Zevanya, Alejandro dan Matt BertemuNapas dua insan yang saling beradu rindu itu berhembus halus. Anginnya saling menyapa kulit satu sama lain. Buliran air mata juga saling menetesi kulit pipi mereka. telapak tangan besar pria itu memegang kedua pipi wanita yang selama ini hilang dari hidupnya.Sesapan lembut terlepas saat Zevanya menyadari apa yang baru saja mereka lakukan. Alejandro yang terngah menikmati momen itu tersentak.“Maaf,” Zevanya panik, kenapa baru sadar saat telah mereka berciuman sepanas itu. wanita itu melangkah pergi dan lari.Alejandro mengusap kasar bekas air mata dipipinya dan pergi mengejar Zevanya. “Anya, tunggu!” teriakannya saat melalui lorong universitas menggema.Zevanya masih saja tak berhenti. Sampai mobil yang terparkir, wanita itu menarik gagang pintu sampai terbuka. Lalu lekas menutup dan buru-buru pula memasang seatbelt. Mobil yang ia kendarai melaju sekencang mungkin agar tak terkejar oleh Alejandro.“Lian!” teriak Alejandro.Sepersekian detik mobil y
Wajah anak kecil itu begitu sumringah saat menyambut orang yang melahirkannya. Matt sedang dalam pangkuan Alejandro. mereka berdua yang dalam posisi berpelukan, merenggangkan dekapan saat tahu Zevanya masuk ke dalam ruangan.Di dalam ruangan itu ada mereka berdua. Sedangkan Lian dan Reynand sudah pulang.Seperti keluarga yang utuh, mereka bertiga berkumpul untuk pertama kalinya. Matt bisa memanggil Alejandro dengan sebutan Papa, setelah sekian lama taka da sosok Ayah dalam hidupnya.“Sayang, kemarilah,” ajak Alejandro yang masih ada di ranjang rumah sakit dengan memangku Matt.Zevanya melangkahkan kakinya pelan menghampiri dua pria yang amat dicintainya. Sampai di samping ranjang, Alejandro menarik tubuh Zevanya hingga dia terduduk tepat disamping pria itu.Ibu satu anak itu masih diam tak membuka mulutnya. Alejandro meletakkan tangannya di atas telapak tangan Zevanya lalu menggenggamnya. Pria itu mendekatkan bibirnya pada jari-jari Zevanya dan mengecup pelan.“Maafkan aku. Kau bisa m
Zevanya, Matt dan Bianca sedang menunggu di luar. Mereka menanti keempat pria yang sedang memberi penjelasan pada Alejandro. Tentang apa yang sudah terjadi.Matt yang sedang asyik bermain di taman rumah sakit. Sedangkan Zevanya dan Bianca sedang mengamati dan berbincang.“Nak, pria itu sudah menemanimu selama tak bersama dengan Ale. apa kau menaruh rasa untuknya?” tanya Bianca.“Tak perlu sungkan, jujur saja tak apa. Mama sangat mendukung semua keputusanmu. Kau berhak bahagia, Zeva. Sedangkan Matt juga butuh sosok Ayah.” ucap Bianca.Wanita yang baru saja bertemu kembali dengan orang dari masa lalunya itu bingung. Benar yang dikatakan Bianca. tak Mungkin selamanya hidupnya begini. Sekeras apapun dia berusaha untuk menjalani peran sebagai kedua orang tua untuk Matt. Pasti tak akan sesempurna bila dia menemukan sosok Ayah yang tepat untuk buah hatinya. Apalagi sekarang tumbuh kembang Matt sudah makin berkembang pesat.Pria yang selama ini menemaninya, mendukung dan membuatnya sampai ber
Zevanya melempar tangan Alejandro yang menggenggamnya. “Oke, kita akan menjadi teman selamanya.” Zevanya tersenyum.“Ya sudah. Matt dan Rey pasti menungguku,” wanita itu mengajak pulang. Dan berjalan lebih dulu lalu masuk ke dalam mobil.Alejandro melongo dengan jawaban Zevanya. ketika sadar wanita itu sudah tak lagi ada di hadapannya. “Anya! Argh! Aku salah bicara.”BRAK!Pintu mobil terteutup rapat. Di dalam sudah ada Zevanya yang sudah mengenakan seatbelt dan sudah tersenyum ketika pria itu masuk.“Ayo, nyalakan mesinnya. Aku harus pulang.”Alejandro menghadapkan tubuhnya pada Zevanya. Pria itu mengingat apa yang sudah dia katakana saat di dalam restaurant tadi. “Anya, bukan teman itu maksudku.”Wanita itu memikirkan kepalanya, wajahnya penuh tanda tanya. “Ale, tadi kau menawarkan unutk kita menjadi teman selamanya. Jelas aku mau. Ayo, cepat anar aku pulang. Reynand sudah menungguku. Kemarin kita belum sempat untuk berbicara karena kau keburu pingsan.”Alejandro mngusap rambutnya
