Dua perempuan bernama Clara dan Ara itu sedikit panik, mereka tidak tahu apa-apa dan menurut saja pada laki-laki bernama Danu yang mengajak mereka ke ruangan ini.
Awalnya mereka menolak, tapi setelah Danu meyakinkan kalau dia bukan salah satu dari anak buah sekretaris Bryan, Clara dan Ara setuju. Apalagi Danu mengatakan kalau ini hanya makan siang. Tidak lebih dan tidak kurang.
Seperti itulah Danu. Dia selalu berhasil menjadi anak emas untuk Harshad dan Bryan. Tidak pernah muncul di publik membuat nama Danu tidak terekspos, tapi sebenarnya memang itu rencana Harshad menyembunyikan Danu di balik punggungnya.
Bryan tidak langsung masuk, dia melihat Danu berbicara dengan dua orang itu dari luar private room. Karena tiba-tiba Bryan mengingat pesan Harshad untuk tidak masuk dulu, dua perempuan itu pasti sudah mengenal Bryan. Tapi mereka tidak mengenal Danu.
“Tuan muda,” panggil Bryan saat menyadari kedatangan Harshad. Dia mengangguk pada pemilik re
Perempuan yang berada di dalam ruangan private itu saling tatap. Mereka sudah memantapkan diri untuk bercerita masalah yang sebenarnya pada Harshad. Mereka tau siapa orang yang ada di depan mereka sekarang.Iya, tuan muda Harshad Alan Akandra. Seorang presiden direktur dari perusahaan raksasa bernama Akandra grup. Sebenarnya bukan karena Clara dan Ara tidak tahu siapa orang di depannya ini. Tapi karena kekejaman seseorang memaksa mereka untuk diam. Walaupun sebenarnya mereka tersiksa.Harshad memainkan sumpit yang ada di tangannya, dia memutar-mutar sumpit itu seperti sedang bermain pen spinning. Sesekali dia menusuk daging sapi di depannya sebelum dia potong menggunakan pisau.Danu pun juga begitu, dia diam mendengarkan perempuan bernama Clara tersebut bercerita. Hanya Harshad yang makan, mereka semua masih fokus. Ara dan Clara sesekali mengusap air matanya.“Ibu saya disandera, tuan. Dia tidak bisa melakukan apapun pada ibu saya kalau saya tidak m
Harshad ikut mendorong brangkar bersama para petugas medis, Harshad masih belum menyangka kalau Anya terbaring di sini dengan luka dari Arnold. Perempuan yang berhasil membuat ubun-ubun Harshad memanas ya hanya Anya, selama ini dia lebih sering menghindari perempuan. Walaupun dalam bisnisnya dia harus banyak bertemu dengan perempuan, tapi Anya lah yang paling Harshad terima keberadaannya.Harshad menyesal karena anak buahnya tadi terjengkang saat berusaha mengambil belati tajam di tangan Arnold. Arnold juga sempat menembak anak buahnya dengan pistol yang dibawa orang-orangnya. Arnold tidak membawa banyak anak buah karena mungkin dia tidak mengira kalau yang mengundang Clara dan Ara adalah Harshad dan Bryan.Sekali lagi Harshad menggenggam erat tangan Anya sebelum mereka terpisahkan oleh pintu intensive care unit. Harshad mengusap rambut Anya dengan tangannya yang juga terkena darah. Laki-laki yang mengenakan kemeja putih tersebut tersenyum kecut.“Mohon tu
Pagi hari di AK Medical Center, Harshad yang tadi malam tidur paling akhir sekarang sedang berada di kamar mandi membersihkan diri. Anya belum dipindahkan ke ruang rawat, om dan tante Harshad sudah tiba beberapa jam yang lalu.Mereka sudah menguruskan administrasi rumah sakit sebelum bertemu dengan Harshad. Sedangkan sekretaris Bryan, dia masih terlelap di sofa kamar VVIP itu. Dia sangat letih mungkin. Harshad tak membangunkan Bryan sama sekali dari tadi malam.Selain Bryan, ada Danu. Dia menjalankan tugasnya seperti biasa. Di jam-jam ini dia selalu standby di rumah Harshad. Jadi sekarang dia sudah dalam keadaan rapi dan berdiri tegak di belakang pintu.Ckleeek.“Mana Harshad?” tanya tantenya Harshad, beliau masuk begitu saja membuat Danu yang di belakang pintu terkejut.“Maaf, nyonya. Tuan muda sedang mandi,” jawab Danu. Perempuan bernama Angel tersebut mengangguk. Di tangannya menggantung beberapa tas yang sama.&ld
