Harshad ikut mendorong brangkar bersama para petugas medis, Harshad masih belum menyangka kalau Anya terbaring di sini dengan luka dari Arnold. Perempuan yang berhasil membuat ubun-ubun Harshad memanas ya hanya Anya, selama ini dia lebih sering menghindari perempuan. Walaupun dalam bisnisnya dia harus banyak bertemu dengan perempuan, tapi Anya lah yang paling Harshad terima keberadaannya.
Harshad menyesal karena anak buahnya tadi terjengkang saat berusaha mengambil belati tajam di tangan Arnold. Arnold juga sempat menembak anak buahnya dengan pistol yang dibawa orang-orangnya. Arnold tidak membawa banyak anak buah karena mungkin dia tidak mengira kalau yang mengundang Clara dan Ara adalah Harshad dan Bryan.
Sekali lagi Harshad menggenggam erat tangan Anya sebelum mereka terpisahkan oleh pintu intensive care unit. Harshad mengusap rambut Anya dengan tangannya yang juga terkena darah. Laki-laki yang mengenakan kemeja putih tersebut tersenyum kecut.
“Mohon tu
Pagi hari di AK Medical Center, Harshad yang tadi malam tidur paling akhir sekarang sedang berada di kamar mandi membersihkan diri. Anya belum dipindahkan ke ruang rawat, om dan tante Harshad sudah tiba beberapa jam yang lalu.Mereka sudah menguruskan administrasi rumah sakit sebelum bertemu dengan Harshad. Sedangkan sekretaris Bryan, dia masih terlelap di sofa kamar VVIP itu. Dia sangat letih mungkin. Harshad tak membangunkan Bryan sama sekali dari tadi malam.Selain Bryan, ada Danu. Dia menjalankan tugasnya seperti biasa. Di jam-jam ini dia selalu standby di rumah Harshad. Jadi sekarang dia sudah dalam keadaan rapi dan berdiri tegak di belakang pintu.Ckleeek.“Mana Harshad?” tanya tantenya Harshad, beliau masuk begitu saja membuat Danu yang di belakang pintu terkejut.“Maaf, nyonya. Tuan muda sedang mandi,” jawab Danu. Perempuan bernama Angel tersebut mengangguk. Di tangannya menggantung beberapa tas yang sama.&ld
Danu melaksanakan tugasnya di restoran yang kemarin mereka gunakan untuk menginterogasi Clara dan Ara. Seusai makan malam dia berniat pergi ke restoran itu. Tugasnya semakin banyak, ditambah lagi permintaan Harshad untuk menyelidiki kebocoran rahasia dan privasi tamu restoran.Dia sudah merasa ada yang janggal sejak kejadian hari itu, bagaimana bisa Arnold secara tiba-tiba dan langsung menuju ke restoran tersebut.Laki-laki yang mengenakan pakaian lengkap itu masuk lift untuk turun dari lantai sepuluh ke lantai bawah tanah. Underground parking yang khusus untuk Harshad dan siapa pun tamunya. Danu mengatret mobil putihnya dan berlalu keluar dari parkir bawah tanah tersebut. Tidak akan ada orang yang mengira kalau toko di samping pintu keluar itu adalah parkiran, bukan toko.Dengan tenang Danu mengemudikan mobilnya, dia memasang earpod yang sudah terhubung dengan sekretaris Bryan dan sekretaris Doni. Di kondisi yang seperti sekarang ini pasti mereka akan selalu me
Kesalahan orang yang menodongkan pistol ke anak buah Harshad adalah tidak mengetahui secara pasti jumlah orang yang ada di dalamnya. Senior keamanan ada di dalam mobil itu, dia segera memberitahu sopir untuk membawa masuk ke dalam mobil.Penyerangan kecil tersebut membuat orang yang lewat terkejut dan menghubungi pihak kepolisian, tindakan para orang itu sudah diduga oleh Adrian. Dia juga langsung mengatakan lewat panggilan ke kepala Kepolisian setempat untuk tidak terlalu khawatir, mereka akan menyelesaikan masalah ini segera.“Sekali lagi, kami mohon maaf karena ketidaknyamanan ini, kami akan segera menyelesaikan masalah ini,” ucap Adrian.“Saya akan kirim orang ke sana untuk menenangkan orang yang melihat,” tambah Inspektur Arga.“Terima kasih, Inspektur.”“Anda berhati-hatilah. Kami akan selalu siap membantu anda,” jawabnya.“Kami akan menghubungi anda,” ujar Adrian sembari memb
Elang dan Bryan yang baru sampai di rumah sakit segera menghilangkan jejak agar menyulitkan orang-orang yang berniat jahat pada mereka. Rumah sakit ini tidak terlalu mencolok, rumah sakit harapan Harshad dan Elang karena keberadaannya pun juga sulit dijangkau jika tidak memiliki akses. Bryan menyenggol lengan Elang karena merasa ada yang janggal saat melihat nyonya Angel berbicara di telepon. Takutnya dia menghubungi seseorang yang tidak bisa dipercaya. “Sayang,” panggil Elang setelah memahami apa yang terjadi. Angel menoleh dan menjauhkan ponsel dari telinganya. “Hai, dari mana kalian? Masih berbahaya kah di luar?” tanya Angel khawatir. Dia memegangi tangan suaminya dan meneliti setiap bagian tubuh suaminya. “Aman, kita nggak apa-apa.” Elang menenangkan, dia menoleh ke Bryan di belakangnya. “Kamu mau telepon siapa?” tanya Elang akhirnya. “Aku mau telepon Mbak Arose, kasihan. Bagaimana kalau dia menunggu kabar dari Harshad?” jawab Angel.
