Kanaya saja namun para remaja tampan itu pun juga mengamati gadis jelita itu lekat-lekat. H
“Cinta itu tidak kenal etika, datang tanpa permisi dan tidak terduka. Bahkan membuat kita harus mengalah pada kenyataan bahwa cinta yang kita miliki tidak seharusnya kita berikan kepada seseorang yang seharusnya mendapatkan kasihsayang bukan cinta.”----------Selama perjalanan menuju mall, Afnan dan Aflah tidak hentinya mengoceh bercerita banyak hal. Alesha menyungingkan senyum, hanya dengan mendengarkan cerita adik-adiknya ia merasakan kehangatan dalam hatinya. Saat adik-adiknya dengan senang hati menceritakan kegiatanya selama ia tinggalkan, Alesha benar-benar merasa menjadi seorang kakak yang dijadikan adik-adiknya tempat berkeluh kesah, “Wah, jadi kalian sudah dua tahun tinggal di pesantren?” Tanya Alesha, ia kagum dengan kedua adiknya.Afnan dan Aflah pun kompak mengangguk, “Iya, kak.” Jawab mereka kompak.Baik Afnan maupun Alflah pun sama-sama tersenyum menatap kakaknya, “Memang abang di pesantran
“Walaupun pada awalnya harus banyak mengalah, namun pada akhirnya kemenangan akan datang. Sebab, Kebahagian itu hanyalah pantas didapatkan bagi orang – orang yang mampu menunggu kebahagian itu datang dengan sabar dan lapang dada”---------Dinnar merengkuh tubuh istrinya yang ikut menangis kala melihat para orang tuanya menangis haru memeluk Alesha. Saat ini Sam, Marta dan bunda Kayla bergantian memeluk cucu kesayangan mereka, sementara Alesha pun juga menangis bahagia. Tentu gadis jelita itu bahagia, teramat bahagia malah. Merasakan kasih sayang yang tidak ia dapatkan sebelumnya dari keluarga angkatnya.Setelah berpelukan dengan opa, oma dan neneknya, kini gilirang Alesha menikmati kehangatan pelukan papa Helga. Beberapa kali Alesha harus terkekeh melihat perubahan fisik kakak dari bundanya itu. Memang Helga masih terlihat tampan, tapi perut buncitnya membuat Alesha gemas untuk meledeknya.Pandangan mata indah
“Menikahlah di saat yang paling tepat, karena setiap manusia memiliki waktunya sendiri-sendiri. Jangan pernah menikah karena terpaksa atau apa kata orang. Menikahlah setelah menemukan orang yang tepat. Karena, tepat memillih pasangan, maka kehidupan pernikahan akan berjalan dengan tepat dan sempurna.”----------Esok paginya, Kanaya menghampiri Alesha di kamarnya. Kamar Alesha berada di lantai tiga bersebelahan dengan kamar Afnan dan Aflah juga Varo.Kanaya membuka pintu bercat putih itu, ia tersenyum saat melihat sang putri yang masih memakai mukenanya tertidur di ranjang. Kanaya yakin, tadi setelah sholat subuh, putrinya itu pasti tertidur lagi dan lupa melepas mukena.Kanaya mendekat, ia duduk di tepi ranjang memandang wajah damai sang putri. Ia jadi tidak tega untuk membangunkan putrinya itu, tapi saat ini semua anggota keluarga yang lain sudah menunggu untuk sarapan, “Sayang, bangun yuk. Sarap
"Tidak perlu memiliki segalanya untuk bahagia, karena yang di butuhkan hanya senyum dan tawa kebahagiaan dari orang-orang tercinta.” ---------- Tidak terasa satu minggu sudah Alesha tinggal bersama ayah, bunda dan keluarga yang lain. Tentu kembalinya Alesha sangat teramat sangat membawa kebahagiaan dalam keluarga Agustaf dan Naratama. Bahkan Sam dan Marta yang bertahun-tahun tinggal di Bali, sekarang sepertinya opa dan oma Alesha itu enggan untuk kembali ke pulau Dewata dan memilih tinggal bersama anak dan cucunya di Jakarta. Sam sangat sedih, kala mendengar kehidupan cucunya yang penuh dengan penderitaan. Namun ia jupa bahagia, saat cucunya itu menorehkan banyak prestasi di sekolah. Bahkan, cucunya itu berhasil mendapatkan medali emas di olempiade sains di Singapura. Akan tetapi, kebahagiaan yang paling Sam rasakan adalah ketika cucu perempuanya mampu bersabar dan melewati setiap cobaan yang menghadang selama sembilan tahun