Kedua netra itu saling berpandangan. Entah mengapa, setelah bertemu kembali dengan Arlan ada secercah harapan membahagiakan pada raut wajah Shinta untuk terus hidup bersama pria dewasa tersebut.Begitu juga sebaliknya, Arlan memikirkan hal yang sama untuk tetap hidup bersama Shinta dalam ikatan yang berbeda, yaitu pernikahan."Bi!" sapa Shinta dengan suara perlahan.Arlan langsung menuju sofa, kemudian mengecup lembut kepala wanita oriental tersebut dengan penuh perasaan cinta dan sayang.Arlan bertanya dengan nada lembut, "Hmm, kenapa belum tidur? Apakah kamu tidak ingin istirahat?" ia meletakkan mangkuk salad yang masih berada dipelukan Shinta diatas meja.Tanpa pikir panjang, setelah pria itu berbalik menatapnya, Shinta langsung mengalungkan tangannya keleher tegap Arlan untuk memberikan satu kebahagiaan yang terpendam selama ini. "Shinta kangen, Bi."Arlan yang mendengar penuturan sang pujaan hati, langsung menggendong tubuh ramping wanitanya untuk m
Pagi menyapa dengan hangatnya sinar matahari bersinar terang, menyinari kamar apartemen mereka dari balik tirai yang terbuka sedikit. Sandy telah di ambil alih oleh baby sitter sesuai perintah Arlan, sementara Shinta masih terlelap di balik selimut tebal yang menutupi tubuhnya.Perlahan Arlan beringsut mendekati Shinta, untuk kembali menggoda wanita cantik itu setelah melakukan ritualnya membersihkan diri, dari sisa pertempurannya bersama Shinta hingga pukul 03.00 dini hari.Shinta menggeliatkan tubuhnya, ia merasakan sesuatu bagian tubuhnya semakin lengket, kemudian perih dibagian intinya. "Bihh, kenapa badan Shinta sakit sekali?" rengeknya manja, langsung meringkuk di dekapan Arlan yang langsung memeluknya.Arlan tertawa kecil, mendengar rengekan manja wanitanya, "Bersihkan dirimu, sebentar lagi kita akan berangkat ke Singapura. Aku tidak ingin menghabiskan waktu ku terlalu lama berada di sini. Karena bisa saja, mereka datang untuk kembali berdebat dengan ku! Aku
Raline masih menekan lututnya di punggung tangan Arlan, sambil mellumat bibir duda beranak dua itu. Tubuhnya seakan bernafsu ketika mencium aroma wangi maskulin pria dewasa yang berada dalam kungkungan tubuh indahnya."Balas ciuman ku, Arlan. Aku sangat mencintaimu. Sejak dulu aku sangat menginginkan mu. Aku ingin kau menjadi milikku seutuhnya ..." ucapnya pelan ketika melepas ciuman panas mereka.Arlan menggeram, rahangnya semakin mengeras. Sejujurnya ia terpancing oleh sentuhan Raline, tapi ia tak mampu untuk membalas perlakuan wanita liar yang sengaja membangunkan naga yang berada di tubuhnya.Dengan nafas panjang, Arlan memejamkan matanya, hanya untuk mengendalikan emosi dan hasrat yang semakin membuncah dikepalanya sebagai seorang pria normal.Seketika Arlan teringat akan Shinta, gadis yang selalu ada untuknya dalam keadaan apapun.Arlan membuka matanya perlahan, menatap pias wanita dewasa yang masih berada di pangkuannya, sambil berkata geram, "Lepaska
Matahari bersinar semakin tinggi, Arlan telah berhasil mengusir wanita laknat itu dari apartemen miliknya. Wajah tampan itu terlihat memerah, karena masih menahan rasa sakit kepala yang semakin lama semakin terasa akan meledak. Ia menghempaskan tubuhnya di sofa, kemudian merentangkan kedua tangannya."Kenapa wanita gila itu seperti akan memakan ku! Ada apa dengannya? Kenapa dia sangat penasaran, bahkan merendahkan dirinya sendiri hanya untuk menjadi seorang Nyonya Arlan. Bukankah Raline tahu, bahwa aku tidak pernah tergoda olehnya ..." geramnya meremas kuat rambut sendiri.Seketika perasaan Arlan berkecamuk, ia tidak ingin melampiaskan amarahnya kepada siapapun saat ini, tapi lagi-lagi wanita paruh baya yang mengasuh Baby Sandy, keluar dari kamar dengan tergopoh-gopoh, mendekati Arlan."Pak Arlan, i-i-itu, hmm Nona Shinta mengamuk di kamar mandi. Dia membanting semua barang-barang yang ada di dalam kamar mandi, Pak ..." ucapnya terbata-bata.Arlan mengehela nafa
