Widia berjalan keluar, tetapi dia masih sangat khawatir dengan situasi di dalam. Langkahnya terhenti. Dia tidak tahan ingin melihat ke dalam, tetapi teringat akan betapa keras kepala dirinya dan tidak mau mendengar omongan Tobi sebelumnya, hingga semuanya berakhir buruk.Jadi, dia pun menahan diri dan turun ke bawah. Baru saja dia duduk selama satu menit, Tobi telah menghampirinya.Cepat sekali?Widia buru-buru melangkah maju dan bertanya dengan cemas, "Sudah selesai dibicarakan?""Ya, sudah, kok.""Kelak, mereka nggak akan mencari masalah kepada kita lagi," jawab Tobi sambil tersenyum. Lagi pula mereka sudah mati, mana mungkin mereka bisa mencari masalah lagi?Dari luar, Tobi terlihat santai, tetapi kenyataannya, luka dalam yang dideritanya sudah bertambah parah akibat perlawanan barusan.Meski tidak menggunakan energi sejati, kekuatan fisik yang dikeluarkannya telah meninggalkan cedera cukup parah.Untuk saat ini, dia seharusnya berbaring dan istirahat baik-baik. Dia juga bisa duduk
Namun, demi menyenangkan Tobi, menantu hebatnya, dia rela menanggung semuanya.Selanjutnya, mereka pun lanjut menikmati makan malam bersama. Mereka bahkan melayani Tobi dengan begitu baik, yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.Meski barusan disindir, ibunya Widia tidak peduli begitu banyak. Dia bahkan sengaja menarik putrinya ke samping dan memperingatkannya berulang kali.Dia ingin putrinya memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin agar lebih sering berhubungan badan dengan Tobi.Kalau bisa, dia ingin putrinya hamil secepat mungkin. Dengan begitu, dia bisa mengamankan posisinya sebagai istri Raja Naga.Widia tidak berkata apa-apa.Istri Raja Naga? Dia berharap ibunya segera sadar dari mimpi indahnya itu.Jika ibunya tahu Tobi bukanlah Raja Naga, entah keributan seperti apa yang akan terjadi saat itu.Kalau Tobi itu Raja Naga dari Sekte Naga, mana mungkin dia akan terus berada di sisi Widia dan terus-terusan dipermalukan oleh keluarganya?Hanya berdasarkan Widia, mana mungkin dia
Mendengar desahan itu, Tobi bertambah semangat.Namun, Widia tiba-tiba berkata, "Tunggu sebentar!"Saat ini, Tobi telah dikendalikan oleh gairah, tidak bisa berpikir jernih lagi. Dia buru-buru bertanya, "Ada apa?""A ... aku mandi dulu.""Di saat seperti ini, kamu masih mau mandi ...." Tobi tak berdaya, tetapi masih terus bergerak."Bukan begitu. Se ... sepertinya aku lagi dapat." Widia kurang yakin. Itu sebabnya, dia bilang ingin mandi."Apa?"Tobi tertegun. Seakan tidak percaya, dia pun bertanya, "Benarkah?""Ya!" jawab Widia.Tobi serasa ingin menangis. Bukankah kemarin baru menstruasi? Kenapa datang lagi? Kalau begitu, bukankah dia tidak bisa menyentuhnya, setidaknya satu atau dua minggu? Padahal, dia baru saja berhasil menyelesaikan target yang diinginkan Widia.Widia buru-buru berdiri. Wajahnya memanas. Dia langsung mengambil pakaian dan berlari ke kamar mandi.Meninggalkan Tobi terbaring di sana, membiarkan pria itu tersiksa sendirian.Ternyata dugaan Widia benar. Dia menstruasi
Setelah panggilan telepon itu, barulah Kakek Muhar memahami segalanya.Ternyata, yang membantu mereka membereskan Keluarga Capaldi itu bukanlah Tobi. Widia-lah yang diam-diam menelepon dan meminta bantuan Rio, tuan muda Keluarga Yudistira di Jatra.Kemudian, Widia sengaja mengatakan ini semua hasil kerja kerasnya Tobi.Selain itu, yang memberi tahu mereka bahwa Tobi itu Raja Naga juga Widia.Jika semua ini digabungkan, bukankah berarti Widia dan Tobi kompak menipu mereka?Setelah memikirkan semua ini, wajah Kakek Muhar berubah pucat. Saking emosi, serangan jantungnya hampir kambuh. Tak disangka, ini semua adalah tipuan yang dibuat oleh cucunya sendiri dan dia malah percaya.Saat ibunya Widia mendengar dari Kakek Muhar, dia juga tersentak. Saking menyesal, dia bahkan ingin menampar dirinya sendiri.Pantas saja, dia sering merasa putrinya aneh. Padahal, ini jelas-jelas sebuah hal bahagia bagi Widia, tetapi putrinya malah terlihat khawatir.Ternyata, ini semua rencana yang dipersiapkannya
