“Sudah siap untuk kembali ke sangkar tuan putri?” Alejandro melirik ke arah Zevanya yang terlihat sedih dan murung.Dia belum puas untuk menghirup udara bebas. Seketika harus kembali ke sangkarnya untuk menjalani masa-masa kurungan lagi.“Sayang? Kau dengar aku?” Alejandro mendekat.Zevanya mengangguk dan masih saja diam seribu bahasa. Mengerti dengan apa yang dirasakan Zevanya, pria itu memeluk erat.“Apa mungkin jika aku Tessa, kau akan memperlakukan hal yang sama? Mengurungku dan tak boleh mendapat tempat untuk bersanding denganmu di depan umum?” gumam Zevanya yang masih dalam pelukan Alejandro.Mendengar itu Alejandro terhenyak. Tak ada kalimat yang bisa dijadikan alasan untuk menjawab pertanyaan Zevanya. Lidahnya kelu, kerongkongannya tercekat, pun dadanya seperti dihantam benda keras. Namun semua itu tak bisa memberikan jawaban satu kata pun. Hanya helaan napas yang tertahan menjadi jawaban.Zevanya tak ambil panjang. Dia memaksakan untuk mengerti keadaan seperti apa yang harus
Hari demi hari. Minggu demi minggu sudah terlewati. Hampir sebulan wanita yang sedang mengandung itu kesepian. Zevanya merasakan perubahan yang tak lagi seperti beberapa bulan terakhir. Waktunya bersama Alejandro tak lagi seintens dulu. Jika ditanya pria itu akan menjawab sibuk karena pekerjaan.“Apa benar? Apa benar jika dia sibuk karena pekerjaan? Sedangkan aku yang mengandung anaknya juga butuh perhatian darinya. Aku tak menuntut untuk dia selalu ada di sampingku selama seharian penuh. Aku hanya ingin tahu kabarnya dan sedang apa dia sekarang. Apa itu berlebihan, Bu?” tanya Zevanya yang tak bisa membendung segala uneg-uneg yang ada dihatinya selama ini.Lidya membelai wajah putrinya. Dia paham sekali apa yang dirasakan Zevanya. Kesepian, meski ada Rosa yang menemaninya tiap saat. Juga Lidya, Bianca serta Ronald yang tiap seminggu dua kali menemuinya itu semua tidak cukup.Karena bagi Zevanya masa-masa ini adalah masa emas yang harus tidak boleh dilewati dengan pasangan. Apalagi tia
“Kubilang hentikan!”PYAR!!!Salah satu guci yang ada di samping ranjang sudah hancur kerena lemparan kuat Alejandro. Zevanya yang berada tepat di sampingnya terduduk sambil menutup telinga ketakutan. Bibirnya bergetar bahkan bukan hanya itu. seluruh badannya pun lemas.Tak lama Zevanya reflek memegang perutnya. Sadar akan kesalahannya, Alejandro terperanjat ketika melihat Zevanya yang sedang memegang perut sambil ketakutan.“Sa-sayang, Anya. Maafkan aku.” bibir Alejandro pun bergetar saat tahu wajah pucat Zevanya saat itu.“Kau tak apa? Perutmu sakit? Ha? Jawab, Anya jawab,” tangan kokoh yang kuat melempar guci besar itu bergetar. Namun dia harus membopong Zevanya untuk merebahkan diri agar posisinya relax.“Maafkan aku. Aku begini karena punya alasan. Dan tolong jangan kau sebut nama itu dari mulutmu. Tolong beri aku waktu untuk menyelesaikan semua.” Alejandro memeluk Zevanya dalam dekapannya.Dia juga mengelus perut yang berisikan darah dagingnya. Pertanda minta maaf Alejandro juga
“Kenapa? Apa alasan dia mau membunuhmu?” Alejandro tak percaya dan melontarkan pertanyaan yang terkesan meremehkan. Karena dia merasa wanita yang ada di depannya ini sedang mengarang cerita. Namun disisi lain Alejandro penasaran dan ingin memancing hal lebih dari orang yang mengaku tunangan dari rivalnya yang sedari kemarin mengusiknya ini.“Seperti yang kukatakan tadi. Jika aku melaporkan pada Papaku, tentu saja pertunangan ini akan dibatalkan. Dan dia akan kehilangan kesempatan untuk menjadi kuat. Aku tahu kalau dia memintaku untuk bertunangan dengannya hanya untuk kekuasaan semata. Untung saja aku menerimanya karena Papa. Jika tidak aku sudah menolaknya.” Jelas Emilia.Alejandro diam sejenak. Dia menimang semua yang diucapkan wanita gila itu. Ya, dia menganggap gila. Karena menurutnya terlalu percaya pada orang yang baru saja ditemui itu sama saja menggali kuburannya sendiri jika tak pintar mengatur kuda-kuda.“Kau yakin tak sedang mengarang cerita?” ledek Alejandro.Emilia yang me
