Happy Reading Semuanya!
Sore ini sepertinya tidak ada ketenangan layaknya hari biasa, sumpah demi apapun gadis muda yang sedang mengalami kelelahan itu hanya ingin istirahat dengan nyaman dan menikmati me time menonton drama FTV kesukannya yang sudah ia lewati beberapa episode.
Suasana tampak dingin dan mencekam, Irene tahu karena beberapa suara bentakan sebelum ia memasuki rumah melalui garasi rumahnya. Tidak heran, beberapa waktu ini masalah hubungan rumah tangga sang kakak mengalami berantakan dan Irene tidak ingin ikut campur.
“Bi,” panggil Irene.
“Non,” sahut perempuan paruh baya yang menjadi pekerja di rumahnya.
Iris matanya memperhatikan 6 gelas berisi air teh dan kopi yang tidak jauh dari posisinya berdiri saat ini, keadaan rumahnya memang terlihat ramai dengan kehadiran beberapa mobil yang Irene lihat terparkir di lapangan kosong sebelah rumahnya.
Tangan Irene menaruh sepatu yang di kenakannya tadi di pinggir tempat penyimpanan sepatu dan berjalan menghampiri pekerja rumahnya tampak sedang menyiapkan minuman di sana. Irene mengkode perempuan yang bekerja dengan keluarganya selama 15 tahun terakhir, seorang Bibi penjaga ketika orang tuanya sibuk dengan pekerjaannya.
“Rumah kenapa mendadak horor begini? Kakak sama mas Rangga berkelahi lagi?”
“Iya non, sedikit mencekam. Ibu sama ayah Den Rangga tiba-tiba datang kemari dalam keadaan marah.” Suara bi Asih tampak pelan.
“Kenapa?” tanya Irene bingung.
“Saya enggak tahu non, kan non keluarganya. Kenapa enggak kesana saja buat cari tahu?” jawab Asih sembari menunggu air panas itu bergolak.
Bibir Irene cemberut, “Biasanya Bibi selalu number one kalau soal gosip, tumben sekarang enggak tahu apa-apa? Tapi aneh juga enggak sih?” Perempuan yang di sapa Bibi Asih oleh Irene tampak menaikkan sebelah alisnya mencoba ikut bergosip dengan sang anak majikan tempatnya bekerja.
“Aneh kenapa Non?” tanya Bi Asih penasaran
“Ya... aneh!! Bukannya mereka sibuk banget ya? Bahkan di nikahan anaknya sendiri saja enggak datang,” Bi Asih tampak berpikir menyadari keanehan yang sedang dipikirkan oleh anak yang di asuhnya selama beberapa tahun terakhir.
Irene terdiam mengingat kejadian satu tahun yang lalu, saat kursi untuk orang tua dari dari kakak iparnya itu kosong saat acara pernikahan. Keanehan terus berlanjut bagi Irene karena sanak saudara dari keluarga kakak iparnya hanya beberapa orang saja yang menemaninya dari acara mulai sampai selesai, sisanya hanya beberapa jam bahkan beberapa menit saja. Seperti anak yang dibuang atau bahkan tidak dianggap.
“Sudah non, saya sedang bekerja. Nanti diomelin sama ibu,” putus Asih sembari membawa minum tersebut ke ruang tamu.
Perempuan dengan pakaian formal itu tampak menghela napas pelan, memikirkannya saja sudah membuat kepalanya berdenyut. Semoga hubungan keluarga sang kakak dengan mertuanya baik-baik saja, sekarang ia mending pergi ke kamar saja.
“Mira bersumpah Mami dan Papi, jika aku bisa memiliki anak!! Hanya saja untuk saat ini memang belum diberikan kepercayaan sama Tuhan. Pernikahan kami juga termasuk pernikahan baru,”
Irene yang baru saja ingin masuk melalui tangga rahasia mendadak terdiam tidak bisa mengatakan sepatah kata apapun. Apakah serumit ini sampai sang kakak melakukan sumpah?
Gadis muda itu bersembunyi di balik dinding yang menghubungkan antara ruang tamu dan tangga rahasia. Kepalanya menunduk seiring mendengar nada suara tangisan dari Mira, kakaknya.
“Pokoknya kalian bercerai saja, percuma saja. Kamu pasti enggak subur atau bahkan bermasalah seperti dugaan para dokter rekan teman Mami,”
Irene tampak melebarkan matanya mendengar penuturan dari perempuan paruh baya tengah menatap sang Kakak di bawahnya tengah tertunduk lesu. Ia tidak bisa bersembunyi lagi, sebagai seorang adik bukankah ia harus membela? Kakaknya dalam keadaan tidak baik-baik saja.
Semua mata tampak menatapnya termasuk kedua orang tuanya, lidah Irene tampak kaku. Dan tidak bisa mengeluarkan sepatah kata apapun.
