Part 74
“Never regrets being a good person, to the wrong people. Your behavior says everything about you, and their behavior says enough about them.” — unknown.
*****
Brian mengantar Alexandra ke kota New Bluex menuju ke gedung E Sky di jalan Fork Street. Gadis itu juga menghubungi Tania untuk menemuinya.
Sayangnya uang hasil penjualan apartemen dan barang-barang mewahnya sudah ia gunakan untuk melunasi hutang dan masih belum cukup juga menurut Tania.
"Duh, berapa ya hutang Tante Emma, mana semua hartaku sudah aku jual untuk melunasi hutangku sendiri," gumam Alexandra dalam mobil yang dikendarai Brian.
"Aku punya tabungan, kau boleh pinjam dulu, Lex," ucap Brian seraya fokus menyetir.
"Jangan! Aku tak ingin memanfaatkan dirimu. Aku akan coba berjuang sendiri terlebih dahulu. Ini saja aku sudah merepotkanmu begini," ucap Alexandra.
"Aku tak merasa repot, kok, aku malah senang bisa membantumu," ucap Brian.
Akhirny
Part 75 "Set your goals high, and don’t stop till you get there." - Bo Jackson. ***** Alexandra merebahkan bokongnya. Kursi besar du hadapannya itu lalu berputar 180 derajat dan langsung membuatnya tersentak. "Evan?" "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya pria yang ternyata sangat mirip dengan Raja Evander dari Kerjaan Anathema. "Tentu saja aku mengenalmu, kau kan Raja Evander penguasa Anathema dan kau itu merupakan —" Alexandra sadar kalau ia telah kembali ke dunia nyata. Tak mungkin juga baginya untuk menceritakan mengenai Kerajaan Anathema. Pastinya pria yang mirip Raja Evander ini nanti akan menertawainya dan menganggapnya gila. Begitu juga dengan Miss Hillary yang menatap aneh pada Alexandra. "Sepertinya aku pernah melihat Anda di suatu majalah bisnis, makanya aku seperti mengenalmu." Alexandra menjawab dengan alasan palsu. Namun, Evander juga mengamati gadis itu dengan saksama. "Apa memang kit
Part 76 Never stop fighting until you arrive at your destined place – that is, the unique you. Have an aim in life, continuously acquire knowledge, work hard, and have perseverance to realise the great life.” — A. P. J. Abdul Kalam. ***** "Kenapa kau sangat percaya sih dengan gadis ini?" tanya Evander. "Dia memang punya hasil karya yang bagus dan aku suka," jawab Julian. Wanita itu melingkarkan tangannya di lengan Evander. "Bagaimana kalau setelah ini kita pergi makan bersama?" tanya Julian. "Baiklah." Ms. Hillary lalu masuk membawa surat kontrak yang baru saja dia buat. "Sini aku baca dulu surat kontraknya!" pinta Julian meminta surat kontrak tersebut. Setelah ia membacanya dengan saksama lalu wanita itu menyerahkan kontrak pada Alexandra. "Kau tanda tangani di sini!" Julian menunjuk letak dalam surat kontrak yang harus Alex tanda tangani. "Aku baca dulu, ya," pinta Alex. "Lekas,
Part 77 "It was love at first sight, at last sight, at ever and ever sight." - Vladimir Nabokov ***** Alexandra selesai memasak Fettuccine Alfredo atau fettuccine al burro, adalah sebuah hidangan pasta Italia yang terbuat dari fettuccine yang dicampur dengan mentega dan keju Parmesan. Saat keju mencair, bahan tersebut kemudian dijadikan saus yang dicampur dengan pasta tersebut. Tania dan keluarganya, yaitu ayah ibu dan adiknya mengagumi cita rasa yang dihasilkan dari masakan Alexandra yang terasa lezat. Selama membantu Ibu Rose saat di Anathema, ia mulai belajar memasak. Sayangnya, ia teringat kembali dengan kematian wanita itu. "Semoga Ibu Rose tenang di sana," lirihnya. "Aku boleh minta lagi untuk bekal di sekolah?" tanya Edwin. "Eh, bocah gembul! Kau sudah makan dua piring barusan," ucap Tania mengacak-acak rambut adiknya. "Tak apa, Tan, aku kebetulan masak banyak." "Terima kasih ya, Alexandra."
