DODI Sepulang kerja, aku memenuhi permintaan mbak Winda, yaitu datang ke rumahnya. Tak lupa membawa apa yang dia pesan kemarin yaitu batagor dan makanan lain. Meski perempuan itu selalu bersikap buruk aku tetap saja masih sayang padanya. Tak tega kalau meminta sesuatu, diabaikan. Jadi, sebisa mungkin dipenuhi selama permintaan tidak aneh-aneh. Atau berupa hal buruk. Rasa sayang dan kebaikanku itu rupanya dimanfaatkan oleh Mbak Winda untuk menghantam Mita dulu. Jadilah kerap terjadi konflik dengan Mita dalam beberapa hal. Puncaknya ketika aku menggunakan uang Mita secara brutal. Kejadian itu hampir saja menenggelamkan bahtera rumah tangga yang telah berlayar belasan tahun lamanya. Untunglah kesadaran cepat datang hingga pernikahan dapat diselamatkan.Mbak Winda menyambutku dengan semringah. Dia bersikap seolah-olah adiknya ini tidak sedang memiliki masalah berat. Bahkan yang terlihat Mbak Winda begitu ceria Mungkin dia bahagia dengan terpisahnya aku dan Mitha."Ada apa, Mba?""Kapan
Tatapan tajam mataku yang diarahkan pada Mbak Winda tidak digubrisnya. Dia bersikap seolah-olah tidak sedang melakukan sebuah kesalahan. Kalau tak ingat harus menjaga adab di hadapan tamu, sudah kumarahi wanita itu habis-habisan. Bisa-bisanya membuat makar murahan. Dia jelas telah menjebak adiknya agar bertenu dengan wanita itu. Demi menghormati tamu, aku berusaha menekan emosi. Sebisa mungkin bersikap biasa ketika menyapa Erika. Pun saat harus berbasa-basi dengannya."Suami Erika wafat dua tahun lalu, sekarang Erika hidup dengan satu putra, satu putri, ya?"Oh, jadi Erika janda. Berarti mbak Winda punya niat menyambungkan kembali aku dengannya. Benar-benar parah ini kakak. Dia 'kan tahu aku belum bercerai dengan Mita, kenapa sudah membuat rencana perjodohan dengan wanita lain?Pasti ini adalah bagian dari strategi untuk menghancurkan rumah tanggaku. Sudah jelas ke mana arahnya sebab bersamaan dengan terpisahnya aku dan Mita.Aku tak boleh terbawa emosi, malah harus berpura-pura antu
MITAHari-hari tanpa mas Dodi membuat kehidupanku serasa sepi. Apabila malam, mata sulit terpejam, pastilah terbayang dirinya. Kebiasaan ngobrol jelang tidur seakan jadi candu yang tak mudah dilepaskan.Tapi, mau gimana lagi, kami harus menjalani hidup terpisah untuk sementara waktu. Ini semua demi mengakhiri makar Ferdy dan saudara-saudara mas Dodi. Ternyata pengorbanan yang dicurahkan untuk menuntaskan masalah ini tak main-main.Untunglah kami masih bisa berkomunikasi lewat online. Meski rasanya berbeda, lumayanlah dapat membasuh sedikit kerinduan. Apalagi kalau mas Dodi melempar candaan dan rayuan-rayuan gombal, hatiku ketika itu juga terhibur.Dia pun berulang-ulang mengatakan kalau ini tidak akan lama. Tetap bersabar sampai waktunya tiba. Ia berjanji akan terus berusaha untuk menyelesaikan masalah ini.Meski diterpa masalah berat, jadi ringan di sisiku sebab mas Dodi siap mendukung sepenuh hati. Andai lelaki itu termakan fitnah, betapa tak terkira penderitaanku saat ini."Yang sa
MITABetapa terhenyak aku melihat kiriman video dari nomor itu. Meski tidak terdengar pembicaraannya, tapi jelas yang sedang duduk berdua dengan seorang perempuan adalah Mas Dodi. Perempuannya sama dengan yang terlihat di foto.Tanpa pikir panjang aku melesatkan motor ke arah Cafe Lamonte. Harus dibuktikan apakah yang ada dalam video itu benar atau tidak. Kalau benar, tentu saja mas Dodi harus menjelaskan semua ini.Jantungku seirama dengan kondisi pemikiran. Berdebar-debar kencang sebab terbawa bayangan-bayangan buruk. Sekuat apapun mengedepankan logika, perasaan tetap menang. Fakta-fakta yang terjadi akhir-akhir ini membuatku terus mengarah pada pemikiran buruk.Apakah ini tujuan mas Dodi merencanakan drama pisah rumah? Dia ingin bebas selingkuh dengan wanita lain. Itulah mungkin sebabnya melarangku keluar rumah.Rasa ini semakin kuat sebab Mas Dodi mengabaikan pesan dan panggilanku. Jangan-jangan dia memblokir nomor ini hingga tak bisa dihubungi. Kalau semua dugaan benar, berarti a
Setelah Erika pergi, mba winda langsung melemparkan banyak pertanyaan. Intinya berputar pada bagaimana kesanku atas pertemuan ini. Juga penilaianku terhadap Erika. Dari desakannya, sudah terlihat bahwa wanita ini sangat menginginkanku bisa berhubungan lebih lanjut dengan Erika. Ia bahkan memuji-muji wanita itu secara berlebihan. Sesekali membandingkan dengan Mita. Muak sebenarnya dengan omongan berlebihan mbak Winda. Sayangnya, semua tidak bisa diekspresikan. jadi aku dengarkan saja Meski kepala pusing dan perut mual akibat sebal dengan puji-pujian yang tak pantas diucapkan. Tak mau panjang urusan, aku hanya menanggapi seperlunya saja. Lebih baik cepat pulang agar tak terus-menerus diteror. Biarkanlah mba Winda dengan hayalannya. Pusing kalau terus diladeni apalagi dituruti.kadang bingung mengapa wanita itu bisa mempunyai karakter buruk. Bukan hanya buruk tapi sangat buruk. Ingin sekali mengubahnya sebab takut kalau terus seperti itu akan berefek negatif pada kehidupannya ke depan.
