Mendengar ucapan Liberti, seketika dada Shinta seperti akan meledakan satu amarah, tapi pada siapa, "Tidak-tidak-tidak ... tidak mungkin papi akan menikahi wanita lain selain aku ...!"Leon tersenyum sumringah, menatap Liberti yang menyambut didepan pintu kamar pribadi, dengan memapah sebelah tangan kirinya. Sementara Raline berdiri di sisi lain menyambut tangan kanan sang keponakan.Shinta menatap kearah dua manusia yang selalu dikatakan Arlan sebagai keluarga tidak berarti apa-apa bagi kehidupan mereka. Namun semua kepura-puraan itu semakin terlihat jelas, bahkan Leon tampak berpihak pada kedua wanita yang memapahnya.Dengan tatapan lirih, Shinta berkata pelan, "Sa-sayang, sebentar lagi jadwal cuci darah. Jadi lebih baik aku mempersiapkan semua kebutuhan kamu, sebelum aku berangkat ke rumah sakit untuk mengurus pekerjaan ku."Leon mengangguk setuju, lagi-lagi Liberti lah yang memanjakan sang cucu tanpa memperdulikan Shinta yang dibuat seperti pembantu, seenakn
Arlan benar-benar meninggalkan Shinta dikamar hotel bintang lima itu seorang diri, hanya untuk kembali ke mansion bertemu dengan Liberti juga Raline yang masih saja mengganggu ketenangan keluarganya sejak kepergian Yasmin."Apa maksud Mama mengganggu anak menantuku, hah?" hardiknya saat memasuki mansion dengan penuh amarah, sorotan matanya tajam kearah Liberti serta Raline yang tengah berbincang-bincang di ruang keluarga.Liberti menoleh kearah Arlan, tersenyum lebar menyambut kedatangan calon menantu kesayangan."Ogh, apakah selir mu sudah mengadukan kehadiran kami disini, Arlan?"Arlan mendengus dingin, dia menoleh kearah Raline yang akan berdiri menghampiri pria gagah tersebut, "Hentikan langkah mu, Raline! Apa yang kalian katakan pada menantuku? Jangan macam-macam kalian disini! Dan jangan berbuat seenak perut kalian dikediaman ku! Aku mengetahui bukan dari Shinta, tapi aku melihat kehadiran kalian dari CCTV! Dasar keluarga tidak ada sopan santun! Tinggalkan
Suasana malam yang sangat menyejukkan, namun semakin menghangatkan bagi dua insan yang tengah berbalut gairah malam, selayaknya sepasang suami istri dalam hubungan terlarang. Desahan Shinta yang sangat menggairahkan, membuat Arlan tak pernah berhenti melakukan hal itu pada wanita yang tengah mengandung benihnya.Kedua kaki Shinta kembali menggigil karena perbuatan Arlan yang tak memberikan ruang untuk beristirahat atau bahkan mengatup kedua pahanya."Pihh ... stophh, Shinta sudah tidak kuat," rintihnya membuat Arlan semakin bersemangat memompa dibawah sana. Entah mengapa, Arlan benar-benar ingin melampiaskan kerinduannya dengan memompa lebih cepat diatas tubuh wanita yang telah menjadi penawarnya selama ini. Lebih dari satu bulan mereka tidak bertemu, membuat perasaan cinta itu semakin besar.Apalagi semenjak Arlan menegaskan pada Liberti tentang perasaannya, tanpa menghargai Leon sebagai suami sah Shinta yang mendengar pertikaian tersebut."Ahh ..." A
Matahari bersinar semakin tinggi, Shinta yang tampak segar setelah melakukan ritualnya pagi menjelang siang, tengah bersiap-siap kembali ke mansion. Untuk mengurus keperluan Leon seperti biasa.Shinta menyelesaikan sarapan pagi yang terhidang dimeja kamar hotel mewahnya, kemudian berlalu meninggalkan kamar untuk kembali ke mansion.Dengan kecepatan tinggi, Shinta melajukan kendaraan karena tidak ingin berdebat dengan Leon nantinya, jika tiba di mansion Keluarga Arlan tersebut.Akan tetapi, saat Shinta memasuki pekarangan rumah, ia melihat beberapa petugas kepolisian, tengah berbincang-bincang dengan pengawal pribadi Leon, memberi sedikit ruang pada Shinta untuk memarkirkan mobil milik suaminya.Darah Shinta mendesir, ia bergegas turun dari mobil dan menghampiri pihak kepolisian juga pegawal suaminya, dengan bertanya pada pengawal, "Maaf Pak, ada apa? Kok pagi-pagi sudah ada pihak kepolisian di sini. Papi Arlan di mana?" ia tampak kebingungan, menoleh kiri dan ka