“Mami! Itu hanya opini! Kita belum cek ke dokter tentang berita itu. Siapa tahu itu hanya hoax dan sebenarnya kita memang belum diberi kepercayaan saja, Mami seharusnya paham tentang itu.”
Tatapan matanya hanya datar dan kaki Irene sama sekali tidak bisa berjalan menghampiri kedua orang tuanya yang bersedih, mulutnya seakan benar-benar terkunci.
“Keputusan Mami sudah enggak bisa diganggu gugat! Kalian harus bercerai dan kamu menikah dengan orang lain!” tekan Ratna.
“Mami masih ada cara yang lain tanpa harus bercerai! Rangga dengan Mira sudah menikah hampir dua tahun, kemungkinan saja memang diagnosis salah tentang istri Rangga. Sudah Rangga bilang kalau itu bisa saja berita palsu!”
BRAK!
Suara gebrakan meja terdengar memenuhi ruangan, tatapan amarah terlihat sangat jelas disana. Irene gemetar, ibu dari kakak iparnya terlihat menakutkan dan membuatnya tidak bisa berkutik banyak selain bersembunyi di belakang tubuh sang ibu.
“Kamu mau jadi anak pembangkang? Sangat sia-sia, Mami menyekolahkan kamu sampai pendidikan tinggi. Kalau pada nyatanya kamu menjadi seperti ini,” sindir Ratna sembari menatap marah putra semata wayangnya itu.
“Bukan begitu Mami,” Suara Rangga tampak terdengar putus asa disana.
Irene seperti menyaksikan drama FTV secara langsung di depan matanya, entah apa yang harus dilakukannya saat ini. Jalan pikirannya buntu, entah kemana perginya Irene yang memiliki 1000 ide kreatif dan lainnya.
“Ada pepatah mengatakan, kodratnya wanita adalah bisa melahirkan dan memiliki anak bahkan sampai menyusui, mengasihi. Kamu belum menjadi wanita sepenuhnya karena kamu enggak bisa melahirkan seorang anak, bagaimana perusahaan dari Laksamana maju kalau enggak punyai garis keturunan?” Kilatan mata kebencian terlihat sangat jelas disana.
“Cinta? Persetan yang namanya cinta. Enggak ada yang namanya cinta yang saling miring, kamu enggak bisa memenuhi semua tuntutan pada umumnya. ” Irene menggenggam tangan sang ibu yang kini menatapnya nanar seakan meminta bantuan pada dirinya.
“STOP MAMI!” teriak Rangga kencang.
“Mas,” sendu Mira.
Rangga menatap istrinya yang menahan tangis, “Mami, masih ada cara lain biar kita bisa memiliki anak. Kita bisa membuktikan jika itu berita hoax! Perkiraan itu akan salah, Mira dan aku bisa mengadopsi anak dari panti asuhan.“
Raut wajah marah masih terlihat sangat jelas disana.
“Tapi nantinya dia tidak akan membuat garis keturunan keluarga Laksamana, penerus perusahaan Laksamana adalah harus anak keturunan dan memiliki ikatan darah.” Rangga menggenggam erat tangan Mira di sebelahnya yang hanya menangis.
Pandangannya berdalih pada kedua mertuanya tampak ikut berlutut memohon pada kedua orang tuanya agar tidak memisahkan dirinya dengan Rangga, bahkan sang adik ipar yang ia kenal sebagai tom and jery dengannya tampak mengikutinya. Semua tampak bertekuk lutut meminta permohonan ini agar segera dikabulkan.
“Pepatah para tetua memang benar, beginilah kalau anak sangat ingin menikah. Kita harus lihat dari bibit, bebet, dan bobotnya kalau enggak mau mendapatkan tong kosong seperti ini.”
Irene benar-benar muak dengan perempuan di depannya yang entah apa keinginannya. Hubungan orang kaya memang sangat sulit dan ruwet untuk di prediksi, Irene sama sekali tidak bisa memahaminya.
“Atau...”
Semua mata menatap perempuan yang menjadi istri dari Rangga itu, termasuk Irene. Tatapannya tidak bisa lepas dari Mira yang memasang pandangan mata sayu pada dirinya. Irene bisa merasakan hawa tidak enak menyergap tubuhnya.
“Jika memang aku enggak bisa hamil dan membutuhkan pengganti rahim agar bisa meneruskan perusahaan keluarga Laksamana, aku ingin Irene menjadi orang itu.”
What? Kakaknya gila. Sangat gila sampai mengobarkan adiknya sendiri, Irene benar berharap jika ini bagian dari mimpi buruknya. Hanya mimpi buruk untuknya.