Part 78 Who would have thought, eventually love will come at an unexpected time. We just need to be patient and continue to improve in order to be worthy of it. — unknown. ***** Evander penasaran dengan yang dilakukan Alexandra di ruang kerjanya. Ia berpura-pura untuk melintas. Setelah mimpi malam itu, ia jadi sering memikirkan gadis itu. Ia melihat Alexandra sedang menyantap pasta buatannya sendiri seraya mengerjakan sketsa dengan tekun. Gadis itu benar-benar tak mau membuang waktu dalam mengerjakan tugasnya. Dia benar-benar ingin bertanggung jawab dan memperbaiki diri. "Apa aku sebaiknya membawakan dia kopi, ya?" gumam Evander. Setelah berjalan mondar-mandir, akhirnya ia menghubungi pekerja pantry di lantai tersebut untuk membuatkannya kopi latte. Setelah kopi ada di tangannya, ia memberanikan diri menuju ruang kerja Alexandra. "Hai, permisi, apa aku mengganggumu?" tanya Evander. "Hai, sini masuk! Kau tidak mengganggu
Part 79 "Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini, pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang."— Khalil Gibran ***** Setelah seminggu berlalu, Alexandra akhirnya menyelesaikan sketsa pakaian yang berhubungan dengan kerajaan Anathema. "Terima kasih, Alexandra... dengan begini aku akan segera memerintahkan para pegawai di konveksi milik ayahku untuk menjahit pakaian ini," ucap Julian. "Memangnya kapan acara pameran itu akan diselenggarakan?" tanya Alex. "Kemungkinan bulan depan, tenang saja aku akan mengundangmu dalam acara pameran tersebut," ucap Julian. "Baiklah, terima kasih Nona, kalau begitu aku pamit dulu. Jangan lupa kembalikan surat tanah milik Nyonya Lorena," ucap Alexandra menoleh pada Evander. "Aku akan menepati janjiku," ucap Evander. "Terima kasih." Alexan
Part 80 "Love, it could make you sad.It could even make you lonely sometimes. But that love can also make you happier than you'll ever be." - Fruit Basket. ***** Alexandra makin liar sampai beralih menciumi ke bagian dada bidang milik Evander. Pria itu sangat menikmati sensasi menggairahkan yang gadis itu ciptakan di malam dingin tetapi terasa makin panas. "Alexandra, hentikan!" lirih Evander seraya mendesah. Gadis itu kemudian kembali menghisap leher pria tersebut dan meninggalkan bekas kepemilikan ke tempat yang berbeda sampai ke bagian dada bidang milik Evander. Untuk sesaat pria itu menikmati sensasi menggairahkan yang Alexandra ciptakan malam itu. Gadis yang mabuk itu tak menyadari telah membangunkan harimau yang sudah tertidur terlalu lama itu. Hasrat seorang pria yang sudah lama i
Part 81 "I often hear that falling in love can happen anytime and doesn't need a reason. Because of that, I've also learned that I have to understand that sometimes a love story ends like this, and there's no need for a reason either." — unknown. ***** Kedua bola mata lentik itu langsung berkeliling mengitari ruangan yang tampak asing itu. Alexandra kembali menoleh pada wajah pria du sampingnya. Ia juga memastikan kondisi tubuhnya di balik selimut warna cokelat tersebut. "Apa dia Evander pemilik E Sky? Lalu, apa aku dan dia semalam... aduh gawat ini!" Alexandra mencoba bangkit berdiri perlahan-lahan untuk turun dari ranjang tersebut. Namun, Evander malah menarik tubuh gadis itu dan memeluknya lebih erat. "Tetap di sini, biarkan seperti ini," ucap Evander. "Tapi aku, tapi aku..." "Sudah diam, tetap seperti ini! Aku ingin memelukmu lebih lama," ucap Eva
Part 82 "Loving yourself starts with liking yourself, which starts with respecting yourself, which starts with thinking of yourself in positive ways". - Jerry Corsten. ***** Tiba-tiba terdengar suara bel pintu apartemen milik Evander. "Siapa itu? Apa jangan-jangan itu Julian?" tanya Alexandra dengan wajah panik. Evander lalu melangkah menuju pintu utama. Ia melihat wajah yang berada di depan pintu melalui layar kunci berteknologi canggih dan pintar di dinding samping pintu. Bukannya Nyonya Felicia yang ia harapkan, tetapi tamu yang ada di depan pintu utamanya adalah Julian. Evander lalu kembali masuk dan berlari ke arah dapur menemui Alexandra. Wajahnya terlihat pucat bagaikan baru saja melihat hantu. Napasnya juga tersengal-sengal saat menemui sang wanita di dapur tersebut. "Ada apa? Siapa yang datang?" tanya Alexandra "Julian, dia yang datang, biasanya dia tak pernah datang sepagi ini," j