Sehari sebelum berita tentang hubungan asmara Alejandro terbit.“Bos, markas kita yang ada di Itali terbakar. Aku sudah menemukan pelakunya dan mereka sudah menangkapnya.” Alvaro melapor pada Alejandro yang di sana juga ada Victro dan Lian.“Bajing*n! Kau pergi ke kantor utama dan hancurkan semua system data Lorenzo. Aku sudah muak!” bentak Alejandro.Pria itu sedang cepat menekan tombol call pada layar ponselnya. “Aku setuju. Tunanganmu itu makin membuatku naik pitam. Segera kirim lokasimu di mana. Aku akan ke sana.”Setelah mematikan sambungan telepon. Alejandro pergi meninggalkan tiga orang sahabatnya itu. mereka bertiga sama-sama bingung. Siapa yang baru saja dihubungi Alejandro dan dia temui. Tetapi tak lama mereka bergerak sesuai dengan arahan Alejandro untuk melenyapkan Lorenzo. Yang sejak lama mengajaknya perang dingin melalui dunia bisnis. Sehingga banyak dari saham atau pun investor di perusahaannya yang merugi akibat ulah Lorenzo.Sampai di tempat pertemuan dengan Emilia.“
Dimalam yang sama.“Ale, apa maksud dari berita yang sedang beredar ini? Kau gila, sudah tahu kondisi kita kacau, tak pernah pulang menemui Zevanya dan sekarang media mengatakan kau punya pacar? Siapa wanita itu?” serentetan pertanyaan dari Victor tak ada satu pun yang dijawab Alejandro. dia malah mematikan telpon dari Victor.Pria itu sedang fokus menyetir mobilnya menuju tempat kedua orang tuanya.“Sial! Brings*k!” umpat Alejandro yang memukul setir mobil.Ditengah jalan pria itu menelpon biang kerok dari ini semua.“Emilia, kau kurang ajar. Jadi kau sengaja mengatakan ingin menjadi kekasihku. Ternyata malam itu kau menjebakku dan siap dengan paparazzi bedeb*hmu itu!” bentak Alejandro.“Ale, itu semua bukan ulahku. Aku …” obrolan mereka terputus karena Alejandro mematikan panggilannya.Segala umpatan terucap dari mulut buasnya. Beruntung dia telah sampai di mansion Mama dan Papanya. Turun dan membanting pintu mobil.“Ma, Pa. Di mana kalian sembunyikan Anya!” Alejandro berteriak meme
Semalaman pria bertubuh atletis ini mengigau nama yang sama. Emilia sampai bosan mendengarnya. Namun juga penasaran. Siapa nama wanita yang sedari tadi keluar dari mulut Alejandro yang bahkan sudah mabuk berat.“Anya … Anya …” suaranya seperti merintih kesakitan. Namun yang terucap nama wanita.“Anya? Siapa dia? Keadaanmu sudah separah ini masih juga dari semalam kau memanggil satu nama. Dan itu wanita.” Emilia menelisik wajah Alejandro.Tubuh pria tersebut sudah tak lagi mengenakan baju. Hanya terbalut selimut yang menutupi badannya sampai di atas pinggang.Emilia membuka gorden dan cahaya matahari menyeruak masuk ke dalam sampai menembus dan masuk celah mata Alejandro. karena menyadari ada cahaya masuk, Alejandro mengerjapkan matanya dan mengusap dengan punggung tangannya.“Kau sudah bangun?” Emilia menyesap kopi dalam gelas yang digenggamnya.Alejandro melihat sumber suara yang baru saja di dengarnya. “Kau …”Sadar jika taka da kain yang menempel dibadannya. Alejandro terkesiap. Di
Mobil mewah terparkir di depan rumah. Pemiliknya baru saja membuka pintu dan keluar dari mobil yang ditunggangi. Langkahnya lebar terburu-buru. Menobrak pintu memaksa masuk dan menggeledah seluruh isi rumah.“Anya! kau di mana!” teriak Alejandro.Lidya dan Hudson keluar mendengar pintu yang didobrak.“Dia tak ada di sini Ale. Jadi silakan pergi,” usir Lidya.“Dia baru saja keluar,” ucap Hudson.Alejandro dan Lidya kompak mengarahkan pandangannya pada Hudson.“Hudson …” ucap Lidya lirih.“Dia pergi bersama mantan istrimu.” Lagi-lagi Hudson memberi tahu informasi penting pada Alejandro.Lidya marah saat suaminya memberitahukan pada Alejandro. karena dia sudah meminta tolong pada Bianca dan Ronald untuk melindungi Zevanya anaknya. Alasan Lidya tak ingin Alejandro tahu karena dia masih teringat dan sakit hati melihat foto Alejandro dengan seorang wanita yang tidur diranjang dan hanya berbalut selimut saja.“Hudson cukup ….”“Kau mau anak kita dalam bahaya? Kita tak tahu apa isi kepala man