“Kenapa? Apa alasan dia mau membunuhmu?” Alejandro tak percaya dan melontarkan pertanyaan yang terkesan meremehkan. Karena dia merasa wanita yang ada di depannya ini sedang mengarang cerita. Namun disisi lain Alejandro penasaran dan ingin memancing hal lebih dari orang yang mengaku tunangan dari rivalnya yang sedari kemarin mengusiknya ini.“Seperti yang kukatakan tadi. Jika aku melaporkan pada Papaku, tentu saja pertunangan ini akan dibatalkan. Dan dia akan kehilangan kesempatan untuk menjadi kuat. Aku tahu kalau dia memintaku untuk bertunangan dengannya hanya untuk kekuasaan semata. Untung saja aku menerimanya karena Papa. Jika tidak aku sudah menolaknya.” Jelas Emilia.Alejandro diam sejenak. Dia menimang semua yang diucapkan wanita gila itu. Ya, dia menganggap gila. Karena menurutnya terlalu percaya pada orang yang baru saja ditemui itu sama saja menggali kuburannya sendiri jika tak pintar mengatur kuda-kuda.“Kau yakin tak sedang mengarang cerita?” ledek Alejandro.Emilia yang me
Sehari sebelum berita tentang hubungan asmara Alejandro terbit.“Bos, markas kita yang ada di Itali terbakar. Aku sudah menemukan pelakunya dan mereka sudah menangkapnya.” Alvaro melapor pada Alejandro yang di sana juga ada Victro dan Lian.“Bajing*n! Kau pergi ke kantor utama dan hancurkan semua system data Lorenzo. Aku sudah muak!” bentak Alejandro.Pria itu sedang cepat menekan tombol call pada layar ponselnya. “Aku setuju. Tunanganmu itu makin membuatku naik pitam. Segera kirim lokasimu di mana. Aku akan ke sana.”Setelah mematikan sambungan telepon. Alejandro pergi meninggalkan tiga orang sahabatnya itu. mereka bertiga sama-sama bingung. Siapa yang baru saja dihubungi Alejandro dan dia temui. Tetapi tak lama mereka bergerak sesuai dengan arahan Alejandro untuk melenyapkan Lorenzo. Yang sejak lama mengajaknya perang dingin melalui dunia bisnis. Sehingga banyak dari saham atau pun investor di perusahaannya yang merugi akibat ulah Lorenzo.Sampai di tempat pertemuan dengan Emilia.“
Dimalam yang sama.“Ale, apa maksud dari berita yang sedang beredar ini? Kau gila, sudah tahu kondisi kita kacau, tak pernah pulang menemui Zevanya dan sekarang media mengatakan kau punya pacar? Siapa wanita itu?” serentetan pertanyaan dari Victor tak ada satu pun yang dijawab Alejandro. dia malah mematikan telpon dari Victor.Pria itu sedang fokus menyetir mobilnya menuju tempat kedua orang tuanya.“Sial! Brings*k!” umpat Alejandro yang memukul setir mobil.Ditengah jalan pria itu menelpon biang kerok dari ini semua.“Emilia, kau kurang ajar. Jadi kau sengaja mengatakan ingin menjadi kekasihku. Ternyata malam itu kau menjebakku dan siap dengan paparazzi bedeb*hmu itu!” bentak Alejandro.“Ale, itu semua bukan ulahku. Aku …” obrolan mereka terputus karena Alejandro mematikan panggilannya.Segala umpatan terucap dari mulut buasnya. Beruntung dia telah sampai di mansion Mama dan Papanya. Turun dan membanting pintu mobil.“Ma, Pa. Di mana kalian sembunyikan Anya!” Alejandro berteriak meme
Semalaman pria bertubuh atletis ini mengigau nama yang sama. Emilia sampai bosan mendengarnya. Namun juga penasaran. Siapa nama wanita yang sedari tadi keluar dari mulut Alejandro yang bahkan sudah mabuk berat.“Anya … Anya …” suaranya seperti merintih kesakitan. Namun yang terucap nama wanita.“Anya? Siapa dia? Keadaanmu sudah separah ini masih juga dari semalam kau memanggil satu nama. Dan itu wanita.” Emilia menelisik wajah Alejandro.Tubuh pria tersebut sudah tak lagi mengenakan baju. Hanya terbalut selimut yang menutupi badannya sampai di atas pinggang.Emilia membuka gorden dan cahaya matahari menyeruak masuk ke dalam sampai menembus dan masuk celah mata Alejandro. karena menyadari ada cahaya masuk, Alejandro mengerjapkan matanya dan mengusap dengan punggung tangannya.“Kau sudah bangun?” Emilia menyesap kopi dalam gelas yang digenggamnya.Alejandro melihat sumber suara yang baru saja di dengarnya. “Kau …”Sadar jika taka da kain yang menempel dibadannya. Alejandro terkesiap. Di