To be continued
Happy Reading Semuanya!“Jika memang aku enggak bisa hamil dan membutuhkan pengganti rahim agar bisa meneruskan perusahaan keluarga Laksamana, aku ingin Irene menjadi orang itu. Adik madu aku dan orang yang akan memberikan rahimnya untuk memberikan keturunan untuk mas Rangga,”CTAR!Rasanya Irene seperti tersambar petir di siang bolong, telinganya tidak salah dengar. Kenapa sekarang ia menjadi korban dari kakaknya. Rahim pengganti? Pengganti rahim? Konyol. Itu hanya ada di novel yang sering ia baca, tidak terjadi di kehidupan nyata.Bahkan sampai sekarang lidahnya terasa kelu. Perempuan cantik bernama Irene, ingin sekali berontak pada sang kakak saat ini.“Jangan gila Mira! Aku cinta kamu apa adanya, kita tetap bersama apapun yang terjadi. Kita bisa mengadopsi anak atau pancing anak, itu hanya akal-akalan Mami saja! Dia berusaha buat memisahkan kita sayang. Aku enggak mau!”Irene mengangguk setuju dengan kakak iparnya kali ini, ia juga masih mencintai seseorang dan menginginkan dia se
Happy Reading Semuanya!Lehernya terasa sangat berat, kemudian terasa kaku juga dan pandangannya seakan berputar. Irene pusing mendengarkan takdir untuknya saat ini, setelah kemarin sore ribut di rumahnya dan keputusan gila sang kakak. Irene tidak bisa tidur dengan nyenyak dan makan dengan layak karena berita ini.Orang di sekitarnya membuatnya stress bukan kepalang. Dua keluarga bahkan merelakan waktu mereka untuk mengecek kondisi rahim dari sang kakak dan kemungkinan buruk lainnya.“Apakah menurut kakak aku sepakat? Sudah aku bilang kalau aku enggak setuju dengan ide gila kakak. Sekalipun itu terjadi...”“Kamu bisa tutup mulut kamu?” potong Mira.“Ya enggak lah! Kenapa aku harus tutup mulut kalau posisinya disini aku adalah korban? Lagian memangnya mas Rangga enggak bosan lihat aku setiap hari di kehidupan Mas selama 24 jam? Di rumah, di kantor, ruang baca kantor, kafe, restoran. Memang mas enggak bosan? Ayolah bukankah mas sejak awal ada di pihak saya? Menolak hal konyol ini?!”“
Happy Reading Semuanya!Bad day saling bersinggungan dengan kesialan dalam hidupnya, ia masih tidak bisa menerima takdirnya. Bukan dambaannya menikah dan menjadi rahim pengganti dari kakak iparnya, ia tidak mau dan mendadak membenci dirinya sendiri karena tidak bisa begitu tegas.Irene tampak termenung di taman belakang rumahnya. Keadaan rumahnya sangat kacau sekarang ini, karena masalah yang terus berdatangan di rumahnya. Meskipun jam sudah menunjukkan pukul 21.00 malam, ia tidak ada niatan untuk masuk ke dalam rumah atau apapun itu. Kepalanya masih terasa panas.“Apa kamu mau tidur di luar? Udara malam semakin dingin,”Tidak ada jawaban.“Irene,” panggil lelaki yang kini berhadapan dengannya.“Bisa tinggalkan saya sendirian!” suara itu tampak dingin.“Kamu perlu bicara dengan saya,”“Enggak ada yang perlu di bicarakan, pergi!” usir Irene.Rangga tidak menghiraukan sang adik ipar saat ini, tentu saja ini menjadi hal yang buruk dan penuh kesialan yang dihadapi oleh Irene. Hampir 90 pe
Happy Reading Semuanya! “Irene Karina Mardiana, ayo menikah dengan saya dengan dalih mengabulkan permintaan Kakak kamu. Sungguh sebenarnya saya mencintai kamu sebelum saya bertemu dengan kakak kamu, saya akan mencintai dan menyayangi kamu setulus hati saya.” Apakah ini termasuk kedalan proposal lamaran pernikahan? Irene sama sekali tidak ingin memiliki kontrak pernikahan dengan orang yang tidak dicintainya, apalagi ada maksud selubung seperti saat ini. Irene hanya ingin mencintai Risky dan tidak ada yang lain. “Mas jangan gila! Saya saja sudah muak bertemu dengan Mas di kantor dan di rumah, sekarang apa? Saya harus bertemu dengan mas di dalam kehidupan rumah tangga juga? Bagaimana dengan orang yang tahu kita menikah?” Tatapan mata Irene tidak lepas dari Rangga di hadapannya. Bahkan sampai saat ini Irene merasakan kesulitan bernapas. Air matanya sudah kering karena terlalu banyak ia keluarkan sejak tadi. “Yang kena judge kedepannya adalah saya bukan Mas! Saya terlalu lemah buat