Pria betubuh jangkung itu terdiam. Tak ada pembelaan yang bisa keluar dari mulutnya.“Jadi selama ini Zevanya tahu tentang Chloe?” batinnya.Ingin sekali teriak. Semua tak seperti yang dia inginkan. Semua tak berjalan dengan lancar. Sekarang impiannya untuk menemukan pendamping hidup lenyap sudah. Semua bayangan tentang wanita yang pernah ada dihidupnya muncul satu persatu.Bak susunan puzzle yang mengelilingi kepalanya. Kini pria yang sedang berhadapan dengan Zevanya itu menyusun puzzle satu persatu dikepalanya. Mengingat semua kejadian yang membuatnya kehilangan istri dan anaknya.“Kau memang mirip dengan Chloe, Zeva. Maafkan aku. Selama ini aku terobsesi padamu dan juga Matt. Ketika melihatmu, itu seperti melihat istriku dan Jayden, anakku. Terima kasih kau telah menyadarkanku akan hal itu. aku juga tak bisa menampik semua ucapanmu karena itu semua benar. Aku baru menyadarinya.” wajah Reynand yang tadinya merah padam kini menjadi redup.“Dia sama sepertimu, suka sekali dengan lukis
Deru napas Zevanya menghantam wajah Alejandro. Pria itu memejamkan mata. Menikmati aroma wanita yang lama tak ia jamah. Rahangnya mengeras saat mengingat Zevanya yang menari diatas pusakanya.Beruntung kini wanita itu ada di atas pangkuannya. Gemuruh dada Alejandro kencang. Jika waita itu hanya berjarak beberapa centi meter saja mungkin akan terdengar kencang sekali.Pria itu mengecup dagu Zevanya dan sedikit menggigitnya.“Ackhh!” pekik Zevanya protes.Dengan cepat Alejandro menyerbu leher jenjang Zevanya. Wanita itu menggelinjang hebat. Kepalanya menengadah menikmati sesapan demi sesapan lidah dan mulut Alejandro. sesekali pria itu menggigit dan menjilat leher putih ibu anak satu itu.“Hmph … angh … Ale. cu-kuph!” suara Zevanya terbata dan melemah.“Kau yakin, sayang?” alis Alejandro terangkat satu.Tangannya menyelundup masuk ke dalam pakaian yang dikenakan Zevanya. jarinya lihai membuka pengait bra milik Wanita yang berada di atasnya.PLUB!Gundukan kenyal dan sintal itu berayun s
Kehidupan Alejandro dan Zevanya terasa seperti roller coaster. Siapa yang akan menyangka kedua insan itu akan bertemu kembali setelah sekian lama berpisah?Hal yang didambakan Alejandro dan Zevanya sama-sama terwujud. Melihat orang yang dicintai berkumpul lengkap. Apalagi ada kehadiran malaikat kecil dalam hidup mereka.Alejandro dan Zevanya tidur di ranjang yang sama. Sama seperti dulu. Bedanya sekarang ada balita atau bayi lima tahun yang menyempil di tengah-tengah mereka.Mereka bertiga tidur pulas. Karena tengah malamnya sempat terbangun, Matt menggantinya dengan bangun lebih siang. Tidak hanya Matt, tetapi Mama dan Papanya juga sama.Jam menunjukkan pukul 2 siang. Mereka tidur atau layak disebut pingsan?Seperti biasa saat dulu Zevanya masih dalam masa hamil. Alejandro selalu bangun lebih awal. Sama seperti sekarang. Pria itu bangun lebih dulu dari anak dan Ibu dari anaknya. Dia tak bisa menyembunyikan senyum karena sangat bahagia.Wajah Zevanya ditatapnya penuh cinta. Rasa sena
Wanita itu selalu saja diuji kesabarannya oleh Alejandro. Bagaimana tidak? Saat sedang ada Matt meski berbeda ruangan, Alejandro bertingkah seenaknya sendiri dengan menjamah sana sini.Wanita mana yang tak terbuai. Apalagi pria itu sangat lihai dalam memainkan tubuh Zevanya dari atas hingga kakinya. Namun kali ini tak akan seperti semalam. Dia harus tegas.“Jangan gila kau!” Zevanya menghindarinya dengan buru-buru hingga merapikan baju yang tadi diangkat oleh Alejandro.“Hei kau mau ke mana, sayang?” tanya Alejandro mendekat.“Kau berani mendekat, piring ini akan melayang untuk memecahkan kepalamu!” ancam Zevanya.Zevanya menggigit sandwich yang ada di piringnya. Kemudian kedua tangannya meraih piring. Dia akan melempar piring itu ke pria mesum itu.“Kalian kenapa lagi?” tanya Matt anak yang polos itu sudah selesai dengan sandwich dan memegang gelas kosong bekas susu. Lalu anak itu menaruh piring dan gelasnya di meja.Alejandro menggendong Matt. “Mamamu itu dulu seperti kucing. Tetapi