Mobil mewah terparkir di depan rumah. Pemiliknya baru saja membuka pintu dan keluar dari mobil yang ditunggangi. Langkahnya lebar terburu-buru. Menobrak pintu memaksa masuk dan menggeledah seluruh isi rumah.“Anya! kau di mana!” teriak Alejandro.Lidya dan Hudson keluar mendengar pintu yang didobrak.“Dia tak ada di sini Ale. Jadi silakan pergi,” usir Lidya.“Dia baru saja keluar,” ucap Hudson.Alejandro dan Lidya kompak mengarahkan pandangannya pada Hudson.“Hudson …” ucap Lidya lirih.“Dia pergi bersama mantan istrimu.” Lagi-lagi Hudson memberi tahu informasi penting pada Alejandro.Lidya marah saat suaminya memberitahukan pada Alejandro. karena dia sudah meminta tolong pada Bianca dan Ronald untuk melindungi Zevanya anaknya. Alasan Lidya tak ingin Alejandro tahu karena dia masih teringat dan sakit hati melihat foto Alejandro dengan seorang wanita yang tidur diranjang dan hanya berbalut selimut saja.“Hudson cukup ….”“Kau mau anak kita dalam bahaya? Kita tak tahu apa isi kepala man
Jarinya reflek tak sengaja menekan panggil. Karena kaget dengan pria yang membuka paksa pintu mobil. Pria bertubuh besar dan berpakaian serba hitam dan mengenakan masker serta topi itu membekap mulut Zevanya dengan tangan yang sudah diberi bius. “Aaa! Tolong! Lepas! Emmmh!” Zevanya yang berteriak dan meronta pun kalah karena efek obat bius yang di sapu tangan itu bekerja lebih cepat. Tangan dan tubuhnya melemas. Zevanya tak sadarkan diri.Ponsel yang sempat digenggamnya jatuh. Sambungan telepon berhasil terhubung.“Halo! Sayang! Anya! Ada apa? Halo! Kau di mana! Sayang, jawab! Zevanyaaa!” ponsel Zevanya berhasil memanggil Alejandro dan terhubung pada sambungan telepon. Alejandro meneriaki Zevanya tanpa henti.Jari lentik menekan tombol merah yang berfungsi untuk mematikan telepon. Siapa lagi, dia Tessa. Seringai puas dan licik tergambar jelas diraut wajah Tessa. dia sungguh licik. Tak ada ketulusan pada Zevanya.Dia menemui Zevanya hanya untuk menjalankan serangkaian misinya untuk me
BUGH! BUGH! BUGH! Suara baku hantam yang menegangkan. Saat mereka sedang sibuk berkelahi. Zevanya dibawa oleh dua orang.“Ale!” jerit Zevanya.Secepat kilat Zevanya dibuat pingsan oleh kedua orang tersebut.Alejandro mengalihkan fokusnya pada Zevanya yang dibawa kabur. Alhasil dia terkena pukulan yang membuatnya tak sadarkan diri.BUGH!***Ruangan sepi senyap tanpa suara. Hanya terdengar suara detik jam dinding yang riuh di tengah ruangan yang hanya dihuni seorang pasien. Sudah seharian pasien pria itu tak sadarkan diri. Hanya bisa tergeletak di brangkar rumah sakit dengan sematan selang infus.Kini jari-jarinya mulai bergerak. Menandakan dia sudah siuman. Matanya pun mulai sedikit demi sedikit terbuka. Manik matanya saat melihat objek masih buram. Dia menoleh kanan kiri dan menatap orang yang melahirkannya.“Mama,” lirih Alejandro.Pria itu bagkit dari tidurnya dan mengubah posisinya menjadi duduk.“Sayang, kau sudah sadar,” Bianca membelai rambut putranya.Wanita itu menatap inten
Selepas menjalani rawat inap di rumah sakit. Alejandro kembali pada dunia nyata yang harus ia jalani. Fisiknya memang sudah membaik. Tetapi batinnya tidak. Dia masih saja diam merenungi kepergian Zevanya dari hidupnya. Angan-angan membangun keluarga bersama Zevanya dan anaknya pupus sudah.Rutinitasnya kini hanya di dalam kamar saja. kamar yang dulunya menjadi milik Zevanya. Kini ia tinggali. Hampir tak pernah keluar, ia hanya mabuk, merokok dan tidur pun harus mengonsumsi obat. Itu pun kalau dia sudah bosan, jika tidak bisa dua sampai tiga hari tak tidur.Karena kondisinya yang tak baik. Semakin hari semakin memburuk. Maka Ronald memberikan kuasa penuh atas perusahaan pada ketiga sahabatnya.Suara ketukan sepatu terdengar makin dekat. Itu tak membuatnya mengalihkan pandangannya pada sosok yang datang padanya.“Bro, kau belum makan dari kemarin. Kami bawakan makanan.” Victor mendekati Alejandro yang melamun.Pandangannya kosong menatap pemandangan kota London dari bilik kamarnya. Temp