Untuk membentuk opini bahwa rumah tanggaku dan Mas Dodi semakin rusak, kami membuat strategi mengundang Mas Agus dan mbak Winda ke rumah. Alasan yang diberikan adalah Mas Dodi ingin ngobrol dengan mereka. Karena sedang sakit jadi tidak bisa ke mana-mana.Semakin mahir saja suamiku menyusun rencana. Bahkan, ini jebakan tingkat tinggi untuk saudaranya. Ketika mereka ada di sini, kami akan bertengkar hebat. Mas Dodi harus melempar barang agar terlihat makin kuat bukti luapan emosinya.Aku dan mas Dodi tertawa-tawa ketika kami melakukan uji coba. Beberapa kali gagal sebab tak kuat untuk meneruskannya. Kami merasa ini sangat konyol tapi tetap harus dilakukan.Meta dan suaminya akan datang untuk melerai sehingga tidak perlu ada drama pengusiran. Aku tidak boleh meninggalkan rumah ini sebab nanti sulit koordinasi dengan mas Dodi. Gak mungkin Mas Dodi datang ke rumah mama nanti malah dicurigai.Sekarang kami tinggal menunggu kedatangan mereka sebab semua rencana sudah dimatangkan. Kami benar
DODITernyata benar, mbak Winda mas Agus, Adi dan istrinya bersekongkol dengan Ferdi. Boni mengirim rekaman video saat sebagian dari mereka bertemu di rumah makan. Mataku belum rabun hingga dapat melihat dengan jelas orang-orang tersebut.Kelakuan mereka memang keterlaluan. Sudah saatnya diberi pelajaran. Bukan untuk menyengsarakan atau menzalimi, tapi agar sadar bahwa perbuatannya jahat.Aku tak menyangka mereka bisa melakukan kejahatan sebesar itu pada saudaranya sendiri. Mungkin berasal dari kebencian yang dalam pada Mita. Mereka gelap mata sampai tak bisa lagi membedakan mana salah dan mana benar.Ini berawal dari kekukuhanku menikahi Mita dan menolak wanita yang disodorkan oleh Mbak Winda waktu itu. Mereka ingin aku menikah dengan pilihannya sebab merupakan perempuan kaya raya. Dipikir nanti kalau kami bersama, orang-orang tersebut juga bisa merasakan kecipratan kekayaan.Meski sudah menikah belasan tahun dengan Mita, kebencian mereka rupanya tak pernah padam. Malah makin menjadi
DODISetelah makan makanan yang dibeli Mita kami menyusun rencana lagi. Untuk lebih menguatkan opini bahwa rumah tanggaku buruk harus dibuat drama baru. Kalau di kepala mereka tercipta hal tersebut tentu saja orang-orang itu akan merasa dirinya sudah sukses.Pertengkaran adalah salah satu cara untuk membentuk opini buruk. Mereka harus menyaksikan sendiri bagaimana kami terus menerus bertengkar. Nanti akan dilaporkan pada Ferdi terkait perkembangan ini.Agar pertengkaran terlihat alami, harus ada dulu latihan bertengkar. Kata-kata dan mimik wajah serta gerakan tubuh harus sesuai dengan kondisi orang yang saling marah-marah.*Aku menghubungi mbak Winda untuk menyampaikan ingin bertemu di rumah. Kukatakan ada hal penting yang disampaikan. Karena ini sangat mendesak maka mereka harus datang.Tentu saja mbak Winda antusias saat dikatakan ini terkait masa depan hubungan dengan Mita. Dia bilang akan datang bersama Mas Agus ke rumahku.Di waktu yang telah ditentukan, kami mulai memainkan dra
DODIHari ini aku mengantar Mita ke rumah orang tuanya. Paling lama sandiwara pisah rumah akan berjalan satu minggu. Bisa jadi nanti maju atau mundur tergantung progres. Kalau bukti terkait kejahatan Ferdi dan sekutunya sudah kuat, aktivitas ini akan dipertimbangkan.Benar saja mama Mita sampai terkaget-kaget ketika kami datang. Apalagi Mita bawa koper besar. Tentu saja beliau sangat terkejut. Pasti di kepalanya tenaga bermunculan tanya dan prasangka. Setelah dijelaskan barulah mama dapat bernapas lega. Raut kekagetannya juga sirna seketika. Bahkan, sekarang beliau ikut memberi saran penyelesaian masalah.Kami menampung saran mama, bisa jadi memang pas. Kalaupun tak tepat, tetaplah harus dihargai."Aku pulang, ya. Kayaknya bakal sepi banget rumah tanpa kamu." rajukku ketika sudah waktunya pulang "Sabarlah, Sayang. Pisah dulu bentar, nanti juga barengan lagi," balas Mita."Berat.""Yeee!"Rasa berat harus berpisah ini bukan main-main. Padahal waktunya juga seminggu. Mungkin karena h
