Keputusan Xia Ding ditentang dan dibenci oleh banyak tetua. Mereka sangat kesal dan mulai tidak menyukai Xia Ding dengan keputusannya yang tetap mempertahankan Lu Fei. Xia Ding sebenarnya masih ragu juga dengan keputusan yang dia buat. Hanya saja dia percaya kepada Ye Du yang memberikan saran. "Kenapa?" tanya Xia Ding."Sudah aku katakan tadi. Bocah itu gila. Saat kau bermusuhan dengannnya, kau akan menjadi target kebenciannya dan kau akan menjadi mainnya baginya. Lebih baik berpihak kepada bocah itu daripada berpihak kepada kekaisaran," jelas Ye Du. Xia Ding mengerutkan keningnya. Sebanyak apapun dia berpikir, dia tidak bisa memahami keputusan Ye Du sama sekali. Dia juga bingung kenapa dirinya bisa membuat keputusan seperti itu. Xia Ding bingung dengan dirinya sendiri. Bahkan sekarang dia mulai menyesal membuat keputusan itu. "Bagaimana bisa berpihak kepada satu individu lebih baik daripada berpihak kepada satu kekaisaran? Di mana logika yang bisa digunakan? Aku tidak melihat satu
Lu Fei fokus berkultivasi. Dia adalah orang kedua paling santai di sekte Bintang Berpijar. Tentu setelah Ye Du yang kerjaannya hanya tidur, makan, minum teh. Hanya tiga kegiatan itu yang dia lakukan selama ini. Semua pekerjaannya dikerjakan oleh murid-muridnya. Lu Fei juga begitu, tetapi dia masih rajin berlatih. Tidak ada hari tanpa latihan bagi Lu Fei. Sedangkan, Ye Du tidak ada latihan setiap hari. Meksi begitu mereka berdua sangat cocok. Pikiran mereka bisa saling mengerti satu sama lain. Jenius lainnya akan mengerti pemikiran jenius lainya meski mereka tidak saling menjelaskan satu sama lain. "Kakimu terlalu maju. Kalau aku menjadi musuhmu. Aku bisa menendang Kakimu dengan mudah. Kau akan terjatuh dan pertarungan selesai," ucap Ye Du. Lu Fei mengubah posisi kakinya sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ye Du. Dia mulai melakukan beberapa gerakan lagi. Gerakan Lu Fei Sangat indah, dia punya tubuh yang bagus. Setiap serangannya bisa mengenai target dengan tepat. Ye Du selalu saj
Desa itu dihancurkan. Tidak ada yang tersisa di sana. Semua orang di sana dibantai habis. Yang tersisa hanya kepala desa saja. Keadaan kepala desa itu pun babak belur di sana. Tatapan mereka tajam ke arah kepala desa, itu sangat mengintimidasi. Kaki ketua kelompok itu menginjak kepala kepala desa. "Kalian sembunyikan di mana monster itu?" "Akhu tidhak tahu." Kepala desa menjawab dengan suara yang serak dan napas yang tersengal. Dia sangat kesakitan sekarang. Kematian sudah ada di depan matanya. Dia akan tetap menjaga rahasia tentang Lu Fei yang membawa monster yang dicari oleh kelompok itu dari desa. Kepala desa itu tersenyum. Senyuman itu menyebalkan. "Bunuh saja dia! Dia tidak akan mengatakan apapun. Kita cari saja ke tempat lain. Aku melihat ada jejak kaki monster itu ke luar desa," ucap salah satu dari mereka. "Bunhuh sajha akhu." "Dengan senang hati." Praaaaassh Satu Tebasan langsung memotong kepala kepala desa itu. Darah bermuncratan ke berbagai arah. Orang itu mengha
Kedua pria besar itu maju. Dia memegang bola cahaya yang ada di sana. Mereka menyentuh bola itu dan mengalirkan qi mereka ke dalam bola itu. Saat itu juga muncul angka yang bisa dilihat semua orang. Jumlah yang besar. Muncul angka 78 dan 82 untuk kedua pria itu. Semua orang tercengang melihat angka bakat mereka yang besar. Kedua pria itu tersenyum ke arah Lu Fei. "Lihat itu! Kau tidak akan bisa melewati ini."Lu Fei terlihat tidak perduli. Kedua pria besar itu ingin marah, tetapi mereka diminta mundur dan berkumpul dengan anggota yang berhasil lolos ke tahap selanjutnya. Nomor urut Lu Fei pun dipanggil. Saat dia maju, beberapa orang berbisik. Mereka meremehkan Lu Fei karena sangat muda. Rata-rata yang ikut seleksi itu dua puluh tahunan. Ini adalah seleksi untuk murid luar yang bisa dilakukan oleh siapa pun. Tentu saja untuk menjadi murid dalam, mereka harus berjuang sangat panjang dan keras.Karena itu banyak yang meremehkan Lu Fei. Kalau Lu Fei berbakat, dia seharusnya sudah menjadi