Siang semakin terik, Raline terlihat sangat frustasi. Kali ini ia hanya berdiri diatas rooftop gedung rumah sakit dengan linangan air mata. Hatinya seperti tersayat-sayat karena tidak pernah mendapatkan perlakuan yang sama, selayaknya Yasmin ataupun Shinta dari Arlan. "Kenapa kau tidak pernah bisa menerima aku, Arlan? Apa salah ku? Apa kurangnya aku, Arlan!" Pekiknya semakin melengking di udara.Seketika itu, terlintas dalam benak Raline, untuk meloncat dari atas gedung, menuju lantai bawah hanya untuk menyusul Yasmin, ataupun Utama sang papa yang telah meninggalkannya lebih dulu beberapa tahun lalu."Tuhan, kenapa tidak ada seorangpun sudi untuk serius dengan ku! Kenapa aku harus jatuh hati pada Arlan. Tapi aku tidak pernah diperlakukan baik olehnya. Jemput aku, Tuhan! Ambil saja nyawa ku, karena aku tidak ingin melihat Arlan hidup bahagia bersama wanita seperti Shinta. Wanita itu tidak pantas untuk Arlan, aku yang lebih pantas, Tuhan! Raline Utama, Raline Utama yang s
Seno yang melihat Raline sejak tadi, memperhatikan gerak-gerik wanita yang tengah bersimpuh dan menangis kencang tersebut, membuat ia menghampiri wanita yang pernah mengisi hari-harinya hingga saat ini.Perasaan Seno tak dapat dibohongi. Sejujurnya, ia masih mengharapkan gadis yang tengah meringkuk dilantai gedung rumah sakit, ditambah setelah perceraiannya dengan Lily.Seno bertanya dengan nada pelan, ketika mendekati gadis cantik itu, "Ra-li-ne, apa yang kamu lakukan di sini? A-a-a-ada apa dengan mu? Kenapa kamu berantakan sekali?"Raline yang mendengar suara Seno mendekatinya, mendelik tajam ketika bersitatap dengan pria pembohong seperti laki-laki yang berdiri dihadapannya kini.Dengan nafas yang masih terasa sangat berat, Raline menoleh dan mengalihkan pandangannya kearah lain. "Puas kau memberikan harapan palsu padaku, Sen! Aku serahkan seluruh hidup ku padamu, hanya untuk merebut hati Arlan, tapi apa? Apa yang kau lakukan padaku? Kau dengan tega, menyakit
Di dalam kamar yang luas itu, Arlan masih memeluk tubuh Shinta, hanya untuk sekedar menenangkan perasaan wanita yang telah memberikannya satu orang baby.Ya, kini dua insan itu berjanji tidak akan pernah terpisahkan, keduanya saling berpelukan tanpa mau membicarakan hal yang baru saja terjadi.Perlahan Arlan menangkup wajah cantik wanitanya, mengecup lembut bibir basah Shinta dengan penuh perasaan bersalah juga cinta, "Maafkan aku, sayang. Bersiaplah, kita akan berangkat ke Singapura."Dengan wajah penuh senyuman, Shinta mengangguk pelan, beranjak dari pangkuan Arlan yang sejak tadi tidak ingin melepasnya."Bi, bagaimana jika wanita itu datang lagi ke apartemen kita yang di Singapura? Aku takut, bi. Aku tidak ingin ada pengganggu lagi diantara kita. Aku mencintai bibi," ucapnya, kembali memeluk erat tubuh Arlan yang masih duduk di sofa kamar mereka.Sejujurnya ada kegetiran didalam hati Arlan untuk membawa Shinta saat ini. Perasaannya semakin tidak tenang, s
Cinta ... hanya kalimat itu yang menjadikan pondasi kokoh dalam menjalani satu komitmen pernikahan. Tidak pernah ada satupun yang bisa memisahkan dua insan, jika sudah ditakdirkan untuk bersama, berjanji setia dalam suka dan duka. Tawa canda yang dulu hanya sebatas nya saja, kini telah diwarnai satu keindahan dengan saling percaya dan tetap menjaga kesetiaan tanpa ada pengkhianatan. Menyandang sebagai Nyonya Arlan bukan hal yang mudah untuk seorang Shinta, karena harus menghadapi tantangan luar biasa dari keluarga konglomerat seperti Liberti juga Raline Utama.Akan tetapi, Shinta benar-benar beruntung telah dipersunting oleh pria mapan yang menjadi impiannya sejak pertama kali bertemu dengan pria mapan tersebut.Begitu banyak kejutan yang diberikan Arlan kepada Shinta, hanya untuk membahagiakan wanita yang telah mengabdikan diri padanya juga putra kesayangan mereka.Entah berapa kali, Shinta mendapatkan kejutan kecil dari Arlan, berupa rumah mewah yang dilengkapi dengan berbagai macam