Share

Rahim Pengganti
Rahim Pengganti
Author: Skyworld 04

Bab 1 - Mimpi Buruk

Happy Reading Semuanya!

Sore ini sepertinya tidak ada ketenangan layaknya hari biasa, sumpah demi apapun gadis muda yang sedang mengalami kelelahan itu hanya ingin istirahat dengan nyaman dan menikmati me time  menonton drama FTV kesukannya yang sudah ia lewati beberapa episode.

Suasana tampak dingin dan mencekam, Irene tahu karena beberapa suara bentakan sebelum ia memasuki rumah melalui garasi rumahnya. Tidak heran, beberapa waktu ini masalah hubungan rumah tangga sang kakak mengalami berantakan dan Irene tidak ingin ikut campur.

“Bi,” panggil Irene.

“Non,” sahut perempuan paruh baya yang menjadi pekerja di rumahnya.

Iris matanya memperhatikan 6 gelas berisi air teh dan kopi yang tidak jauh dari posisinya berdiri saat ini, keadaan rumahnya memang terlihat ramai dengan kehadiran beberapa mobil yang Irene lihat terparkir di lapangan kosong sebelah rumahnya. 

Tangan Irene menaruh sepatu yang di kenakannya tadi di pinggir tempat penyimpanan sepatu dan berjalan menghampiri pekerja rumahnya tampak sedang menyiapkan minuman di sana.  Irene mengkode perempuan yang bekerja dengan keluarganya selama 15 tahun terakhir, seorang Bibi penjaga ketika orang tuanya sibuk dengan pekerjaannya.

“Rumah kenapa mendadak horor begini? Kakak sama mas Rangga berkelahi lagi?”

“Iya non, sedikit mencekam. Ibu sama ayah Den Rangga tiba-tiba datang kemari dalam keadaan marah.”  Suara bi Asih tampak pelan.

“Kenapa?” tanya Irene bingung.

“Saya enggak tahu non, kan non keluarganya. Kenapa enggak kesana saja buat cari tahu?” jawab Asih sembari menunggu air panas itu bergolak.

Bibir Irene cemberut, “Biasanya Bibi selalu number one kalau soal gosip, tumben sekarang enggak tahu apa-apa?  Tapi aneh juga enggak sih?” Perempuan yang di sapa Bibi Asih oleh Irene tampak menaikkan sebelah alisnya mencoba ikut bergosip dengan sang anak majikan tempatnya bekerja.

“Aneh kenapa Non?” tanya Bi Asih penasaran

“Ya... aneh!! Bukannya mereka sibuk banget ya? Bahkan di nikahan anaknya sendiri saja enggak datang,” Bi Asih tampak berpikir menyadari keanehan yang sedang dipikirkan oleh anak yang di asuhnya selama beberapa tahun terakhir.

Irene terdiam mengingat kejadian satu tahun yang lalu, saat kursi untuk orang tua dari dari kakak iparnya itu kosong saat acara pernikahan. Keanehan terus berlanjut bagi Irene karena sanak saudara dari keluarga kakak iparnya hanya beberapa orang saja yang menemaninya dari acara mulai sampai selesai, sisanya hanya beberapa jam bahkan beberapa menit saja. Seperti anak yang dibuang atau bahkan tidak dianggap.

“Sudah non, saya sedang bekerja. Nanti diomelin sama ibu,” putus Asih sembari membawa minum tersebut ke ruang tamu.

Perempuan dengan pakaian formal itu tampak menghela napas pelan, memikirkannya saja sudah membuat kepalanya berdenyut.  Semoga hubungan keluarga sang kakak dengan mertuanya baik-baik saja, sekarang ia mending pergi ke kamar saja.

“Mira bersumpah Mami dan Papi, jika aku bisa memiliki anak!! Hanya saja untuk saat ini memang belum diberikan kepercayaan sama Tuhan. Pernikahan kami juga termasuk pernikahan baru,”

Irene yang baru saja ingin masuk melalui tangga rahasia mendadak terdiam tidak bisa mengatakan sepatah kata apapun. Apakah serumit ini sampai sang kakak melakukan sumpah?

Gadis muda itu bersembunyi di balik dinding yang menghubungkan antara ruang tamu dan tangga rahasia. Kepalanya menunduk seiring mendengar nada suara tangisan dari Mira, kakaknya.

“Pokoknya kalian bercerai saja, percuma saja. Kamu pasti enggak subur atau bahkan bermasalah seperti dugaan para dokter rekan teman Mami,”

Irene tampak melebarkan matanya mendengar penuturan dari perempuan paruh baya tengah menatap sang Kakak di bawahnya tengah tertunduk lesu. Ia tidak bisa bersembunyi lagi, sebagai seorang adik bukankah ia harus membela? Kakaknya dalam keadaan tidak baik-baik saja.

