Elrissa dan Alano berbaikan sehingga mereka bermesraan lagi seperti biasa. Dari mulai menonton film berdua, lalu bercinta dengan penuh hasrat di malam hari. Elrissa bahagia setiap hari dimanjakan. Apapun yang dia butuhkan selalu tersedia di dalam rumah. Karena inilah, dia agak lupa dengan niatnya untuk mencari Daniel. Alano memberikan semua kesenangan di rumah ini. Tidak ada hari tanpa bersenang-senang dan bermain permainan papan seperti ular tangga atau catur. Saat bermain ular tangga, Alano selalu kalah karena itu mengandalkan keberuntungan dadu. Sementara, ketika bermain catur— dia tak terkalahkan. Seperti saat ini, mereka duduk di atas karpet, melingkari meja ruang tengah. Di atas meja terdapat papan catur dimana pion milik Elrissa sudah tumbang semua. "Sebenarnya gimana sih cara mengalahkanmu?“ Wanita itu jengkel. Dengan angkuh, Alano menjawab, "kalau permainan strategi, aku nggak mungkin
"Semua ruangannya nggak terkunci 'kan? Aku bebas masuk, ya?" Elrissa melihat ke lorong depannya dimana terdapat banyak pintu-pintu ruangan."Iya, semua kunci setiap ruangan di lantai bawah sampai atas sudah aku buka. Kamu bebas masuk ruangan mana saja. Tapi, kalau kebetulan masuk ke ruang kerjaku, tolong jangan sentuh apa-apa.""Iya." Elrissa menuding ke beberapa kamera pengawas menempel di tembok. "Oh iya, kamu pasti jujur 'kan, tidak pakai bantuan kamera pengawas untuk mencariku?"Alano mendadak berkata keras, "matikan semua CCTV dalam rumah!"Dalam hitungan detik, perintah itu direspon otomatis. Seluruh lampu pada kamera pengawas dalam rumah ini mati, menandakan semuanya tidak aktif.Ada suara wanita dari pengeras suara berbunyi, 'CCTV dalam rumah telah dimatikan'Kaget, Elrissa sempat menoleh ke berbagai arah. Sudah lebih dari seminggu tinggal di rumah ini, dia baru tahu ada suara asing ini. "Barusan itu mirip suara Google ...""Ya anggap saja begitu, memang virtual Assistent.""R
Takut? Bingung?Elrissa masih berdiam diri di belakang rak buku. Padahal, tadi dia bersemangat ingin mengerjai Alano— tetapi memori dikejar stalker itu makin memenuhi isi kepalanya.Alano masuk ke dalam ruang perpustakaan mini ini. Dia agak kesulitan melihat di kegelapan."Sayang? Kamu di mana?" Suaranya pelan sekali.Langkah pria itu mendekat diiringi juga dengan suara lagu yang hampir habis. Dia melihat sedikit bayangan tubuh Elrissa yang bersembunyi di balik rak depannya."Sayang ..." Ia memanggil lirih, menengok ke balik rak itu, lalu mengejutkan Elrissa, "aku menemukanmu!""Ah!" Elrissa terloncat kaget, tahu-tahu Alano sudah di sebelahnya.Akibat pencahayaan kurang, alhasil wajah pria itu juga agak samar.Batin Elrissa menolak mengakui kalau Alano mirip sekali dengan sosok di gang waktu itu.Alano mendekat hingga wanita itu terhimpit di antara dadanya dan rak buku."Aku menang berarti, ya?" Alano mengambil sejumput rambut Elrissa dengan jemarinya. Lalu, berkata lebih lirih, "Sud
Si pria berguling ke samping. Dia memandangi langit-langit kamar bernuansa remang ini. Suasana mendadak sunyi, hanya terdengar napas mereka yang masih terengah-engah, menikmati sisa-sia kenikmatan barusan. Ada luka jahitan sepanjang sepuluh sentimeter yang baru kering di atas puting dada kanan pria itu, seperti bekas sayatan benda tajam. "Aku mau pergi sebentar." Ia menyibakkan selimut, lalu bangkit. Ia mengenakan kemeja dan celananya yang berserahkan di lantai. Wanita yang terbaring di sebelah menarik kemeja belakang pria itu. Dia tampak. "Daniel, Kamu tega banget selalu menyebut nama orang lain saat bersamaku.“ "Maaf.” Pria bernama Daniel ini menarik kemejanya hingga terlepas dari pegangan. “Tolong jangan membahas itu, kita sepakat melakukan ini karena kebutuhan tubuh saja 'kan?” "Tapi seenggaknya jangan memanggilku Rissa, namaku ini Sarah ..." "Kenapa kamu sewot? Apa salahnya aku memanggil nama tunanganku? Kamu juga bebas memanggil nama siapapun.“ ”Aku nggak sewot,