Lu Fei dikepung oleh banyak panitia. Para calon murid bergumam dan mulai mempertanyakan apa yang terjadi. Mereka merasa kalau ini sudah keterlaluan. Lu Fei masih remaja yang tidak seharusnya diperlakukan seperti ini, tetapi tidak ada yang berani protes karena mereka ingin menjadi murid di sana. Sebenarnya tanpa mereka bantu, Lu Fei juga bisa mengatasi ini dengan cara yang dia punya.Tetua itu tercengang. Ketujuh belas panitia itu dijatuhkan oleh Lu Fei sendirian. Bahkan satu panitia masa depannya dihancurkan oleh Lu Fei. Dia kesal karena semua ini berawal dari panitia itu. Dia yang memberikan izin, tetapi dia juga yang menghasut dan menyalahkan dirinya. Untung saja Lu Fei tidak membunuhnya. "Aku sudah berbaik hati tidak membunuh mereka. Jadi, berhentilah melakukan hal bodoh ini!" tegur Lu Fei. Bukannya selesai. Tetua itu malah menyerang Lu Fei. Itu membuat Lu Fei menghela napas. Dia pun memasang kuda-kuda dan mulai bertarung. Tentu saja kali ini lawannya sulit, tetapi bukan berarti
Lu Fei disambut dengan baik oleh sekte Tinju Api. Mereka sangat menghormati Lu Fei. Apalagi Lu Fei adalah pemilik dari gedung Alkimia sekte Bintang Berpijar. Chen Zhen bahkan mengeluarkan teh terbaik miliknya untuk Lu Fei. Dia juga memberikan buah, cemilan, dan dua orang wanita cantik untuk Lu Fei. Dua wanita ini akan melayani Lu Fei seperti menuangkan teh, mengupaskan buahh, dan melakukan hal sejenis lainnya. Lu Fei kagum dengan kebaikan Chen Zhen. Dia mengangguk paham. Lu Fei tahu maksud semua ini. Tentu saja karena Chen Zhen ingin mendapatkan keuntungan dari Lu Fei. "Katakan!" pinta Lu Fei. "Apa maksud anda?" tanya Chen Zhen seolah-oleh tidak paham situasi. "Sepertinya adik Fei salah mengartikan maksud baik yang aku berikan. Ini murni karena aku ingin menjalin hubungan baik saja. Tidak akan maksud lain."Lu Fei mengangkat kedua bahunya. "Baiklah." "..."Hening. Lu Fei sibuk menikmati apa yang disediakan oleh Chen Zhen. Chen Zhen berdecak kecil. Dia memaki dirinya sendiri yang
Saat Lu Fei dan Chen Zhen tiba di sana. Terlihat kalau ada begitu banyak orang yang terbunuh di sana. Chen Zhen langsung maju. Dia mulai membantu yang lainnya. Lu Fei masih berdiri di sana. Dia menyipitkan matanya. Dia merasa ada yang aneh. Keempat orang ini terlalu terang-terangan melakukan serangan ke tempat ini. "Bukankah ini akan membuat mereka dalam masalah? Mereka kalah jumlah."Lu Fei mengangkat kedua pundaknya. Dia membalik badan. Awalnya dia ingin membantu, tetapi Lu Fei yakin kalau pihak sekte Tinju Api bisa mempertahankan sekte mereka dan menang. Pihak musuh memang lebih kuat, tetapi sekte Tinju Api punya keunggulan dalam jumlah. Harusnya ini hal baik untuk mereka. Lu Fei tersenyum dan langsung pergi dari sana. Dia akan mencari keberadaan Api Abadi yang dia cari. Kalau dia bisa menemukan api itu. Lu Fei bisa mendapatkannya dengan gratis dan menuduh penyerang ini yang melakukan pencurian. Niat Lu Fei begitu. Pikiran Licik selalu saja terpikirkan olehnya. Dia sangat bersema
Lu Fei berhasil membunuh lawannya dengan cukup mudah. Padahal perbedaan kekuatan mereka jauh. Pedang Kaisar Cahaya memang sangat luar biasa. Lu Fei heran dengan dirinya sendiri yang waktu itu bisa menahan gempuran pedang Kaisar Cahaya. Aneh saja, dia masih bisa bertahan dan tidak terbunuh waktu itu. "Siapa kau sebenarnya?" tanya orang berjubah itu. Lu Fei tidak perduli. Dia pun menebas leher orang itu dan akhirnya dia bisa menang. Dia menatap ke arah api abadi di depan dirinya. Lu Fei menunduk, dia ingin mengambil api abadi itu. Tiba-tiba saja dia merasakan ada seseorang berjalan ke arah dirinya. Dia menoleh dan saat itu juga terlihat kalau ada Chen Zhen memegang pedangnya dengan tubuh berlumuran darah. Lu Fei berdecak kesal. Dia pun mengeluarkan pedangnya lagi, tetapi kali ini hanya pedang biasa. Bukan pedang Kaisar Cahaya lagi. Terlalu menyakitkan memegang pedang gila itu."Sepertinya tidak ada pilihan lain."Lu Fei melompat turun. Chen Zhen berlari ke arah dirinya. Lu Fei sudah