Malam berkabut kelam, Arlan tiba di kediamannya, langsung mencari keberadaan Leon dikamar yang berada lantai yang sama dengan ruang kerjanya. Ia datang membawa Raline di mobil yang sama, karena tidak ingin meninggalkan wanita itu di apartemen miliknya.Benar saja, ketika ia tengah membuka pintu kamar Leon, Arlan dikejutkan dengan pemandangan yang sangat menjijikkan.BRAK"Ogh my God! Leon! What the hell!? Ogh shiiit!" teriaknya lantang.Bagaimana tidak, Leon tengah asik bermadu kasih dengan Cua, didalam kamar tanpa mengunci pintu kamar pribadinya, seketika terlonjak melihat dua insan tengah bertelanjang bulat.Leon menoleh kearah Arlan, bergegas mengambil pakaiannya, untuk menutupi tubuh sang kekasih, sementara Cua langsung berhamburan masuk kedalam kamar mandi.PLAK Dengan sigap Arlan mendekati pria muda itu, melayangkan satu tamparan keras pada tubuh Leon, membuat pria muda itu terjerembab dilantai kamar."Apa yang kau lakukan dirumah ku! Ini
Malam semakin larut. Insan dewasa anak menantu itu tengah berdebat serius saling menyalahkan, menghakimi satu dan yang lainnya.Arlan membentak keras Liberti yang telah mengakui semua perbuatannya dihadapan Raline serta Leon, "What? Jadi Mama yang telah meminta Seno, dan membayar anak binatang itu untuk mendekati Yasmin? Membuat Yasmin jatuh cinta? Damn it!" Ia menggeleng kemudian melanjutkan ucapannya, "Aku pikir kalian dari Keluarga Utama yang kaya, bahkan tidak pernah jatuh miskin, memiliki jiwa baik juga tulus! Berarti Mama tahu selama ini bahwa Leon, bukan anak ku? Pantas Mama yang meminta Yasmin melakukan pencangkokan, padahal Seno juga mau melakukannya! Kenapa Mama begitu kejam padaku! Ogh Tuhan, bodohnya aku percaya pada kalian semua selama ini! Ternyata kalian keluarga jahat, tidak punya perasaan! Ja-ja-jadi selama ini, kalian mendukung Yasmin mengkhianati aku? JAWAB!!!"Wajah Arlan mengeras, bahkan merah padam. Dadanya terasa semakin sesak, menatap satu persat
Sementara Arlan masih memberikan pengarahan kepada para pengawal serta pelayannya dikediaman mewah itu, hanya untuk sekedar memastikan, bahwa Leon tidak pernah kembali ke kediamannya lagi. "Aku tidak ingin anak itu menginjakkan kakinya di kediaman ku ini! Jadi kalian harus terus mengawasinya, dan jangan pernah mereka melakukan apapun tanpa izin ku. Kalian mengerti!?"Salah satu pelayan mansion mengangguk mengerti, kemudian mengajukan pertanyaan kembali, "Ba-ba-baik pak! Hmm bagaimana dengan bapak? Apakah bapak, benar-benar akan menjual rumah ini?"Arlan tertawa kecil, "Rumah ini merupakan rumah pertama ku! Aku tidak akan pernah melepaskan kediaman ku ini begitu saja, karena tidak ada yang berani membayar harga nya!""Jadi Pak?"Arlan menautkan kedua alisnya, "Jadi kalian tetap tenang, bekerjalah seperti biasa, dan katakan kepada mereka, bahwa rumah ini telah berganti kepemilikan. Aku permisi!"Bergegas Arlan meninggalkan mansion megah itu, hanya untuk meliha
Kedua netra itu saling berpandangan. Entah mengapa, setelah bertemu kembali dengan Arlan ada secercah harapan membahagiakan pada raut wajah Shinta untuk terus hidup bersama pria dewasa tersebut.Begitu juga sebaliknya, Arlan memikirkan hal yang sama untuk tetap hidup bersama Shinta dalam ikatan yang berbeda, yaitu pernikahan."Bi!" sapa Shinta dengan suara perlahan.Arlan langsung menuju sofa, kemudian mengecup lembut kepala wanita oriental tersebut dengan penuh perasaan cinta dan sayang.Arlan bertanya dengan nada lembut, "Hmm, kenapa belum tidur? Apakah kamu tidak ingin istirahat?" ia meletakkan mangkuk salad yang masih berada dipelukan Shinta diatas meja.Tanpa pikir panjang, setelah pria itu berbalik menatapnya, Shinta langsung mengalungkan tangannya keleher tegap Arlan untuk memberikan satu kebahagiaan yang terpendam selama ini. "Shinta kangen, Bi."Arlan yang mendengar penuturan sang pujaan hati, langsung menggendong tubuh ramping wanitanya untuk m
