Satria menyeret tubuh Ruby menjauh dari jendela. Dia lalu melemparnya ke atas tempat tidurnya dan mengintimidasinya. Membuat Ruby ketakutan dan perlahan mundur sampai tubunya sudah berada di ujung.“Aku akan membunuhmu jika kamu berteriak,” ancam Satria yang bukanlah isapan jempol. Ruby tahu sendiri laki-laki itu sudah bolak-balik masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya termasuk membunuh orang.“Apa yang kamu inginkan?” tanya Ruby masih dengan rasa takut yang menguasainya.“Aku bilang aku akan memberimu hadiah pernikahanmu.” Satria membuka ikat pinggangnya dan mencambukknya di atas tempat tidur tepat di sebelah Ruby, dan membuat wanita itu hampir memekik.“Berteriak sekali lagi atau aku akan mencekikmu dengan ini.”Ruby sontak mengatupkan mulutnya lagi. Sementara Satria sudah mulai mendekatinya dan menyentuh pipi Ruby dan turun ke bahu wanita itu.“Bukankah seharusnya kamu meninggalkan kenang-kenangan sebelum laki-laki itu memilikimu? Bagaimanapun juga kamu pernah menjadi mil
Ruby duduk di ruang tamu sementara Reza mengambilkan minum cokelat hangat untuknya. Setelah memberikan minumannya Reza duduk di sofa lain untuk menanyakan kejadian lebih jelasnya pada wanita itu.“Bagaimana bisa orang jahat itu ada di dekat rumahmu?” tanya Reza penasaran.“Aku tidak tahu,” jawab Ruby singkat. Dia harus berhati-hati agar Reza tak curiga dengannya.“Kalau begitu sekarang istirahatlah di kamar tamu. Besok kita bisa melaporkan hal itu ke kantor polisi agar rumahmu aman lagi.”Ruby mengangguk mengiyakannya. Meski dia harus mencari alasan lagi besok agar Reza tak benar-benar melaporkan hal itu ke polisi. Meski polisi akan menangkap Satria, namun rahasia besarnya akan dipertaruhkan.Setelah menghabiskan minumannya, Ruby masuk ke dalam kamar tamu yang sudah disiapkan oleh Reza. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi besok jika Aliya sampai melihatnya ada di rumahnya malam ini. Namun yang jelas Ruby masih bisa sedikit tenang karena ibu Reza pasti akan membelanya besok.Sementar
Akhirnya tiba hari H pernikahan Reza dan Ruby. Pernikahan dilangsungkan cukup sederhana, karena ini adalah pernikahan kedua yang direncanakan dengan sangat mendadak. Meski tak banyak mengundang tamu, namun berita mengenai pernikahan itu menyebar cukup cepat. Banyak yang tidak menyangka karena selama ini pernikahan Reza dan Aliya tampak baik-baik saja. Mereka semakin terkejut ketika mendengar jika Aliya lah yang mencarikan sosok istri kedua untuk suaminya saat ini.Awalnya Reza berpendapat jika pernikahan itu harus tertutup dan tak boleh ada orang luar yang tahu. Karena ia pikir mungkin pernikahannya dengan Ruby tak akan lama jika tujuan mereka hanyalah ingin memiliki anak kandung darinya dan juga Ruby. Namun ibu Reza menolak, dia ingin orang-orang mengenal Ruby sebagai menantunya juga. Dia ingin membanggakannya karena baginya Aliya sudah tak menjadi menantu idamannya lagi.Aliya menerima keputusan itu. Dia bahkan membantu semua persiapan acara. Dan saat ini dia sedang membantu Ruby ke
Yulia menatap tajam anaknya dari tempatnya duduk. Dengan gesture tubuhnya, ia meminta Reza untuk duduk dan melanjutkan semuanya seolah tak terjadi apa-apa saat ini. Dan saat itu pula Sean melihat keadaan itu. Dia merasa kasihan pada Aliya, wanita itu memiliki mertua yang tak lagi menginginkannya. Reza kembali duduk. Dia melanjutkan acara seperti apa yang diinginkan oleh ibunya.Sementara itu Joni yang mengejar Aliya akhirnya mendapatkan wanita itu.“Hei! Kenapa kamu kabur?” tanya Joni tak mengerti. Padahal dia hanya ingin dompetnya kembali. Itu saja.Aliya akhirnya berhenti dan menghadapi Joni. Ia sendiri juga heran mengapa dia harus kabur sejauh ini. Padahal dia hanya ingin menghindar agar mertuanya tak tahu masalahnnya dengan Joni.“Oke, maaf. Kita bicara di sini. Aku akan mengembalikannya besok setelah aku masuk kerja. Aku akan menitipkannya pada Sean.”“Kamu tidak berbohong kan?”“Tentu saja tidak. Aku masih menyimpan dompetmu baik-baik.”“Baiklah kalau begitu. Oh ya, untuk uangny
“Kenapa?” tanya Aliya tak mengerti. “Bukankah kamu mengatakan ingin menanyakan soal pekerjaan?” lanjutnya lagi.Lidah Sean tiba-tiba menjadi kelu. Mendadak situasi menjadi sangat canggung. Tidak mungkin juga dia dengan terang-terangan mengatakan jika ia sebenarnya mengkhawatirkan Aliya saat ini.“Sean?” panggil Aliya ketika Sean tak juga mengatakan apa-apa.“Kenapa kamu belum tidur? Apa ada yang sedang kamu pikirkan?” tanya Sean mengubah topik pembicaraan.“Tidak. Aku hanya tidak bisa tidur di tempat baru.”“Kamu masih ada di hotel?”“Hmm.”“Bolehkan aku menanyakan hal yang sedikit pribadi?”“Tidak.”Untuk sesaat keduanya lalu terdiam. Tidak ada yang saling mengatakan, namun mereka cukup tahu perasaan masing-masing.“Haruskah aku ke sana?” tanya Sean tiba-tiba.***Beberapa jam yang lalu, setelah acara pernikahan selesai.Reza dan Ruby masuk ke dalam kamar hotel yang sudah disiapkan khusus untuk mereka. Keduanya tampak canggung hingga tak ada kata yang terucap di antara mereka berdua.