“Cepet sembuh gih, gak pantes lu kek gitu,” goda Harshad. Anya menoleh tajam, dia belum mau bercanda. Mendengar tawa ringan Harshad mengundang senyum tipis Anya.“Sini gue kasih tahu.” Harshad kembali mendekati bangsal Anya.“Lu baik-baik aja kan, Shad?” tanya Anya masih dalam pandangan sendu. Dia khawatir kalau Arnold sampai melukai Harshad juga. Karena Anya bukanlah satu-satunya orang yang Arnold incar, masih ada Harshad dan Bryan.“Iya, udah lu tenang aja. Sekarang lu dengerin gue, ya,” ujar Harshad memandang dalam manik mata Anya.***“Baik, Tuan.” Danu segera pulang ke penthouse Harshad, tidak jadi berangkat ke rumah sakit.Seorang penjaga membukakan pintu mobil untuk Danu. Sebelum Danu masuk mobil, dia sempat mengangguk menyapa tuan Cris yang sudah rela mengantarnya ke parkiran rahasia.Anak buah tuan mudanya pasti sudah membereskan apapun yang membahayakan dirinya. Kar
Hari sudah berganti, semalaman Harshad, Bryan, dan Doni mengerjakan tugas mereka yang menumpuk beberapa hari. Dan sekarang, tiga orang tersebut masih terlelap di tempat mereka semalam. Seorang pelayan yang bertugas membersihkan ruang kerja terhenyak. Hanya Danu yang sudah berdiri sembari berbicara dengan dokter Irene. Bahkan tuan muda masih terbaring dengan manset jaketnya sebagai selimut. “Jangan ganggu mereka!” peringatan Danu. Pelayan dengan sigap menganggukkan kepala lalu pergi begitu saja dari depan ruang kerja. Danu mempersilahkan dokter Irene menjelaskan kondisi Anya. Mungkin nanti siang akan ada pemeriksaan keseluruhan untuk Anya. Dokter Irene khawatir kalau ada sesuatu yang tidak beres, mengingat pesan sedikit mencurigakan dari dokter yang menangani Anya. “Tapi, dok. Seingat saya dokter yang mengoperasi nona Anya tidak sama dengan yang menanganinya di ruang rawat,” jelas Danu. “Tidak masalah, memang sebelum saya menangani pasien, saya
“Please lah,,,,”Cuppp...Anya hendak meneruskan kalimatnya, tetapi sebuah kecupan lembut mendarat di keningnya. Dia hanya terpaku dan diam, menatap Harshad dengan perasaan yang entah dia sendiri tidak tahu.Jantungnya terpompa lebih cepat, kupu-kupu kecil di perutnya juga seolah sangat bahagia berterbangan bebas. Ada yang aneh, pipinya juga menghangat.“Jangan lupa istirahat, gue pergi dulu.” Harshad melambaikan tangannya dan melangkah keluar dengan tenang.“Enggak, gue ga boleh keliatan nikmatin,” hati Anya berbicara.“Awas kalo lupa bonekanya!” teriak Anya yang disambung dengan senyuman mematikan dari Harshad.Laki-laki itu sudah hilang dari pandangan mata Anya. Dia menyentuh dadanya yang bergemuruh panjang. Kebingungan dan banyak lagi yang dia rasakan sekarang. Perlahan Anya menyentuh keningnya, tepat di tempat Harshad mengecupnya tadi.Bibir hangat yang menggoda.
“Saya tahu, anak saya bersama anda, Tuan Muda,” ucap Jane menatap lurus ke mata Harshad. Bryan dan Doni terdiam di tempatnya sambil saling pandang.“Saya juga sudah mengatakan kalau saya hanya menolong anak anda dan tidak membawanya sampai sekarang,” jawab Harshad, berharap laki-laki di depannya ini menghentikan aksinya mencari Anya dari dirinya.Jane terlihat kesal, tangannya terkepal di atas pahanya. Namun wajahnya tetap terlihat tenang. Menoleh ke Bryan dan Doni hanya melihat dua orang itu.“Saya sudah peringatkan anda, Tuan Harshad. Anak saya bukanlah perempuan baik-baik, dan dia membawa kabur harta saya,” ucap Jane mengira Harshad akan memberikan Anya, “Dia sedang dalam pencarian polisi Indonesia, kalau anda membawanya berarti Anda juga termasuk dia,” tambah Jane sembari tersenyum licik.Harshad tak menjawab, dia hanya mengangkat alisnya pertanda setuju. “Pintunya ada di sebelah sana, Tuan.”