Arlan tersentak dari tidurnya, sejenak melihat Shinta yang sejak tadi ternyata mengusap-usap lembut ubun-ubunnya menggunakan air dingin. "Astaga Tuhan, aku harus cepat-cepat mencari keberadaan Leon, Shinta! Anakku dalam masalah besar!" ucapnya langsung terduduk dan bergegas beranjak dari ranjang kamar Leon, membuat Shinta menahan lengan Arlan. "Pi, papi kenapa? A-apa ini? Surat apa yang Papi baca?"Arlan terdiam, tangisnya pecah dipundak Shinta, ia tak kuasa membendung rasa kecewanya terhadap Seno yang selama ini dipercayai ternyata tega mengkhianatinya. "A-a-aku tertipu oleh Yasmin dan Seno, Shinta! Mereka mengkhianati aku, pantas saja darah juga ginjal ku, tidak cocok untuk Leon. Sumpah demi Tuhan, aku tidak akan pernah memaafkan perselingkuhan mereka berdua! Aku membenci Yasmin, Shinta. Aku membenci almarhumah istriku. Selama 18 tahun pernikahan ku, tidak pernah aku mengkhianatinya. Ternyata dia mengkhianati aku, Shinta!" ratapan Arlan terdengar sangat memilukan, dengan
Suasana hening seketika, saat Lily membaca surat Yasmin yang di berikan Arlan padanya. Bagaimana mungkin, selama ini ia sebagai istri dari Seno selama 17 tahun masa pernikahan mereka, harus menerima hantaman luar biasa karena pengkhianatan sang suami dengan Yasmin yang tertutup rapat. Lily membasahi tenggorokannya, air matanya mengalir deras di wajahnya, berkali-kali ia mengusap lembut dada sendiri agar tenang menerima semua kenyataan yang sangat menyayat hati dan perasaan, membuat ia hanya bisa bertanya pada Seno, "Ja-ja-jangan kamu bilang, bahwa Yasmin yang menggoda kamu, Mas? Karena Yasmin masih berusia 18 tahun atau 17 tahun. Dia gadis belia yang sangat baik, tapi kenapa kamu tega mengkhianati Mas Arlan juga aku, Mas! Aku kuliah di Malay, ternyata kamu agh shiit! Kenapa bukan kamu yang mendonorkan ginjal mu pada Leon! Kenapa mesti Yasmin! Biar aku yang menjadi janda, dan kamu bawa dosa mu sampai mati, Mas!!" teriaknya lantang dihadapan Arlan juga Shinta tanpa perasaan malu.Seno
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, akhirnya hari yang dinanti-nanti Arlan sebagai pria normal yang terhianati selama pernikahannya dengan Almarhumah Yasmin, kembali meraih kesuksesan, dengan berkembang pesatnya bisnis mereka berdua di Singapura yang bergerak di bidang kesehatan, dan merambah ke restoran.Kini Shinta telah melahirkan bayi pertama yang berjenis kelamin laki-laki, secara normal, tentu dengan mengikuti berbagai macam kegiatan proses persalinan didalam air, sebagai pilihan mereka berdua selain caesar. Arlan sebagai pria dewasa ikut menemani Shinta, saat proses persalinan sang pujaan hati yang tidak memakan waktu lama. Wajah tampan pria mapan tersebut, tampak bahagia ketika menyambut kelahiran anak pertama mereka.Cinta dan sayang terpancar dari raut muka Arlan yang ia berikan pada Shinta membuat wanita itu merasa bahagia, kini dirinyalah yang menjadi Nyonya Arlan paling sempurna di dunia."Terimakasih sayang, terimakasih kamu telah melahirkan anakku. Dia sangat sem
Malam yang dingin, Arlan tengah sibuk mengurus Baby Sandy juga Shinta. Entahlah, kebahagiaan pria mapan itu semakin terasa setelah ia melihat wajah putra kesayangan lebih mirip dengannya.Saat Arlan tengah bernyanyi kecil, seketika ia di kejutkan dengan suara bel apartemen yang berbunyi."Sayang, aku keluar dulu, yah. Kamu istirahat saja. Jangan terlalu sering bergadang, wanita yang baru melahirkan tidak boleh tidur terlalu larut malam," titahnya mengusap dan mengecup lembut kening Shinta.Shinta mengangguk patuh, ia beringsut perlahan untuk naik keatas ranjang, sambil mengusap lembut kepala putra kesayangannya.Rambut halus Baby Sandy, membuat Shinta terkenang dengan anak-anak panti tempat ia di besarkan.Arlan sudah meninggalkan Shinta, menuju ruang tamu hanya untuk melihat siapa tamu malam ini. Betapa terkejutnya pria itu, saat matanya tertuju pada sosok Raline dan Liberti yang sudah di bukakan pintu oleh asisten rumah tangganya.Dengan wajah berang Arlan menghardik dua wanita yang