Liu Heng dan Zhou Lu mendominasi tempat itu. Keduanya berhasil mengalahkan banyak sekali kelelawar itu. Mereka langsung mendapat pujian dari banyak orang yang ada di sana. Rombongan cultivator yang ada di sana langsung mengajak Liu Heng dan Zhou Lu untuk berepencar. Mereka ikut dan pergi ke dua arah yang berbeda. Mereka bisa mengatasi banyak kelelawar. Semua kelelawar yang menyerang itu berhasil di usir oleh mereka. Keduanya langsung mendapat tawaran untuk datang ke tempat penguasa kota itu. Liu Heng ingin menolak itu, tetapi Zhou Lu menerima tawaran itu. Liu Heng yang awalnya ingin kembali ke penginapan, tetapi dia ditahan oleh Zhou Lu. Dia menarik Liu Heng untuk ikut dengan dirinya. "Aku harus melihat keadaan Lui Bi lebih dulu," bisik Liu Heng. "Tenang saja. Dia baik-baik saja di sana," ujar Zhou Lu. Dia terlihat sangat akrab dengan Liu Heng. Padahal mereka tidak akrab. Liu Heng malah cenderung kesal, tetapi entah kenapa dia ikut juga. Rumah penguasa kota itu tidak jauh dari sa
Liu Heng dan Zhou Lu masih bertarung melawan Kelelawar Penghisap itu. Keduanya cukup kesulitan karena perbedaan kekuatan antara mereka. Satu serangan gelombang udara pun dilakukan. Dengan kemampuan Zhou Lu itu bisa dinetralkan, tetapi hanya satu kali saja. Liu Heng berlari ke arah lain. Dia melompat dan melakuakn tebasan ke punggung kelelawar itu, tetapi malah dia yang terkena serangan. Satu kibasan kelelawar itu memukul Liu Heng. Dia terjatuh ke tanah. "Sial!" keluh Liu Heng lagi. Dia mendapat serangan gelombang udara lagi. Dengan cepat Liu Heng langsung bangun dan menghindari serangan itu. Di sisi lain Zhou Lu menggunakan kemampuannya untuk mengikat kaki Kelelawar Penghisap itu. Itu berhasil, tetapi tidak ada yang bisa maju dan menyerang. Pada akhirnya dia yang maju. Baru mau beberapa langkah, dia langsung mendapat serangan dari Kelelawar Penghisap itu. Zhou Lu terpenal dan tubuhnya membentur dinding rumah orang. Orang yang ada di dalam sana ketakutan. Mereka berdiam diri di da
Liu Heng dan Zhou Lu berhasil membunuh hewan roh kelelawar penghisap. Kematian induknya membuat kelelawar penghisap lain menjadi kebingungan. Dengan mudah mereka dibunuh oleh cultivator yang ada di sana.Liu Heng dan Zhou Lu juga ikut membantu. Mereka pun berhasil menghabisi semua kelelawar itu dengan sangat mudah. Korban pada malam itu hanya 26 orang cultivator. Tanpa bantuan Liu Heng dan Zhou Lu, maka korban serangan itu bisa seluruh penduduk kota itu kecuali beberap cultivator kuat memilih untuk membantu. Sayanganya banyak cultiavtor tidak membantu. Mereka hanya sibuk dengan diri mereka masing-masing. "Aku sangat berterima kasih," ucap Cui Ji. Dia menawarkan Liu Heng dan Zhou Lu untuk datang ke rumahnya lagi, tetapi kali ini Liu Heng menolak. Cui Ji memaksa, tetapi Liu Heng menolak, dia ingin melihat keadaan Lui Bi lebih dulu. Cui Ji sudah menawarkan biar mereka saja yang menjemput Lui Bi, tetapi Liu Heng menolak. Dia akan pergi sendiri. Pada akhirnya dia pergi sendiri."Tetapi
Cui Ji mengeluarkan batu jiwa yang telah dia janjikan. Dia memberikan dua buah cincin rungan yang masing-masing isinya ada 200.000 batu jiwa. Kalau ditotalkan, maka mereka 400.000 batu jiwa. Jumlah yang banyak, tetapi Cui Ji tidak punya pilihan lain.Dia bisa saja menyewa orang lain, tetapi harus menunggu esok hari. Dia tidak bisa menunggu selama itu karena itu akan membahayakan penduduk desa yang lain. Dia butuh saat itu juga."Aku sangat berterima kasih," ucap Cui Ji. "Aku juga sangat berterima kasih karena kami sudah disambut dengan baik. Makanan yang kalian sediakan juga sangat enak-enak. Aku sangat menyukainya, aku harap anakmu bisa mendapatkan suami yang baik. Dia akan menjad orang yang beruntung karena bisa makan enak setiap hari," ujar Zhou Lu. Cui Ji agak kecewa karena Zhou Lu tidak menawarkan dirinya untuk menjadi suami dari anaknya. Tentu saja dia ingin Cui Ling mendapat suami. Dia tidak akan membiarkan anaknya digauli sebelum dia menikah seperti apa yang Zhou Lu tawarkan
