Kasih komentar, rating dan gem nya ya, jika teman2 suka dan ingin cerita ini berlanjut .... Matur nuwun ....
Part 41Seusai pulang piknik, Ambar baru mengingat sesuatu hal. Ia belum menghubungi kedua orang tuanya dan menjelaskan perihal masalah foto itu.Dengan jantung yang berdegup kencang, ia menelpon sang adik dan meminta berbicara dengan ayahnya. “Maafkan aku, Bapak. Aku terpaksa melakukan semua ini karena aku merasa sangat jenuh. Mas Catur hanya menjadi bebanku saja di sini. Dia tidak pernah mau bekerja membantuku sedikitpun. Aku lelah harus mengurus banyak hal. Aku tahu, aku bersalah, Bapak. Tapi aku melakukan semua ini karena ada alasannya,” kata Ambar berbohong. “Bapak tahu aku, ‘kan? Apa aku pernah bersikap demikian? Mas Catur selalu menyalahkanku yang sudah mengajaknya hidup jauh dari ibunya. Aku sudah berjuang sampai di titik ini, dia malah selalu memojokkanku. Apa aku salah sudah berjuang menjadi PNS? Aku tidak salah ‘kan, Pak? Aku tertekan akhirnya mencari pelampiasan. Mengajar, berjualan dan melakukan banyak hal tetapi Mas catur selalu menyalahkanku.”“Pulanglah! Kamu harus mem
“Mau dibawa kemana hubungan kita ini, Mas?” tanya Ambar suatu hari saat duduk di tepi pantai. Ia merasa menjadi seorang ratu setelah dekat dengan Sela. Segala apapun dipenuhinya, tetapi ada satu hal yang membuatnya tidak nyaman. Menjalani hubungan dengan rahasia.“Kita dalam posisi yang serba bingung. Kamu masih punya suami. Aku juga masih punya istri,” kata Sela lagi. “Apa kamu sudah pernah menghubungi suamimu sejauh ini?”“Sudah. Dia meminta uang sama aku. Katanya kamu mau membantu?”“Uang sebanyak itu dari mana?”“Tapi foto kita ada di sana, Mas. Dan kalau uang itu sudah ada, aku bisa memintanya menceraikanku. Aku tidak mau mengurus perceraian sendiri karena akan memakan waktu dan tenaga. Biar dia saja yang mengajukan gugatan cerai. Jadi, aku tidak akan repot. Makanya, carikanlah uang tiga puluh juta, Mas,” pinta Ambar lagi.“Baiklah. Ada sebuah koperasi yang meminjamkan uang dan bisa dicicil pakai uang sertifikasi.”“Lha itu dia, Mas, kesitu saja. Toh kita punya ladang uang lain,”
Part 42“Ayah, kenapa Ayah baru datang?” tanya Gendis sambil menangis.“Maaf, Ayah sakit. Mbah Putri juga sakit. Ayah cari uang buat jemput Ndis pakai mobil, tapi tidak dapat. Makanya Ayah terlambat kesini.”“Ayah, aku merindukan Ayah. Aku ingin ikut Ayah. Aku menyesal waktu itu tidak ikut sama Ayah. Ayah, aku mau pulang,” kata Gendis. Ia seketika melupakan rasa laparnya. “Ayah, Bunda pergi. Bunda sering pergi meninggalkan aku. Aku dititipkan di rumah Mbak Sekar, tapi ibunya Mbak Sekar sering marahin aku. Sekarang Bunda pergi lagi. Aku disuruh kesana tidak berani. Aku di rumah sendirian. Bunda gak kasih uang. Aku lapar tidak ada makanan, Ayah … Ayah, ayo kita pulang,”“Iya, Ndis, kita pulang. Maafkan Ayah ya? Karena Ayah baru jemput Ndis sekarang. Ndis lapar ya?” tanya Catur setelah Gendis melepaskan pelukan. Ia mengusap pipi yang sudah basah dengan air mata.“Kita langsung pulang saja, Yah. Takut Bunda pulang. Nanti aku gak boleh ikut Ayah lagi,” kata Gendis.“Tapi Ndis lapar ‘kan?”