Saat ini, Tobi sangat membutuhkan pemulihan diri. Jadi, begitu keluar dari vila Keluarga Lianto, dia tidak pergi ke kantor, melainkan kembali ke vila Distrik Terra 1.Di sanalah tempat yang paling cocok untuk memulihkan diri.Lantaran baru saja kembali tinggal di kediaman Lianto, dia juga segan untuk pindah keesokan harinya. Selain itu, dia juga ingin menemani Widia. Kalau tidak, dia pasti sudah pulang ke vila Distrik Terra 1 untuk memulihkan diri.Apalagi, akibat pertarungan tadi malam, cederanya bukan hanya tidak sembuh, tetapi malah bertambah parah. Jadi, dia belum bisa begitu cepat menggunakan energi sejatinya lagi.Setelah masuk ke dalam vila dan bersiap untuk memulihkan diri, dia menerima panggilan dari Widia."Tobi, kamu lagi sibuk? Bisakah kamu membantuku?" tanya Widia. Dia masih sibuk dengan kerjaannya dan tidak bisa meninggalkan kantor, apalagi orang tuanya juga ada kegiatan lain.Adik sepupu, yang hubungannya sangat dekat dengannya itu datang jauh-jauh mengunjungi mereka. Ma
Martha sengaja mendekati Tobi. Sembari berbicara, dia bahkan memegang tangan pria itu.Tobi tercengang. Adik sepupu ini terlalu antusias. Dia mendadak tidak harus bagaimana menghadapinya.Sikap itu tentu saja membuat pria yang berada di sampingnya tidak senang. Wajahnya berubah muram. Dia menatap tajam Tobi, lalu berkata sambil tersenyum, "Apa tampan ada gunanya bagi pria? Yang paling penting bagi pria adalah kemampuan.""Benar, yang dikatakan saudara ini benar sekali. Bagi pria, yang paling penting adalah kemampuan. Martha, kamu nggak perkenalkan?" Tobi segera mengganti topik pembicaraan."Kenalkan, dia Aron, pria yang terus mengejarku. Dia ngotot ikut datang ke Kota Tawuna agar bisa melindungiku. Oh ya, Kak Tobi, dengar-dengar, seni bela dirimu hebat. Tak ada yang bisa menandingimu, 'kan?" tanya Martha dengan penasaran.Padahal, Tobi sudah bersiap untuk menyangkal.Namun, Aron malah tersenyum sinis. "Tubuhnya kurus begitu, kamu bilang seni bela dirinya hebat? Mungkin lawan yang dia h
Di sepanjang jalan, Martha terus mengoceh, "Kalian boleh bertarung, tapi ingatlah untuk berhati-hati. Jangan sampai ada yang terluka, terutama kamu, Aron, jangan buat Kak Tobi terluka."Kata-kata itu makin membuat Aron bertambah panas.Tobi juga telah menyadarinya. Dilihat sekilas, gadis ini memang membantunya berbicara, tetapi nyatanya, sorot mata gadis itu terlihat senang, bukannya takut terjadi masalah besar. Dia makin bersemangat memanas-manasi kedua pria itu.Tak lama kemudian, mereka telah sampai di tempat yang sepi. Aron menghentikan langkahnya dan berkata dengan sombong, "Di sini saja. Lantaran kamu lebih tua dariku, biarlah kamu yang mengambil tindakan lebih dulu.""Kamu yakin?" tanya Tobi dengan tenang."Tentu saja!" jawab Aron dengan percaya diri."Kalau begitu, aku maju duluan!"Begitu selesai berbicara, Tobi pun berjalan mendekat, lalu mengangkat tangan kanannya untuk menyerang. Pukulannya sepertinya tidak terlalu kuat.Jangankan Aron, bahkan Martha sendiri pun tercengang.
Martha terkejut. Ternyata, Kak Tobi yang dikatakan tidak tahu malu ini cukup pintar juga. Bisa-bisanya dia menemukan alasannya hanya dari beberapa kata saja.Martha langsung berkata, "Benar sekali. Ini semua berkat bantuan Kak Tobi. Aku sungguh berterima kasih. Kelak, kalau Kak Tobi perlu aku melakukan sesuatu, katakan saja.""Nggak perlu. Kamu adiknya Widia, jadi sudah seharusnya aku membantumu," kata Tobi."Kak Tobi, kamu baik sekali."Martha langsung memujinya.Tobi menggelengkan kepalanya. Mulut gadis ini manis juga. Dia pun menyalakan mesin dan mulai menyetir. Mereka bergegas menuju vila kediaman Lianto.Suasana di sepanjang jalan sangat bersahabat, tetapi di saat mobil melewati persimpangan dan Tobi masih terus mengambil jalan lurus, ada orang yang mendadak keluar dari jalan samping.Mobil itu sudah hampir menabrak bagian depan mobil Tobi.Ekspresi Tobi seketika berubah. Dia langsung mengerem secepat mungkin.Bisa dikatakan, reaksinya sangat cepat. Asalkan mobil itu melaju kembal