Pagi menyapa dengan hangatnya sinar matahari bersinar terang, menyinari kamar apartemen mereka dari balik tirai yang terbuka sedikit. Sandy telah di ambil alih oleh baby sitter sesuai perintah Arlan, sementara Shinta masih terlelap di balik selimut tebal yang menutupi tubuhnya.Perlahan Arlan beringsut mendekati Shinta, untuk kembali menggoda wanita cantik itu setelah melakukan ritualnya membersihkan diri, dari sisa pertempurannya bersama Shinta hingga pukul 03.00 dini hari.Shinta menggeliatkan tubuhnya, ia merasakan sesuatu bagian tubuhnya semakin lengket, kemudian perih dibagian intinya. "Bihh, kenapa badan Shinta sakit sekali?" rengeknya manja, langsung meringkuk di dekapan Arlan yang langsung memeluknya.Arlan tertawa kecil, mendengar rengekan manja wanitanya, "Bersihkan dirimu, sebentar lagi kita akan berangkat ke Singapura. Aku tidak ingin menghabiskan waktu ku terlalu lama berada di sini. Karena bisa saja, mereka datang untuk kembali berdebat dengan ku! Aku
Raline masih menekan lututnya di punggung tangan Arlan, sambil mellumat bibir duda beranak dua itu. Tubuhnya seakan bernafsu ketika mencium aroma wangi maskulin pria dewasa yang berada dalam kungkungan tubuh indahnya."Balas ciuman ku, Arlan. Aku sangat mencintaimu. Sejak dulu aku sangat menginginkan mu. Aku ingin kau menjadi milikku seutuhnya ..." ucapnya pelan ketika melepas ciuman panas mereka.Arlan menggeram, rahangnya semakin mengeras. Sejujurnya ia terpancing oleh sentuhan Raline, tapi ia tak mampu untuk membalas perlakuan wanita liar yang sengaja membangunkan naga yang berada di tubuhnya.Dengan nafas panjang, Arlan memejamkan matanya, hanya untuk mengendalikan emosi dan hasrat yang semakin membuncah dikepalanya sebagai seorang pria normal.Seketika Arlan teringat akan Shinta, gadis yang selalu ada untuknya dalam keadaan apapun.Arlan membuka matanya perlahan, menatap pias wanita dewasa yang masih berada di pangkuannya, sambil berkata geram, "Lepaska
Matahari bersinar semakin tinggi, Arlan telah berhasil mengusir wanita laknat itu dari apartemen miliknya. Wajah tampan itu terlihat memerah, karena masih menahan rasa sakit kepala yang semakin lama semakin terasa akan meledak. Ia menghempaskan tubuhnya di sofa, kemudian merentangkan kedua tangannya."Kenapa wanita gila itu seperti akan memakan ku! Ada apa dengannya? Kenapa dia sangat penasaran, bahkan merendahkan dirinya sendiri hanya untuk menjadi seorang Nyonya Arlan. Bukankah Raline tahu, bahwa aku tidak pernah tergoda olehnya ..." geramnya meremas kuat rambut sendiri.Seketika perasaan Arlan berkecamuk, ia tidak ingin melampiaskan amarahnya kepada siapapun saat ini, tapi lagi-lagi wanita paruh baya yang mengasuh Baby Sandy, keluar dari kamar dengan tergopoh-gopoh, mendekati Arlan."Pak Arlan, i-i-itu, hmm Nona Shinta mengamuk di kamar mandi. Dia membanting semua barang-barang yang ada di dalam kamar mandi, Pak ..." ucapnya terbata-bata.Arlan mengehela nafa
Siang semakin terik, Raline terlihat sangat frustasi. Kali ini ia hanya berdiri diatas rooftop gedung rumah sakit dengan linangan air mata. Hatinya seperti tersayat-sayat karena tidak pernah mendapatkan perlakuan yang sama, selayaknya Yasmin ataupun Shinta dari Arlan. "Kenapa kau tidak pernah bisa menerima aku, Arlan? Apa salah ku? Apa kurangnya aku, Arlan!" Pekiknya semakin melengking di udara.Seketika itu, terlintas dalam benak Raline, untuk meloncat dari atas gedung, menuju lantai bawah hanya untuk menyusul Yasmin, ataupun Utama sang papa yang telah meninggalkannya lebih dulu beberapa tahun lalu."Tuhan, kenapa tidak ada seorangpun sudi untuk serius dengan ku! Kenapa aku harus jatuh hati pada Arlan. Tapi aku tidak pernah diperlakukan baik olehnya. Jemput aku, Tuhan! Ambil saja nyawa ku, karena aku tidak ingin melihat Arlan hidup bahagia bersama wanita seperti Shinta. Wanita itu tidak pantas untuk Arlan, aku yang lebih pantas, Tuhan! Raline Utama, Raline Utama yang s