Malam yang dingin, Arlan tengah sibuk mengurus Baby Sandy juga Shinta. Entahlah, kebahagiaan pria mapan itu semakin terasa setelah ia melihat wajah putra kesayangan lebih mirip dengannya.Saat Arlan tengah bernyanyi kecil, seketika ia di kejutkan dengan suara bel apartemen yang berbunyi."Sayang, aku keluar dulu, yah. Kamu istirahat saja. Jangan terlalu sering bergadang, wanita yang baru melahirkan tidak boleh tidur terlalu larut malam," titahnya mengusap dan mengecup lembut kening Shinta.Shinta mengangguk patuh, ia beringsut perlahan untuk naik keatas ranjang, sambil mengusap lembut kepala putra kesayangannya.Rambut halus Baby Sandy, membuat Shinta terkenang dengan anak-anak panti tempat ia di besarkan.Arlan sudah meninggalkan Shinta, menuju ruang tamu hanya untuk melihat siapa tamu malam ini. Betapa terkejutnya pria itu, saat matanya tertuju pada sosok Raline dan Liberti yang sudah di bukakan pintu oleh asisten rumah tangganya.Dengan wajah berang Arlan menghardik dua wanita yang
Dunia terasa sangat indah terasa, ketika kita memiliki segalanya dalam keadaan sempurna dari sang pencipta. Titipan anak dari Tuhan, sangat di syukuri oleh Arlan didukung dengan Shinta sangat pandai merawat buah hati mereka.Mungkin pikiran orang-orang dosa yang mereka lakukan saat ini. Ya, perbuatan mereka berdua memang dosa, akan tetapi Arlan memiliki pemikiran sendiri untuk mempertahankan kebahagiaannya.Dengan membuat steatmen bahwa, 'Leon bukan darah dagingnya, atau lebih tepatnya, Leon bukan anak biologisnya, ia hanya anak yang sah dimata hukum, namun ternyata tidak sah dalam agama yang ia anut'. Dalam kasus ini, Arlan mencoba untuk mengalihkan pikirannya, agar dapat melihat dampak dari semua kesalahannya dengan Shinta. Mungkin orang lain beranggapan bahwa Arlan tega menyakiti Leon, tapi dalam kenyataannya Arlan lah yang terzolimi oleh Seno dan Yasmin, sehingga Leon lah yang menjadi korban atas kebohongan mereka selama 20 tahun.20 tahun, 20 tahun lamanya
Kediaman mewah milik Arlan tampak hening sejenak, hanya karena melihat kehadiran pria mapan itu yang semakin tampak gagah semenjak kepergian dan kesuksesannya di Singapura, ditambah kebahagiaan yang terpancar jelas dari raut wajahnya semenjak kehadiran Baby Sandy.Leon yang merasakan kerinduan luar biasa pada Arlan, langsung berhambur memeluk pria yang sangat disayanginya sejak kecil."Papi.""Leon."Keduanya benar-benar terlarut dalam air mata kerinduan. Arlan mendekap tubuh Leon, dengan perasaan bahagia, karena melihat tubuh gagah itu kini tampak lebih segar dan tampan. Kulit putih, lebih mirip pria oriental yang sangat berbeda dari beberapa bulan lalu.Arlan melepaskan dekapannya, memuji penampilan putranya yang benar-benar gagah, bahkan terlihat sangat jelas bahwa kini dia lebih sehat."Bagaimana boy! Sudah siap berlari kencang bersama ku?" goda Arlan, dengan tangan mengepal kuat dihadapan putra kesayangan.Leon tertawa terbahak-bahak, "Mau lari
Di apartemen milik Arlan, Raline benar-benar tidak mampu menahan rasa amarahnya, segera ia meraih tubuh Shinta yang tertutup kain tipis, untuk menyiksa wanita yang tidak tahu diri menurutnya. "Brengsek kau wanita jalang, berani sekali menggoda Arlan, bahkan dengan tega kau merebut kebahagiaan ku! Apa salahku pada mu hah?!" tangannya berusaha meraih tubuh Shinta, namun ditepis oleh asisten rumah tangga yang menyaksikan kejadian tersebut.Wanita paruh baya bernama Surti itu, menarik paksa tangan Raline, agar tidak menyakiti wanita majikannya, "Kenapa kamu bisa sampai kesini? Bukankah Pak Arlan tidak mengizinkan Anda masuk Nona!?"Raline semakin tersulut emosi, karena mendengar pertanyaan itu dari bibir Surti yang nyata membela Shinta. Tangannya berhasil meraih lengan Shinta, seketika, "Kau?!"PLAK "Tega kamu menggoda Arlan, sementara kau masih istri sah dari Leon! Apa maksud mu pada Leon hah, kenapa kau menyakiti keluarga ku!?" teriak Raline di kediaman Arlan sem
