"SIAL! SIALLL!! Ini tidak seperti yang aku rencanakan! Seharusnya ... Kania menderita, bukan bahagia. Seharusnya Kania kesepian, sengsara sebatangkara bukannya malah bersama miliarder paling top, aku tidak akan pernah melepaskanmu!” Bram mengumpat-umpat sendirian.Ia pun mengambil ponselnya dan berusaha menghubungi Kania.Namun, teleponnya tidak diangkat. Bram mencoba berkali kali namun hasilnya masih nihil.Bram semakin murka.Lalu Bram meninggalkan pesan agar Kania menghubunginya.“Kania ... ini aku, Bram. Kau harus datang menemuiku jika tidak ingin menyesal!” tutup Bram dan melempar ponselnya ke atas meja.Bram mencoba kembali mengatur emosi dan napasnya, emosinya benar-benar sudah di atas ubun-ubun dan sulit untuk mereda.Tiba-tiba telepon berdering, dengan semangat Bram mengangkat teleponnya tanpa melihat si penelepon, dia berasumsi Kania takut dengan ancamannya.“Finally, kau menelepon juga.”“Bram ... apa yang sedang kau lakukan?” tanya suara wanita yang ternyata Sonya, istri
Kania sedang berusaha fokus -yang sudah berjam jam diupayakannya dan tidak berhasil- pada apa yang dikerjakannya ketika ponselnya berdering. Kania melirik lalu dengan perlahan mengambil ponselnya, lalu membalas pesan yang masuk dengan cepat, Nick tidak bisa menerka akan tetapi sepertinya Kania tidak terlalu bahagia. Setelahnya Kania kembali fokus pada apa yang tadi telah mereka bahas. Masih belum terlalu lama kembali ponselnya berdering. Sambil menggeleng samar tanda dirinya mulai kesal, Kania kembali membalas pesan yang masuk. "Dia mengganggumu?" Tanya Nick sambil berusaha terlihat biasa saja. Nampak Kania menggeleng. "Dia mengundangku datang dengan pemberitahuan mendadak, aku sudah menolaknya tapi dia sepertinya tidak biasa menerima penolakannya, dia sungguh memaksa hingga aku terpaksa menerima undangannya." Nick mengangguk ketika untuk yang kesekian kalinya ponsel Kania berbunyi hanya saja dengan nada dering yang berbeda. "Aku minta maaf jika panggilan-panggilan ini menggan
Kania berangkat menuju rumah makan yang telah ditentukan. Dia heran kenapa hari ini banyak sekali orang yang mengganggunya. Pesan masuk yang terus menerus dari nenek yang pernah ditolongnya, membuat Kania tidak lagi bisa menolak dan akhirnya menerima permintaan sang nenek untuk makan siang. Belum lagi telepon dari Bram yang merengek-rengek agar Kania mau bertemu dengannya, karena Kania selalu menolak akhirnya Bram menggunakan trik setengah memaksa sambil menjanjikan perusahaan ayahnya akan kembali ke dalam pelukan mereka berdua jika Kania mau memaafkan dan menerimanya kembali. Kania benar-benar kesal! MUAK!!Lamunan Kania buyar saat pandangannya menatap kesibukkan yang ada di hadapannya, ternyata Kania telah sampai di rumah makan tempat si nenek sedang menunggunya. Segera Kania turun dan masuk ke dalam ruangan. Kania melayangkan pandangan matanya dan menangkap sosok nenek yang kini telah melihatnya dan segera melambaikan tangannya.Kania segera mendekat dan meminta maaf kalau sed
"Yuk, kita makan aja dulu." Grannie tidak menyangka acara yang sudah ditunggu-tunggu ternyata berjalan tidak seperti yang dibayangkannya. "Maaf, Nek. Saya harus segera kembali ke kantor." Lalu Kania pun berlalu tanpa berpamitan pada Nick. Nenek tidak mengejar Kania, dia hanya diam saja memandang wanita berhati lembut yang baru beberapa menit lalu berubah 180°. "Grann, Nick juga pulang dulu. Jangan sedih dan nggak usah lagi jodoh-jodohin Nick.""Kamu senang usaha Grannie gagal, kan?" "Sejujurnya kami semua cucu Grannie memang keberatan dikenal-kenalkan, tapi bukan karena itu Nick bilang nggak usah jodoh-jodohin tapi karena Nick sudah punya orang yang Nick sayang." "Selalu dari dulu kau akan berkata seperti itu untuk menghindar dari rencana Grannie, padahal nanti pada akhirnya tetap aja kamu tidak pernah serius dengan hubungan mu bersama para teman kencanmu itu." "Nggak Gran, Nick memang sudah punya pujaan hati hanya belum resmi.""Yah sudah cepat lamar dia." "Maksud Nic