DODI Sepulang kerja, aku memenuhi permintaan mbak Winda, yaitu datang ke rumahnya. Tak lupa membawa apa yang dia pesan kemarin yaitu batagor dan makanan lain. Meski perempuan itu selalu bersikap buruk aku tetap saja masih sayang padanya. Tak tega kalau meminta sesuatu, diabaikan. Jadi, sebisa mungkin dipenuhi selama permintaan tidak aneh-aneh. Atau berupa hal buruk. Rasa sayang dan kebaikanku itu rupanya dimanfaatkan oleh Mbak Winda untuk menghantam Mita dulu. Jadilah kerap terjadi konflik dengan Mita dalam beberapa hal. Puncaknya ketika aku menggunakan uang Mita secara brutal. Kejadian itu hampir saja menenggelamkan bahtera rumah tangga yang telah berlayar belasan tahun lamanya. Untunglah kesadaran cepat datang hingga pernikahan dapat diselamatkan.Mbak Winda menyambutku dengan semringah. Dia bersikap seolah-olah adiknya ini tidak sedang memiliki masalah berat. Bahkan yang terlihat Mbak Winda begitu ceria Mungkin dia bahagia dengan terpisahnya aku dan Mitha."Ada apa, Mba?""Kapan
Tatapan tajam mataku yang diarahkan pada Mbak Winda tidak digubrisnya. Dia bersikap seolah-olah tidak sedang melakukan sebuah kesalahan. Kalau tak ingat harus menjaga adab di hadapan tamu, sudah kumarahi wanita itu habis-habisan. Bisa-bisanya membuat makar murahan. Dia jelas telah menjebak adiknya agar bertenu dengan wanita itu. Demi menghormati tamu, aku berusaha menekan emosi. Sebisa mungkin bersikap biasa ketika menyapa Erika. Pun saat harus berbasa-basi dengannya."Suami Erika wafat dua tahun lalu, sekarang Erika hidup dengan satu putra, satu putri, ya?"Oh, jadi Erika janda. Berarti mbak Winda punya niat menyambungkan kembali aku dengannya. Benar-benar parah ini kakak. Dia 'kan tahu aku belum bercerai dengan Mita, kenapa sudah membuat rencana perjodohan dengan wanita lain?Pasti ini adalah bagian dari strategi untuk menghancurkan rumah tanggaku. Sudah jelas ke mana arahnya sebab bersamaan dengan terpisahnya aku dan Mita.Aku tak boleh terbawa emosi, malah harus berpura-pura antu
MITAHari-hari tanpa mas Dodi membuat kehidupanku serasa sepi. Apabila malam, mata sulit terpejam, pastilah terbayang dirinya. Kebiasaan ngobrol jelang tidur seakan jadi candu yang tak mudah dilepaskan.Tapi, mau gimana lagi, kami harus menjalani hidup terpisah untuk sementara waktu. Ini semua demi mengakhiri makar Ferdy dan saudara-saudara mas Dodi. Ternyata pengorbanan yang dicurahkan untuk menuntaskan masalah ini tak main-main.Untunglah kami masih bisa berkomunikasi lewat online. Meski rasanya berbeda, lumayanlah dapat membasuh sedikit kerinduan. Apalagi kalau mas Dodi melempar candaan dan rayuan-rayuan gombal, hatiku ketika itu juga terhibur.Dia pun berulang-ulang mengatakan kalau ini tidak akan lama. Tetap bersabar sampai waktunya tiba. Ia berjanji akan terus berusaha untuk menyelesaikan masalah ini.Meski diterpa masalah berat, jadi ringan di sisiku sebab mas Dodi siap mendukung sepenuh hati. Andai lelaki itu termakan fitnah, betapa tak terkira penderitaanku saat ini."Yang sa
MITABetapa terhenyak aku melihat kiriman video dari nomor itu. Meski tidak terdengar pembicaraannya, tapi jelas yang sedang duduk berdua dengan seorang perempuan adalah Mas Dodi. Perempuannya sama dengan yang terlihat di foto.Tanpa pikir panjang aku melesatkan motor ke arah Cafe Lamonte. Harus dibuktikan apakah yang ada dalam video itu benar atau tidak. Kalau benar, tentu saja mas Dodi harus menjelaskan semua ini.Jantungku seirama dengan kondisi pemikiran. Berdebar-debar kencang sebab terbawa bayangan-bayangan buruk. Sekuat apapun mengedepankan logika, perasaan tetap menang. Fakta-fakta yang terjadi akhir-akhir ini membuatku terus mengarah pada pemikiran buruk.Apakah ini tujuan mas Dodi merencanakan drama pisah rumah? Dia ingin bebas selingkuh dengan wanita lain. Itulah mungkin sebabnya melarangku keluar rumah.Rasa ini semakin kuat sebab Mas Dodi mengabaikan pesan dan panggilanku. Jangan-jangan dia memblokir nomor ini hingga tak bisa dihubungi. Kalau semua dugaan benar, berarti a