“Kenapa kamu tidak bisa keluar?” tanya Sean penasaran.“Itu—ibu mertuaku mengunciku di kamar.”“Argh!” Hampir saja Sean mengumpat atas hal yang sebenarnya bukan masalahnya. Namun ibu mertuanya Aliya, benar-benar orang yang sangat buruk. Bagaimana bisa dia melakukan hal itu pada menantunya sendiri?“Pergilah. Lagipula kita akan bertemu di kantor besok,” kata Aliya. Anehnya dia tak ingin menyusahkan Sean. Hal sama sekali bukan sifatnya selama ini.“Nomor berapa kamarmu?” tanya Sean tiba-tiba.“Apa yang mau kamu lakukan? Jangan berbuat hal yang tidak-tidak. Aku tidak apa-apa!”“Tidak, kamu tidak baik-baik saja Aliya.”Mendengar namanya disebut seperti itu membaut Aliya tersentak. Dia tidak percaya Sean mengatakan hal seperti itu padanya. Bahkan memanggil hanya dengan namanya. Yang seharusnya itu membuatnya marah, namun tidak untuk saat ini.“7014,” jawab Aliya singkat.“Baiklah, aku hanya akan menghiburmu sebentar.”“Untuk apa kamu menghiburku? Sudah aku bilang—“TUT TUT TUT…Telepon ter
“Aliya! Apa-apaan kamu ini?” seru Yulia. Dia tidak terima Aliya melawannya seperti ini. Padahal tinggal mengatakan iya saja, apa sulitnya bagi menantunya itu?“Cukup bu, jangan salahkan Aliya terus. Reza kali ini kecewa karena ibu membohongi Reza seperti semalam.” Reza langsung meninggalkan kamar Aliya dan berjalan keluar seorang diri.“Ini semua karena kamu Aliya!” Yulia kemudian pergi menyusul Reza. Dia tak boleh membuat anaknya marah dulu. Karena dia berencana untuk tinggal di rumah Reza untuk memantau jika Reza dan Ruby akan melakukan hubungan suami istri tanpa terganggu oleh Aliya. Bagaimana pun juga dia tidak akan membiarkan Aliya merusak segalanya.Ruby menatap Aliya sesaat. Dia lalu pergi meninggalkan kamar itu juga menyusul yang lainnya. Hanya tinggal Aliya yang kini ditinggalkan seorang diri di sana.“Melelahkan,” desis Aliya. Dia menarik kopernya dan berjalan dengan santai. Kalaupun mereka semua meninggalkannya dia bisa pulang sendiri menggunakan taksi.Ketika keluar, Aliya
Damar yang melihat Aliya di mejanya terkejut dan langsung menghampiri wanita itu. Aliya tampak sedang menatap layar komputernya. Dia sedang bermain game!“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Damar berbisik.“Bekerja,” jawab Aliya singkat.“Tapi kamu masih cuti. Lagian kamu belum ada pekerjaan, jadi pulanglah,” perintah Damar. Dia ingin bersikap lebih tegas, namun dia sudah tahu dengan apa yang dialami Aliya saat ini. Suaminya menikah lagi kemarin.“Abaikan saja aku.” Aliya mengusir atasannya tersebut.“Baiklah, aku akan membiarkanmu hari ini.”“Lebih baik kamu mencarikan pekerjaan untukku. Aku sudah bosan seperti ini!”“Apa kamu belum menerima emailku?” tanya Damar yang kali ini membuat Aliya tertarik dan menoleh.“Email? Aku belum mengeceknya.” Aliya lantas menutup game nya dan membuka surelnya. Dan benar saja, di sana Damar mengatakan jika salah satu program yang dulu milik Aliya lusa akan kembali lagi padanya. Hal itu sontak membuat Aliya tersenyum lebar.“Kamu serius kan?” tanya