Danu melaksanakan tugasnya di restoran yang kemarin mereka gunakan untuk menginterogasi Clara dan Ara. Seusai makan malam dia berniat pergi ke restoran itu. Tugasnya semakin banyak, ditambah lagi permintaan Harshad untuk menyelidiki kebocoran rahasia dan privasi tamu restoran.Dia sudah merasa ada yang janggal sejak kejadian hari itu, bagaimana bisa Arnold secara tiba-tiba dan langsung menuju ke restoran tersebut.Laki-laki yang mengenakan pakaian lengkap itu masuk lift untuk turun dari lantai sepuluh ke lantai bawah tanah. Underground parking yang khusus untuk Harshad dan siapa pun tamunya. Danu mengatret mobil putihnya dan berlalu keluar dari parkir bawah tanah tersebut. Tidak akan ada orang yang mengira kalau toko di samping pintu keluar itu adalah parkiran, bukan toko.Dengan tenang Danu mengemudikan mobilnya, dia memasang earpod yang sudah terhubung dengan sekretaris Bryan dan sekretaris Doni. Di kondisi yang seperti sekarang ini pasti mereka akan selalu me
Kesalahan orang yang menodongkan pistol ke anak buah Harshad adalah tidak mengetahui secara pasti jumlah orang yang ada di dalamnya. Senior keamanan ada di dalam mobil itu, dia segera memberitahu sopir untuk membawa masuk ke dalam mobil.Penyerangan kecil tersebut membuat orang yang lewat terkejut dan menghubungi pihak kepolisian, tindakan para orang itu sudah diduga oleh Adrian. Dia juga langsung mengatakan lewat panggilan ke kepala Kepolisian setempat untuk tidak terlalu khawatir, mereka akan menyelesaikan masalah ini segera.“Sekali lagi, kami mohon maaf karena ketidaknyamanan ini, kami akan segera menyelesaikan masalah ini,” ucap Adrian.“Saya akan kirim orang ke sana untuk menenangkan orang yang melihat,” tambah Inspektur Arga.“Terima kasih, Inspektur.”“Anda berhati-hatilah. Kami akan selalu siap membantu anda,” jawabnya.“Kami akan menghubungi anda,” ujar Adrian sembari memb
Elang dan Bryan yang baru sampai di rumah sakit segera menghilangkan jejak agar menyulitkan orang-orang yang berniat jahat pada mereka. Rumah sakit ini tidak terlalu mencolok, rumah sakit harapan Harshad dan Elang karena keberadaannya pun juga sulit dijangkau jika tidak memiliki akses. Bryan menyenggol lengan Elang karena merasa ada yang janggal saat melihat nyonya Angel berbicara di telepon. Takutnya dia menghubungi seseorang yang tidak bisa dipercaya. “Sayang,” panggil Elang setelah memahami apa yang terjadi. Angel menoleh dan menjauhkan ponsel dari telinganya. “Hai, dari mana kalian? Masih berbahaya kah di luar?” tanya Angel khawatir. Dia memegangi tangan suaminya dan meneliti setiap bagian tubuh suaminya. “Aman, kita nggak apa-apa.” Elang menenangkan, dia menoleh ke Bryan di belakangnya. “Kamu mau telepon siapa?” tanya Elang akhirnya. “Aku mau telepon Mbak Arose, kasihan. Bagaimana kalau dia menunggu kabar dari Harshad?” jawab Angel.
“Cepet sembuh gih, gak pantes lu kek gitu,” goda Harshad. Anya menoleh tajam, dia belum mau bercanda. Mendengar tawa ringan Harshad mengundang senyum tipis Anya.“Sini gue kasih tahu.” Harshad kembali mendekati bangsal Anya.“Lu baik-baik aja kan, Shad?” tanya Anya masih dalam pandangan sendu. Dia khawatir kalau Arnold sampai melukai Harshad juga. Karena Anya bukanlah satu-satunya orang yang Arnold incar, masih ada Harshad dan Bryan.“Iya, udah lu tenang aja. Sekarang lu dengerin gue, ya,” ujar Harshad memandang dalam manik mata Anya.***“Baik, Tuan.” Danu segera pulang ke penthouse Harshad, tidak jadi berangkat ke rumah sakit.Seorang penjaga membukakan pintu mobil untuk Danu. Sebelum Danu masuk mobil, dia sempat mengangguk menyapa tuan Cris yang sudah rela mengantarnya ke parkiran rahasia.Anak buah tuan mudanya pasti sudah membereskan apapun yang membahayakan dirinya. Kar
Hari sudah berganti, semalaman Harshad, Bryan, dan Doni mengerjakan tugas mereka yang menumpuk beberapa hari. Dan sekarang, tiga orang tersebut masih terlelap di tempat mereka semalam. Seorang pelayan yang bertugas membersihkan ruang kerja terhenyak. Hanya Danu yang sudah berdiri sembari berbicara dengan dokter Irene. Bahkan tuan muda masih terbaring dengan manset jaketnya sebagai selimut. “Jangan ganggu mereka!” peringatan Danu. Pelayan dengan sigap menganggukkan kepala lalu pergi begitu saja dari depan ruang kerja. Danu mempersilahkan dokter Irene menjelaskan kondisi Anya. Mungkin nanti siang akan ada pemeriksaan keseluruhan untuk Anya. Dokter Irene khawatir kalau ada sesuatu yang tidak beres, mengingat pesan sedikit mencurigakan dari dokter yang menangani Anya. “Tapi, dok. Seingat saya dokter yang mengoperasi nona Anya tidak sama dengan yang menanganinya di ruang rawat,” jelas Danu. “Tidak masalah, memang sebelum saya menangani pasien, saya