"Cepatlah kembali pertemuan sudah dimulai." Nick berlalu sambil menggandeng Kania. Bram dan Sonya sama marahnya melihat hal itu walau dengan alasan yang berbeda. Sonya yang memang sebenarnya tidak ada urusan di tempat itu segera berlalu meninggalkan Bram.Pertemuan pun berlangsung dengan sangat cepat, hingga tanpa terasa sudah waktunya makan siang. Nick selalu harus menghadapi banyak pengusaha yang menyapa dan mengajaknya berbincang-bincang hingga dia tidak punya kesempatan untuk berdekatan dengan Kania.Nick merasa kesal akan tetapi hanya disimpannya dalam hati karena toh orang-orang yang mendekatinya tidak dengan sengaja menyita waktunya, mereka memang ingin bercakap-cakap dan mungkin bekerja sama dalam arti yang sebenarnya.Saat mereka sedang bercakap-cakap Nick menangkap bayangan Kania. Kania tidak sendiri ada bayangan pria yang mengiringi langkahnya. Bramantyo! Nick mengalihkan pandangan dan berusaha memusatkan perhatian pada lawan bicaranya. Namun itu hanya bertahan beb
Sambil makan Nick melihat wajah Kania yang seperti ingin memuntahkan berjuta kalimat tapi ditahannya. "Kamu mau bilang apa? Katakan saja." Paksa Nick dengan volume rendah."Sebenarnya aku ingin menunggumu selesai makan tapi karena kamu sendiri yang bilang jadi oke..kita langsung saja, bagaimana mungkin kamu bisa berpikir aku dan Bram BERSAMA?" Kania mengutarakan apa yang menjadi keheranannya. "Maksudku, aku tahu dia yang berusaha mendekatimu tapi seharusnya kamu bisa menyuruhnya pergi kan? Kamu bisa menghindar! Kamu bisa melakukan banyak hal selain membiarkan dia mengikutimu." "Ini negara bebas, Nick. Gimana caranya aku mengusir dia sedangkan aku bukan nyonya rumah? Lagian kita memang sedang berada di acara yang sama bukan? Gimana caranya?" "Minimal kamu bisa terlihat terganggu bersamanya." Mendengar pernyataan Nick, Kania langsung berdiri. "Ucapanmu nggak masuk akal." Kania mengambil tasnya dan berniat untuk pergi meninggalkan Nick yang langsung menyambar tangannya. Langkah
BRAK!!!Bunyi pintu terbanting membuat Nyonya Emmy yang sedang duduk di depan TV terkejut setengah mati. 'Memang pembantu jaman sekarang nggak ada yang pinter, memangnya mereka nggak tahu harga pintu mahal?'Gerutu Nyonya Emmy dalam hati sambil bergegas pergi ke ruang tamu, dia akan mendamprat pembantu barunya. "Lho? Kok sudah pulang?" Ternyata bukan pembantu barunya yang membanting pintu, tapi anak gadisnya yang sedang berdiri di depan pintu dengan raut wajah marah. Emmy melihat Sonya diam saja tidak menjawab pertanyaannya. "Sonya...kenapa mukanya ditekuk begitu? Lagian bukannya kamu lagi ada acara pertemuan para pengusaha itu?" Sonya tetap tidak menjawab malah melempar sepatu dan tasnya sembarangan lalu menjatuhkan dirinya di sofa. Emmy tahu bahwa ada yang tidak beres melihat bahasa tubuh anaknya. "Apa yang terjadi? Bram marah?" Sonya hanya melirik ibunya kemudian mendengus. "Bram berselingkuh?""Pria brengsek itu memang mulai kasar sama aku, mulai suka bentak-bentak, mula
"Anak kurang ajar, nggak tahu terima kasih." Sonya tak bergeming mendengar dampratan ibunya. "Allah Mi nggak usah pakai malu-malu, Sonya tahu kok yang sebenarnya, Mami memang nggak segamblang Sonya tapi bisa jadi Mami lebih parah dari Sonya." "Tutup mulutmu! Kamu tahu nggak si Kania tuh ya nggak pernah bantah ibunya, nggak pernah berani ngomong sembarangan, nggak kayak kamu!" "Alahhh nggak usah banding bandingin deh Mi, paling Mami cuma pengen bikin hati Sonya panas kan?" Sonya memonyongkan bibirnya sambil tersenyum sinis. "Mami nggak usah lagi ngomong-ngomong kalau cuma ingin bandingin Sonya sama si Kania brengsek itu." Mereka berdua, ibu dan anak memang seringkali berkelahi, mereka sama sama merasa benar dan berjasa. "Nggak usah sewot kebangetan kalau bukan karena si brengsek itu kita nggak bakalan hidup nyaman kayak gini.""Mami tuh sebenarnya belain siapa sih? Sama aja dengan Bram, kalian semua sialan.""Eh...kurang ajar pakai ngumpatin orang tua lagi." "Arrgghh, udah uda