Happy Reading Semuanya! Pergi adalah salah satu cara untuk melupakan masalah yang ada di rumah. Hati Irene sudah terlalu kacau dan sudah saatnya ia pergi melepas penat sementara waktu, sekarang yang ia butuhkan yaitu melampiaskan perasaan marahnya dengan menghabiskan waktu diluar bersama dengan teman-temannya meskipun ia hanya datang ke acara pernikahan teman sekolahnya sewaktu di SMA dulu. Bibir Irene tersenyum manis memandang rekannya yang tampak heboh. “Ayo! Sekarang sudah acara pelemparan bunga!” ajak Sisi Kepala Irene hanya mengangguk dan menyusul rekannya yang sudah ada di barisan paling depan bersama yang lain menunggu bunga tersebut di lempar. Irene tidak ingin mendapatkan bunga tersebut. "Kalau dilihat lagi, sepertinya lo ada yang aneh. Mata lo... sembab? Lo enggak apa-apa, kan?" tanya Zara Lagi-lagi bibir Irene hanya tersenyum memandang rekan dekatnya itu. "Gue baik-baik saja, biasalah capek sama urusan kantor. Biasa divisi kantor suka menyebalkan, lo tahu sendiri b
Happy Reading Semuanya! 'Kamu berharga banget buat aku, makanya aku memiliki prinsip untuk membahagiakan kamu apapun yang terjadi dan kita bisa menepati janji kita untuk saling bersama sampai maut memisahkan kita.' Bohong kalau tatapan itu tidak bisa ia percaya. Tatapan penuh cinta tulus dari Risky masih tercetak dengan sangat jelas di dalam pikiran Irene yang kini hanya melamun memikirkan kejadian saat ini. Bagaimana ia mengatakannya pada Risky kalau dirinya akan menikah dengan orang lain? Irene tidak mampu mengatakannya. Lagian kenapa sih kakaknya kekeh sekali untuk ia menikah dengan suaminya sendiri, ini sangat menyebalkan untuknya. Terdengar tawa sumbang dari Irene yang kini hanya menghabiskan waktunya di taman belakang sebagai harapan terakhirnya. “Haha... apa yang gue lakuin ke laki-laki baik kaya Risky? Dia orang baik ketemu perempuan buruk rupa, pembohong kaya gue. Astaga!” keluh Irene sembari mengacak rambutnya kasar. “Ndok, kamu benar mau menikah dengan Mas Rangga?” t
Happy Reading semuanya! "Irene!" Irene menutup telinganya dan memilih melanjutkan perjalanan menuju kamarnya, ia tidak ingin menghabiskan waktu sia-sianya dengan sang kakak. Ini mempengaruhi kehidupannya dan ia tidak ingin itu terjadi. "Mas dan Kakak sudah membeli film itu mahal agar kamu bisa menontonya terus menerus," ungkap Mira membuat Irene menghentikkan langkah kakinya saat ini. "Itu salah kalian sendiri! Lagian buat apa kalian buang-buang uang pakai beli film segala, kalian bisa mendownloadnya di internet. Sekarang teknologi canggih dan kalian hanya perlu melakukan itu tanpa harus membuang-buang uang!" Mira menatap sang adik yang menatap penuh kebencian pada dirinya, ia sama sekali tidak bisa mengelak tatapan itu. Semua karenanya dan ia tidak mempunyai solusi lain yang bisa Mira lakukan. “Irene, menonton film dari internet itu ilegal. Mas sama Kakak kamu beli aslinya! Sayang jika kamu enggak mau nonton filmnya,” sela Rangga. Irene menatap tajam kakak iparnya, ia memben
Happy Reading Semuanya! “Saya akan bawa kamu ke dunia yang baru Irene ,” Irene terdiam membiarkan air matanya terus mengalir, ia merasa terpojok dan tidak bisa memberikan alasan lainnya bahkan penolakan seperti dalam batinnya atau perkataan sebelumnya. Irene tidak tahu apakah lelaki itu bisa dipercaya atau tidak sekarang ini. “Mas pikir saya percaya?! Mas, Kak Arini, Mama, lalu Papa, dan kedua orang tua Mas seret saya ke pernikahan saja sudah seperti di bawa ke neraka. Kenapa saya harus melakukan ini? Saya hampir gila karena kelakuan kalian, memangnya enggak bisa ya buat saya bernapas sedikit?" tanya Irene. Tangan Rangga mencengkram erat tangan Irene dan membuat Irene menatap mata sang kakak ipar yang menatapnya marah. Jujur Rangga juga merasa kelelahan menghadapi Irene yang seperti ini. “Tidak bisa kah kamu bersikap dewasa? Siapa yang ingin keadaan menjadi seperti ini? Coba kamu pikirkan di posisi saya, menurut kamu apa yang harus saya lakukan kecuali menyetujui semuanya. Kat