Semua mata tampak menatapnya termasuk kedua orang tuanya, lidah Irene tampak kaku. Dan tidak bisa mengeluarkan sepatah kata apapun.

“Mami! Itu hanya opini! Kita belum cek ke dokter tentang berita itu. Siapa tahu itu hanya hoax dan sebenarnya kita memang belum diberi kepercayaan saja, Mami seharusnya paham tentang itu.”

Tatapan matanya hanya datar dan kaki Irene sama sekali tidak bisa berjalan menghampiri kedua orang tuanya yang bersedih, mulutnya seakan benar-benar terkunci.

“Keputusan Mami sudah enggak bisa diganggu gugat! Kalian harus bercerai dan kamu menikah dengan orang lain!” tekan Ratna.

“Mami masih ada cara yang lain tanpa harus bercerai! Rangga dengan Mira sudah menikah hampir dua tahun, kemungkinan saja memang diagnosis salah tentang istri Rangga. Sudah Rangga bilang kalau itu bisa saja berita palsu!”

BRAK!

Suara gebrakan meja terdengar memenuhi ruangan, tatapan amarah terlihat sangat jelas disana. Irene gemetar, ibu dari kakak iparnya terlihat menakutkan dan membuatnya tidak bisa berkutik banyak selain bersembunyi di belakang tubuh sang ibu.

“Kamu mau jadi anak pembangkang? Sangat sia-sia, Mami menyekolahkan kamu sampai pendidikan tinggi. Kalau pada nyatanya kamu menjadi seperti ini,” sindir Ratna sembari menatap marah putra semata wayangnya itu.

“Bukan begitu Mami,” Suara Rangga tampak terdengar putus asa disana.

Irene seperti menyaksikan drama FTV secara langsung di depan matanya, entah apa yang harus dilakukannya saat ini.  Jalan pikirannya buntu, entah kemana perginya Irene yang memiliki 1000 ide kreatif dan lainnya.

“Ada pepatah mengatakan, kodratnya wanita adalah bisa melahirkan dan memiliki anak bahkan sampai menyusui, mengasihi. Kamu belum menjadi wanita sepenuhnya karena kamu enggak bisa melahirkan seorang anak, bagaimana perusahaan dari Laksamana maju kalau enggak punyai garis keturunan?” Kilatan mata kebencian terlihat sangat jelas disana.

“Cinta? Persetan yang namanya cinta. Enggak ada yang namanya cinta yang saling miring, kamu enggak bisa memenuhi semua tuntutan pada umumnya. ” Irene menggenggam tangan sang ibu yang kini menatapnya nanar seakan meminta bantuan pada dirinya.

“STOP MAMI!” teriak Rangga kencang.

“Mas,” sendu Mira.

Rangga menatap istrinya yang menahan tangis, “Mami, masih ada cara lain biar kita bisa memiliki anak. Kita bisa membuktikan jika itu berita hoax!  Perkiraan itu akan salah, Mira dan aku bisa mengadopsi anak dari panti asuhan.“

Raut wajah marah masih terlihat sangat jelas disana.

“Tapi nantinya dia tidak akan membuat garis keturunan keluarga Laksamana, penerus perusahaan Laksamana adalah harus anak keturunan dan memiliki ikatan darah.” Rangga menggenggam erat tangan Mira di sebelahnya yang hanya menangis.

Pandangannya berdalih pada kedua mertuanya tampak ikut berlutut memohon pada kedua orang tuanya agar tidak memisahkan dirinya dengan Rangga, bahkan sang adik ipar yang ia kenal sebagai tom and jery dengannya tampak mengikutinya. Semua tampak bertekuk lutut meminta permohonan ini agar segera dikabulkan.

“Pepatah para tetua memang benar, beginilah kalau anak sangat ingin menikah. Kita harus lihat dari bibit, bebet, dan bobotnya kalau enggak mau mendapatkan tong kosong seperti ini.”

Irene benar-benar muak dengan perempuan di depannya yang entah apa keinginannya. Hubungan orang kaya memang sangat sulit dan ruwet untuk di prediksi, Irene sama sekali tidak bisa memahaminya.

“Atau...”

Semua mata menatap perempuan yang menjadi istri dari Rangga itu, termasuk Irene. Tatapannya tidak bisa lepas dari Mira yang memasang pandangan mata sayu pada dirinya. Irene bisa merasakan hawa tidak enak menyergap tubuhnya.

“Jika memang aku enggak bisa hamil dan membutuhkan pengganti rahim agar bisa meneruskan perusahaan keluarga Laksamana, aku ingin Irene menjadi orang itu.”

What? Kakaknya gila. Sangat gila sampai mengobarkan adiknya sendiri, Irene benar berharap jika ini bagian dari mimpi buruknya. Hanya mimpi buruk untuknya.

To be continued

Comments (1)
goodnovel comment avatar
yani nuryani
berasa bgt
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status