Kania masih juga tegang mendengar perkataan Nick, padahal setelah menimbang dan menganalisa semua yang terjadi, Kania sampai pada kesimpulan bahwa Nick belum tahu tentang anaknya. Kalau Nick tahu pasti tidak sesantai ini dia menagih janji Kania untuk menceritakan semuanya. Akan tetapi tak urung Kania kaget dan kembali gelisah. 'Harusnya aku memang mengatakan yang sebenarnya, Nicho adalah darah dagingnya, tapi waktunya belum tepat.' batin Kania."Yah..aku memang masih punya janji untuk...menceritakan semua..nya." jawab Kania pelan.Kania merasa gugup hingga kalimatnya terpatah-patah. Giliran Nick yang termangu...lalu mengangguk."Baguslah kau masih ingat janjimu, lebih bagus lagi kalau kau segera menceritakan semuanya," kata Nick. Kania mengangguk tanpa berani menatap mata Nick. Kembali mereka melanjutkan makan siang, kali ini tanpa percakapan. Nick menikmati keheningan yang tercipta, Nick teringat memang begitulah jika bersama Kania, dahulu pun Kania tidak sibuk berusaha untuk
"Kau tidak bisa datang besok jam delapan karena?" Kembali Nick menegaskan.Nampak Kania menggigit bibir bawahnya kemudian menjawab."Karena aku...ada...tidak..aku tidak bisa Mr Sebastian." Jawaban Kania yang kacau membuat senyum samar terbit di ujung bibir seksi Mr Sebastian.'pasti dia senang karena aku ketahuan berbohong.' batin Kania.“Alihkan tugasmu pada yang lain, aku ingin kamu datang jam delapan tepat,” ujar Nick dengan wajah datar untuk menutupi perasaannya.“Maaf Mr Sebastian..saya tidak bisa, besok saya banyak urusan. Lagi pula kami sudah memilih perwakilan yang akan datang besok, dia jauh lebih senior dari saya, jadi... sangat tidak mungkin saya berani menggantikannya begitu saja.”Kania masih berusaha mengelak, Kania berusaha mencari-cari alasan walau alasan yang sebenarnya pastilah sudah bisa ditebak yaitu Kania berusaha menghindar.Hanya satu kata yaitu MENGHINDAR. “PT Antampura adalah klien utama CV SayOnTrack, tidak bisakah kalian lebih memprioritaskan kami diband
Nick merasa Kania bergerak samar.Nick membelai rambut Kania lalu menyingkirkannya, kini jemarinya menyusuri samping leher Kania, turun ke bahu, lalu dengan lembut Nick menggantikan jemari dengan bibirnya.Nick melingkarkan kedua lengannya memeluk pinggang Kania dan merapatkan tubuh mereka, tubuh belakang Kania menempel di tubuhnya, tangan Kania terlepas dari handle pintu dan tergantung di sisi tubuhnya."Mr Sebastian_" Kania berusaha menegur dengan suara yang tersengal, akan tetapi seketika dia tidak lagi bisa melanjutkan kalimatnya karena bibirnya malah disergap dengan cepat. Nick melumat bibir ranum yang selama dua minggu ini mengganggu keseimbangan otaknya.Setelah beberapa lama, Nick membalikkan tubuh Kania, memutar kunci di belakang Kania, lalu kembali memeluknya erat.Mereka berciuman begitu panas, seakan malam magis itu kembali datang dan menyihir mereka berdua.Nick merasa gairahnya terbangkitkan dengan cepat, luar biasa cepat!Pasti Kani
“Aku bisa membaca keheranan yang tercermin di wajahmu, tidak bolehkah aku tahu kejadian yang terjadi di perusahaanku?" Nick menatap Kania dengan menyipitkan matanya.“Hmm tidak..hanya saja saya merasa terlalu jauh jika bos besar yang mengurus itu,” jelas Kania dan Nick menghela napas sambil bersandar di kursinya.Nick sangat terhibur dengan jawaban cerdas Kania! Memang tidak salah kalau dia jatuh cinta pada wanita yang tidak hanya cantik, lembut tapi juga memiliki pengetahuan yang luas dan bisa jadi partner yang handal...di dalam maupun di luar kamar tidur.Kembali telepon Kania berdering, kali ini Kania menatap Nick dan Nick hanya menganggukkan kepala agar Kania bisa mengangkatnya.Nick pun berpura-pura melihat dokumen yang ada di dekatnya dan memasang telinga dia ingin mendengar penolakan Kania yang dingin terhadap penelponnya.Akan tetapi Kania tidak mengangkat telepon dan sepertinya sedang membaca sebuah pesan.Perlahan terjadi perubahan pada Wajahnya, terlihat sangat pucat