Tidak menunggu lama setelah berbincang ringan bersama Mia, Shinta terlelap dalam tidurnya, tanpa disadari bahwa Arlan telah kembali dan masuk kekamar peraduan mereka, setelah berdebat panjang dengan Leon.Arlan menatap wajah cantik wanita kesayangan, yang semakin memiliki tubuh ideal pasca melahirkan. "Aku mencintaimu, Shinta," kecupnya pada benda kenyal milik Shinta yang sangat ia rindukan.Shinta menggeliatkan tubuhnya, mengerjabkan mata perlahan, mengusap wajah pria yang sudah berada diatasnya dengan sangat lembut."Bibihh," kecupnya manja, pada punggung tangan Arlan.Arlan memiringkan tubuhnya, mendekatkan wajahnya hanya untuk mengusap lembut wanita yang selama ini ia jaga penuh perasaan bahagia. "Maafkan aku, Shinta. Aku sangat menyayangimu. Kita akan kembali ke Singapura besok, Leon lebih memilih tinggal disini, karena ingin bertemu dengan Seno juga Lily," kembali ia mengecup lembut kening Shinta.Shinta mengangguk setuju, memeluk erat tubuh kekar Arla
Matahari bersinar terang, menyinari kota metropolitan, dengan hiruk pikuk kehidupan kota besar yang sangat padat. Arlan tengah tertidur di ranjang bersama Baby Sandy, membuat Shinta tersenyum sumringah saat melihat anak dan ayah itu saling berpelukan."Bi," bisik Shinta perlahan, saat mengusap lembut lengan Arlan."Hmm ...""Shinta ke supermarket bawah dulu sebentar, mau membeli beberapa kebutuhan Sandy juga aku. Kita berangkat jam berapa?""Aku ngantuk, kamu belanja saja dulu. Jangan lupa buatin sarapan, minta tolong Surti saja. Aku tidur jam 05.00 masalahnya, saat Sandy rewel minta susu terakhir," jelasnya dengan mata terpejam.Shinta mengecup lembut kepala Arlan, kemudian tersenyum sumringah menoleh kearah Sandi yang tampak masih tenang dalam dekapan Arlan."Shinta pergi yah, Bi."Arlan tidak menyahut. Dia melanjutkan tidurnya, karena merasa lelah, dan memilih untuk beristirahat sebelum meninggalkan Jakarta.Shinta memberikan perintah kepada S
Sesuai permintaan Leon diawal. Ia hanya meminta waktu Shinta selama dua jam saja. Benar, Shinta kembali ke apartemen dalam waktu dua jam, setelah berbincang-bincang ringan bersama Leon.Entah keputusan apa yang Shinta ambil, yang penting saat ini, ia hanya ingin menghabiskan waktunya bersama Arlan. Pria dewasa yang sangat lembut juga penyayang.Shinta menautkan kedua alisnya, ketika membuka pintu kamar apartemen, melihat dua pria itu masih terlelap selama kepergiannya.Perlahan Shinta mendekati Arlan, mengusap lembut kepala pria tersebut dengan perasaan bahagia. "Bi, sarapan sudah dingin sejak tadi. Katanya kita mau berangkat hari ini," sungutnya."Hmm, ogh shiit. Badanku terasa remuk sayang," peluknya mendekap erat tubuh ramping wanitanya. Shinta menghela nafasnya, ia hanya tersenyum tipis, melihat kearah Arlan yang tengah mengendus-endus bak seekor kucing persia yang kehilangan induknya."Mau mandi dulu, atau makan siang dikamar?"Arlan menoleh k
Sementara di tempat yang berbeda, Leon tengah menikmati segelas jus buah yang selalu dipersiapkan pelayan mansion milik Arlan.Walau Leon sudah dinyatakan sembuh oleh dokter yang menanganinya, ia sebagai manusia biasa, selalu berjaga-jaga untuk senantiasa memperhatikan kesehatan. Ia tidak ingin kejadian beberapa waktu lalu, membuatnya harus merasakan sakit cuci darah dan duduk di kursi roda.Malam semakin larut, tanpa Leon sadari Seno menghampirinya dikediaman Arlan setelah beberapa hari menunggu kabar tentang putra kandungnya, yang selama ini ia tutupi dari semua pihak.Leon hanya tersenyum tipis, melihat Seno telah berdiri di depan pintu kamar pribadinya."How are you boy? Paman pikir, kamu sudah berangkat ke Cina untuk melanjutkan studi di sana?" tawanya menggoda Leon tanpa perasaan sungkan.Leon mendengus dingin, dia memilih untuk menghampiri Seno, karena tidak ingin laki-laki mapan itu masuk kedalam kamarnya. "Bisa kita bicara di luar saja, Paman?" ajak