"Kalau kau memerlukan bantuanku. Kau hanya perlu pergi ke sekte Seribu Pedang dan kau bisa memberikan ini kepada mereka yang ada di sekte Seribu Pedang. Mereka tahu apa yang mereka perlu lakukan," ucap Fu Shi sambil memberikan sebuah lencana kepada Liu Heng. Lencana itu adalah benda penting bagi setiap tetua. Siapa pun yang memegang itu, maka akan dianggap sebagai permintaan dirinya karena itu lencana itu tidak akan diberikan kepada sebarang orang. Dia mempercayakan itu kepda Liu Heng. "Baiklah dan terima kasih," ucap Liu Heng. Fu Shi pun pamit dan pergi dari sana. Liu Heng masih di sana. Dia ingin membuat pill awalnya, tetapi dia mengubah niatnya. Dia pun lebih memilih untuk berkultivasi saja. Dia mengeluarkan banyak pill dari menelan sepuluh pill secara langsung. Itu adalah pill Peningkat Qi. Saat pill itu ditelan, tubuh Liu Heng langsung dipenuhi oleh Qi. Dia berkonsentrasi dan mengelola qi itu dan beberapa saat kemudian Liu Heng berhasil menerobos ke tahap selanjutnya. Bukan s
Liu Heng, Lui Bi dan Zhou Lu makan di rumah makan di dekat Pulau Teratai Biru. Ada rumah makan yang sangat terkena di sana. Tempatnya sederhana, tetapi olahan ikan di sana dikatakan nomer satu. Harganya juga terjangkau. Mereka memesan semua menu yang tersedia. Tentu saja Zhou Lu harus membayar makanannya sendiri karena dia punya batu jiwa sendiri. Dia menatap Liu Heng dengan tatapan kecewa. Liu Heng tidak perduli. "Kau punya milikmu sendiri. Kau bayar sendiri. Kalau kau ingin aku membayarkan makanan untukmu, berikan semua batu jiwa itu!" pinta Liu Heng. "Kau pelit," protes Zhou Lu. Tidak lama kemudian makanan mereka tiba. Itu membuat mereka bersemangat. Lui Bi makan hanya sedikit. Sisanya akan dimakan oleh Liu Heng. Liu Heng tubuh asupan energi yang besar karena berlatih butuh energi. "Hah! Kau tidak tahu siapa aku?" bentak seseorang. Liu Heng menoleh dan melihat ada seorang pria botak bertubuh besar sedang memarahi pelayan yang bekerja di sana. Dia menuduh pelayan itu memasukka
Liu Heng, Lui Bi dan Zhou Lu sudah berada di daerah sekte Seribu Pedang. Perjalan mereka untuk tiba di sekte Seribu Pedang masih butuh dua hari lagi. Mereka bertiga beristirahat lebih dulu. Tidak perlu terlalu tergesa-gesa karena turnamen itu masih akan diadakan 3 minggu lagi. Mereka bertiga sekarang berada di depan gedung Langit Surga. Itu adalah cabang yang cukup besar. Lebih besar daripada cabang yang sebelumnya Liu Heng datangi. Liu Heng butuh senjata yang bagus untuk turnamen itu. "Ada yang bisa saya bantu?" "Apa kalian memiliki senjata kelas surga?" tanya Liu Heng. Pelayan itu kaget. Pertanyaan yang sungguh gila. Pelayan itu menatap Liu Heng dari atas hingga bawah. Pakaian Liu Heng tidak menunjukkan dia adalah orang yang kaya raya. Pakaian itu juga bukan pakaian dari sekte besar sekalipun. "Maaf tuan, harga senjata kelas surga itu sangat mahal dan itu adalah benda berharga yang tidak dimiliki sebarang orang. Kami tidak memiliki itu, tetapi kalau tuan butuh senjata kelas bum
"Ayah, aku ingin ikut dalam turnamen itu," pinta Fu Ehuang.Ayahnya langsung menggeleng. Dia sudah menentukan siapa yang akan ikut dalam turnamen Naga dan Phoenix. Tentu saja kakak dari Fu Ehuang yang akan ikut dalam turnamen itu. Fu Ehuang terlalu mudah. Ayahnya akan memberikan kesempatan itu kepada Fu Tao lebih dulu. Fu Ehuang bisa ikut pada kesempatan selanjutnya."Kau pilih kasih," keluh Fu Ehuang. "Aku sudah berlatih dengan keras untuk kesempatan ini, tetapi kau masihs aja menolak permintaanku. Sedikit-sedikit kak Fu Tao yang kau dahulukan daripada aku. Ayah, kau pilih kasih.""Kau masih muda. Kau mashi berumur 10 tahun. Kau masih bsa ikut turnamen itu di kesempatan selanjutnya. Sedangkan, kakakmu sudah 17 tahun. Kau harusnya mengerti," jelas Fu Tianfen.Fu Tianfen adalah patriarch sekte Serbu Pedang. Dia tidak pilih kasih, tetapi memang itu yang harus dia lakukan. Dia memberkan kesemptan kepada Fu Tao lebih dulu. Ini adalah pengalaman yang sangat berharga untuk Fu Tao."Kau pili