Kania sedang di kantornya, sejak pengambilalihan CV SayOnTrack, Kania jadi lebih leluasa mengatur waktunya. Seperti saat ini dia mengutus anak buahnya untuk pergi menggantikannya mengurus keperluan PT Antampura, sebelumnya dia menelpon Nick terlebih dahulu, awalnya Nick keberatan akan tetapi akhirnya setuju dengan syarat mereka makan siang bersama. "Kenapa harus orang lain yang datang?" "Sebenarnya aku mengutus Maya ke PT Antampura agar aku bisa mengejar ketinggalanku selama aku pergi, tapi kalau akhirnya makan siang bersama ya jadinya beda tipis, Nick." "Sebenarnya apa yang sedang kau kerjakan? Sejak kita pulang dari pertemuan pengusaha itu, kamu seperti tidak punya waktu untuk yang lain." Kata Nick menuntut penjelasan. Kania termenung. "Sorry." Ujar Kania sambil meletakkan tangannya di atas tangan Nick."Nia..aku serius, aku tidak ingin hanya bersama sementara, aku membutuhkanmu disampingku." Kania mengangguk sambil menatap wajah Nick ketika pandangannya jatuh pada seorang
"Sebaiknya kita ganti topik saja, ini topik yang berat." "No! Jangan menghindar terus please..." Kania hanya diam, dalam hati Kania mengejek diri sendiri yang begitu pengecut, karena masih belum menemukan waktu yang tepat untuk mengatakan semuanya. 'itu hanya alasan yang kau buat untuk merasionalisasi ketakutanmu kehilangan Nick saat semua rahasia terkuak!' Kecam hati nuraninya. Kania berusaha menghalau dua sisi yang sedang berperang dalam batinnya, dan memfokuskan diri pada Nick yang masih duduk dalam posisi yang sama menunggu tanggapan Kania."Aku tidak menghindar, Nick." "Tapi kau tidak mau serius." Kania memandang sekeliling seakan dia takut ada yang akan mendengar pembicaraan mereka. Nick pun tanggap dan bangkit berdiri, lalu mengajak Kania keluar bersamanya. Sepanjang perjalanan Nick hanya menggenggam tangan Kania tanpa mengatakan sepatah kata pun.Begitu sampai di mobil, Kania yang telah duduk tiba-tiba terkejut membuka pintu mobil lalu berjalan cepat kembali ke arah r
Kania segera pergi meninggalkan rumah sakit. Sebelumnya Kania dengan cepat membereskan semua barang dan pakaian Nick yang masih tertinggal dan membawa semuanya bersama dia. Kania pergi ke apartemen Nick. Akan tetapi apartemen itu kosong. Kania berusaha menelepon tapi semua yang dilakukannya tidak membuahkan hasil. Kania tak habis pikir, memang Nick berubah pendiam sejak kecelakaan akan tetapi perubahan Nick begitu mengherankan seakan ada roh orang lain yang masuk ke tubuhnya, seolah olah mereka bertukar roh! Kania pulang dan berusaha melakukan rutinitasnya. Hanya bermain bersama Nico saja yang bisa sedikit mengalihkan beban pikirannya. Kania bermain dengan Nico hingga mereka berdua kecapekkan dan tertidur.Malam ini Kania tertidur di kamar Nico. Kania terbangun saat hari masih gelap.Ternyata dia hanya tertidur beberapa jam saja. Segera Kania mengambil ponselnya dan kembali berusaha menghubungi Nick.Akhirnya Kania mengirim pesan. {Aku tidak tahu apa yang sebenarnya sedang
"Mr Sebastian bilang, batalkan semua rencana hari ini, kecuali..."Sekretaris Nick terdiam."Kecuali apa? Selesaikan kalimatmu, Van." Kania mendesak Vannesa, sekretaris Nick untuk melanjutkan kalimatnya."Yah, itu saya ulang persis dengan apa yang Mr Nick Sebastian katakan, sama persis!" "Jadi maksudmu dia katakan 'kecuali' lalu tidak ada lanjutannya?" Vanessa mengangguk. "Itulah yang sebenarnya, saya membatalkan semua janji Mr Sebastian, akan tetapi saat Ms Kania ingin bertemu saya tidak berani membatalkan, saya berpikir bahwa kata setelah kecuali itu sebenarnya mungkin untuk Ms Kania." Kania hanya memandang sekretaris Nick."Ya pasti dibatalkan lah, kan Mr Sebastian belum pulih total." Kania seperti sedang berbicara dengan diri sendiri. Vanessa menunggu kelanjutan kalimat Kania. "Lalu sekarang apa? Bagaimana kamu menghubungi Nick untuk mengabarkan bahwa saya ada di sini?" Tanya Kania.Vanessa mengangkat bahunya. "Maafkan...saya sebenarnya hanya diperbolehkan menghubungi lewa