Aku lebih nyambung bicara dengan mas Agus sebenarnya. Kakak iparku itu bisa diajak diskusi tentang banyak hal. Sayangnya dia dia licik, sejenislah dengan istrinya.Di cafe aku mengotak-atik HP di cafe.. Karena diinstal ulang, jadi harus dari nol menyiapkan perangkatnya. Setelah perangkat siap, barulah mendownload kembali beberapa aplikasi. Ini benar-benar merepotkan. Kalau tak sabar sudah kubanting HP nya.Karena kesal kumasukan dulu HP ke dalam tas. Nantilah dilanjutkan kalau sudah makan. Rasa haus dan lapar tentu saja membuat emosi semakin menggelepar. Jadi mending tuntaskan kebutuhan jasmani ini."Loh, mas Dodi ada di sini? Kebetulan sekali, boleh ikut duduk di sini?"Erika? Mengapa sebuah kebetulan sekali pertemuan kami. Oh, Mungkin tempat usahanya ada di daerah sini jadi wajar datang ke cafe Lamonte.Erika memesan makanan dan minuman kupersilakan duduk di sini. Mungkin sama sepertiku sedang lapar. Dari pakaiannya pun terlihat formil, pastilah baru pulang ngurus usaha.Tampilan E
Adu mulut pun terjadi di antara aku dan Mita. Entah istriku sadar atau tidak bahwa suaminya sedang bersandiwara, tak masalah. Tapi, kelihatannya Mita asli cemburu melihatku dan Erika.Matanya nyalang saat menyerangku. Sepertinya itu adalah luapan emosi dari hati yang tengah dibakar api. Apalagi kata-kataku sangat kasar seperti layaknya orang yang sedang murka.Mita seperti macan betina yang tengah mengamuk. Dia sampai tidak bisa mengendalikan diri dan melihat bahwa aku bersandiwara. Api cemburu dan prasangka telah melumat kepercayaannya padaku. Jika aku tidak sadar bahwa ini jebakan mungkin sudah terpancing dengan serangannya. Bahkan rumah tangga kami yang sudah kembali damai bisa huru-hara. Fitnah memang lebih kejam daripada pembunuhan. Bahkan fitnah bisa menghancurkan segala-galanya. Mencerai beraikan satu hubungan dan menghancurkan satu keluarga bahkan satu bangsa sekalipun. hal tersebut tentu saja sangat mengerikan. Pantaslah pelakunya sangat dibenci oleh Allah. dan diberi hukum
"Mantan, ya? Huh, panas, nih, panas! Ngapain coba kalian berduaan di kafe?"Mita memajukan bibir dan matanya mendelik padaku. Terang saja aku ngakak melihat raut wajah istri tercinta. Eh, malah kena cubit. Wanita kalau sudah cemburu memang lucu. Tapi juga mengemaskan. Bahkan aku merasa tersanjung ketika mendapati kenyataan bahwa cinta Mita begitu dalam. Dia tidak rela suaminya ini menduakan perasaan. "Malah bengong, ngomong napa!" tajuk Mita. Berarti dia memang menanti penjelasan supaya benar-benar clear bahwa kejadian di cafe Itu bukan sebuah kesengajaan. Baiklah, agar hatinya tenang dan tidak lagi berpikir macam-macam akan kuceritakan Aku menceritakan siapa sebenarnya wanita yang bersama di kafe. Ia terlihat gemas ketika tahu bahwa Erika memang mantan di masa lalu. Sesaat dadanya turun naik, mungkin menahan api cemburu."Nah'kan cemburu?"Melihat sikapnya aku jadi senang menggoda. menggemaskan sekali mendapati Mita sedikit uring-uringan. Bahkan aku ingin sekali menggoda terus-me