Elrissa bangun dari ranjang. Ia beberapa kali menguap sembari mengerjap-ngerjapkan mata. Suasana kamar tidur ini masih remang, tapi dari jendela sudah terlihat kalau pagi hari telah datang. Tak seperti biasanya, hari ini cuaca agak lebih terang. Elrissa penasaran dengan kondisi luar. Jadi, dia menyingkap selimut, lalu turun dari ranjang, berjalan mendekat ke pintu kaca menuju balkon. "Dikunci nggak, ya?” Dia membuka tirai putih, lalu terlihatlah pemandangan luar yang indah. Dia mengotak atik kenop pintu kaca itu sampai berhasil terbuka. Saat dibuka, udara dingin menerpanya, menerobos masuk hingga mendinginkan kamar. Elrissa berjalan mendekat ke pagar balkon. Rambut berkibar oleh angin pagi yang segar. "Indah banget.“ Hujan tak turun lebat seperti hari-hari kemarin. Tetapi, halaman depan rumah Alano tampak basah, dipenuhi oleh air embun yang melimpah. Tiga pria berseragam hitam tampak mondar-mandir, satu di antaranya menata pot tanaman. Mereka adalah pegawai keamanan rumah
Elrissa menghabiskan sisa waktu siang dengan menonton berita di televisi, sementara Alano bekerja di ruangannya.Tak seperti sebelumnya, saat ini Elrissa sudah bisa menonton berita, meski sedikit sekali. Sekalipun dia menggunakan saluran TV berbayar, ternyata tidak semua bisa diakses."Apa iya aku cuma boleh nonton Netflix? Yang benar saja,“ gerutunya meratapi siaran di televisi tidak ada yang menarik.Dia kembali merasa terkekang di rumah, jangankan keluar, berita pun tak bisa dia dapatkan dengan bebas.Selain itu, beberapa situs tak bisa dia akses di ponselnya, termasuk media sosial. Jadi, dia tak begitu tahu apa yang terjadi di negaranya ini.Alano sengaja memblokir semua akses berita dari luar sampai pemberitaan tentang Daniel sang pembunuh berantai lenyap.Tetapi, tak disangka, tak sengaja Elrissa menemukan channel televisi yang menayangkan breaking news tentangnya.".... Menurut kepolisian, pembunuh berantai tersebut men-tatto lehernya dengan garis vertikal kecil setiap kali ber
Alano puas dengan pemikiran Elrissa untum saat ini. Karena hal tersebut, dia mengeluarkan kunci mobil. Lalu, benda itu disodorkan kepada wanita tersebut. Dia berkata, "Maaf, kalau selama ini aku terlihat seperti mengekangmu. Tapi, mulai sekarang, kamu bebas kemanapun ... ini mobil untukmu, pakai saja." "Hah? Ini serius? Mobil untukku?" Terkejut, Elrissa agak gemetaran menerima kunci mobil itu. Dia bisa menyetir, tapi tidak pernah memiliki mobil sendiri. "Iya, di garasi 'kan ada dua mobil, satunya yang warna putih itu pakai saja, jenis matic, kamu pasti bisa 'kan? Atau kalau kamu nggak suka, kita beli baru. Kamu pilih sendiri." "Nggak usah. Aku bukan orang nggak tahu diri." "Jangan gitu dong, Sayang. Kamu itu istriku." "Tapi ini beneran. Aku pernah pakai mobil, tapi nggak tahu kalau masih bisa..." "Misal kamu lupa, kamu les berkendara dulu nggak apa-apa, kok." "Makasih." "Sama-sama." "Aku belum pernah punya mobil, y- jelas sih ...." Elrissa terharu menatap kunci mobil yang
Seperti biasa, sebelum atau bangun tidur, Elrissa dan Alano melakukan hubungan intim.Alano semakin mahir dalam melakukan kegiatan ranjang ini, bahkan terus mencoba berbagai gaya.Elrissa terpejam sembari mendekap bantal layaknya guling. Antara masih mengantuk tapi juga bergairah.Dia hanya bisa diam, menikmati hujaman Alano dari belakang.Gerakannya pelan, namun dalam. Alano sengaja agar durasi bercinta mereka lebih lama dan romantis.Sehelai selimut tebal menutupi aksi tubuh bawah mereka yang bergulat."Selamat pagi, Sayangku yang nakal ..." bisik Alano diiringi erangan lirih di belakang telinga Elrissa. Tangannya meraba2 pinggang Elrissa."Bagaimana, sayang, enak bukan caraku membangunkanmu?" Ia bertanya.Elrissa berbalik badan, kini telentang. Dia menarik selimut sampai menutup dadanya. "Kamu sudah gila."Ia menyentuh perut bawahnya yang hangat. Benih cinta Alano telah memenuhinya."Ini masa suburku, loh, kamu dari kemarin-kemarin keluar banyak, aku takut pil kontrasepsinya nggak