Ambar mulai cemas. Ia berlari ke rumah dan mendapati baju Gendis sudah tidak ada. “Ndis, kenapa Ndis jahat? Kenapa Ndis tinggalin Bunda?” tanya Ambar sambil menangis.Ia terduduk di tepi ranjang dengan perasaan hampa. Hal yang membuatnya masih betah tinggal di rumah itu karena ada Gendis. Di saat susah payah membuat Sela dekat dengan anaknya, Gendis malah pergi.“Ndis, Bunda kesepian. Bunda sama siapa di sini, Ndis?” tanya Ambar lagi. Ia menangis sesenggukan. Ingin menghubungi Catur, tetapi tidak berani. “Awas kamu, Mas! Aku tidak akan mengembalikan uang kamu,” ancamnya.***“Aku minta maaf ya, karena sudah membuat kamu marah?” tanya Rizal setelah beberapa hari didiamkan oleh Diah. “kamu jangan pernah menyuruhku menemui Ambar lagi!”“lagi? Emangnya kamu sudah pernah menemui dia, Mas?” tanya Diah.“Sudah.”“Terus?” tanya Diah kaget. “Kapan?”“Saat kamu marah sama aku malam itu. Siangnya aku menemui dia.”“Terus?”“Terus, Ambar malah bertingkah genit sama aku. Dia seolah-olah ingin aku
Part 43Diah menatap senang pada sebuah email yang masuk. Berupa pemberitahuan pembayaran adsense untuk yang pertama kali. Lima juta rupiah adalah angka yang cukup fantastis untuk dia yang baru terjuan mencari uang di sana. Tanpa ada yang tahu, diam-diam ia sedang merintis menjadi youtuber. Konten memasak yang ia geluti ternyata mampu menarik subscriber ribuan dalam waktu beberapa bulan. Berbagai aneka cemilan, kue dan masakan khas daerah selalu diunggah oleh Diah dan mendapatkan tayangan bahkan ada yang tembus jutaan viewers. Ia juga merambah pada aplikasi lain yang sedang digandrungi oleh banyak orang. Namun, Diah tidak berjoged-joged. Ia selalu mengunggah video resep masakan yang menggugah selera.“Jika aku tidak lulus, berarti memang rezekiku bukan menjadi seorang pegawai. Apapun yang kuterima akan kusyukuri. Tentang Ambar, suatu ketika aku akan menamparnya dengan kesuksesanku dalam bidang lain,” kata Diah menguatkan. Selain Ambar, sebenarnya Diah menanggung perasaan lain. Luka h
Ucapan mertua laki-lakinya masih membekas dalam hati. Hal konyol setelahnya adalah, Diah diminta keliling ke rumah nenek, bibi dan saudara Rizal yang lain untuk meminta doa restu. Rizal yang memiliki sifat penurut membawa istrinya keliling rumah kerabatnya.“Mohon didoakan ya, Bu Lik,”“Mbah, Diah didoakan ya?”“Lik, Diah mau minta doa restu.”Dan banyak lagi kalimat pembuka yang dikatakan Rizal saat datang ke rumah saudaranya. Mirip saat lebaran. Keluar dari rumah satu lalu masuk ke rumah yang lain.Diah benar-benar tidak mau mengulang masa itu terjadi.“Sudah semua?” tanya bapak Rizal saat ia sudah kembali.“Sudah,” jawab Rizal patuh.“Ke rumah Pak Dhe yang di dekat pasar sudah?”“Belum!”“Kesana coba!”Untuk yang terakhir itu, Diah menolak. “Aku malu, Mas. Kayaknya cuma aku yang mau tes disuruh keliling deh.”“Gak salah, Dek, minta restu,” kata Rizal. “Silaturahmi itu banyak manfaatnya salah satunya memperlancar rezeki.”Diah tetap tidak mau.Dan ketika pengumuman tiba Diah tidak l
Part 44Ambar stres karena kehilangan Gendis. Ingin segera angkat kaki untuk menyusulnya, tetapi ia memikirkan banyak resiko. Saat ini, aibnya masih dipegang sama Catur.Semalaman ia hanya bisa meratapi diri dengan menangis. Kepalanya sangat pusing memikirkan masalah yang tidak kunjung usai. Pagi ia bangun setelah tertidur beberapa jam, lalu menangis mendapati kenyataan hidup.Gendis hilang, hp tidak aman, ditambah pula usahanya dengan Sela untuk mencari uang menemukan jalan buntu.“Fotocopy suami istri, KK,” kata petugas koperasi siang kemarin.Sela yang ragu mengeluarkan fotocopy KTP nya sendiri dan juga“Fotocopy KTP Ibu?”“Maaf, tapi kami belum menikah resmi. Masih siri,” jawab Ambar tanpa rasa malu.“Kalau begitu tidak bisa, Ibu,”“Lhoh, Mbak, ‘kan pakai sertifikasi jaminannya?” bantah Ambar.“Iya, tetapi tetap harus sesuai prosedur. Hutang harus diketahui oleh kedua belah pihak suami dan istri.”“Baik, Mbak, kami permisi,” kata Sela.Ia mengajak Ambar keluar. “Aku akan membujuk
Hari itu juga, ia mengadakan pertemuan dengan beberapa orang yang dianggap punya suara penting dalam paguyuban tersebut. Sela tidak serta merta menceritakan apa yang terjadi karena itu adalah rahasia. Namun, Sela mentraktir orang-orang tersebut dan merencanakan tentang visi misi paguyuban ke depannya. Ambar tidak ketinggalan tentunya. Ia ikut bersama dua bendahara perempuan lainnya. “Eh, kita harus buat gank ini. Anggotanya bertiga,” kata Ambar. “Kalau mengerjakan biar sambill ngumpul dan ngerumpi,” katanya. “Oh iya ini, harus,” sambung bendahara perempuan yang lain. “Yang laki-laki gak diajak, Bu Ambar?” tanya kaum lelaki. “Lhoh, mau ikut? Ini khusus cewek kok, ya.” “Eh, kita buat seragam apa gitu biar kompak, yuk,” saran anggota perempuan yang lain. “Ayo, kita harus kompak apapun yang terjadi. Eh, kalau ada yang tiba-tiba mundur jadi bendahara gimana? Kita masih kompak gini gak?” tanya Ambar memancing. “Jangan ada yang mundur lah. Apalagi Pak Sela, nanti aku yang bantuin menge