Tobi mengangguk dan menjawab, "Ya." Dia mengeluarkan sebuah kotak, lalu duduk dan bersiap untuk melakukan akupunktur."Tunggu! Apa yang kamu lakukan?" tegur Bima."Mengobatinya!""Siapa suruh kamu mengobatinya? Kuberi tahu ya, aku sudah mengundang Darwin Lesmana, Dokter Ajaib di ibu kota. Dia akan segera datang. Minggir."Bima bergumam dalam hatinya, 'Ayah pasti sudah pikun. Mana mungkin pria muda seperti itu adalah Dewa Medis. Dia pasti bohong.'Yenni hanya terdiam, tampaknya dia setuju dengan ucapan putranya.Tobi mengerutkan keningnya.Saat ini, ada dua orang muncul di depan pintu. Salah satunya adalah seorang pria tua berjanggut putih, tangannya tampak membawa sebuah kotak obat.Ketika Bima melihatnya, dia segera menyambutnya dengan gembira, "Dokter Darwin, akhirnya kamu datang. Mari lihat kondisi adikku."Dokter Darwin mengangguk dengan bangga. "Baik!""Kenapa kamu nggak keluar saja? Kalau pengobatan adikku tertunda, aku akan menghabisi nyawamu," cerca Bima.Tobi hanya menggelengk
"Sial! Kenapa kamu nggak tahu? Bukankah kamu Dokter Ajaib?" omel Bima. Dia mengira bisa memberikan kontribusi baik, tapi ternyata hasilnya malah begini.Jika terjadi sesuatu kepada Jessi, ayahnya pasti akan mengulitinya.Pada saat ini, getaran tubuh Jessi makin berkurang, bahkan hampir tidak ada gerakan sama sekali. Sepertinya dia sudah sekarat.Wajah Bima bertambah kusut. Setelah dipikir-pikir, ternyata ucapan Tobi benar. Dia mungkin sudah melakukan kesalahan besar.Dia teringat tadi Tobi telah mengatakan bahwa dia akan menyesal.Benar, sekarang dia sangat menyesal.Akhirnya, Damar pulang juga. Begitu dia masuk dan melihat Tobi, dia bertanya dengan cemas, "Ra ... Tuan Tobi, bagaimana kondisi Jessi?"Tobi menggelengkan kepalanya. Dia menatap ke arah Bima dan berkata, "Tanyakan kepadanya!"Damar bisa merasakan kepanikan mereka. Saat melihat Dokter Darwin masih memegang jarum, sepertinya dia telah menebaknya. Lalu, dia bertanya dengan marah, "Bima, katakan apa yang terjadi!"Begitu diben
Tobi merasa seperti menyelesaikan masalah sepele. Sebenarnya, energi dingin di tubuh Jessi sangat luar biasa dan butuh banyak usaha untuk mengeluarkannya.Semua orang terpengarah. Bahkan, Damar pun tak kalah kagetnya. Pria itu langsung berseru, "Terima kasih, Tuan Tobi!"Apalagi, dia paling mengetahui kondisi putrinya. Sudah banyak dokter yang angkat tangan, tetapi Raja Naga bisa menyembuhkannya dengan mudah."Keterampilan medis Dokter Tobi benar-benar luar biasa. "Tadi saya nggak sopan. Seharusnya saya percaya kalau keterampilan Anda begitu hebat."Dokter Darwin yang awalnya merasa terkejut, lalu segera meminta maaf.Merasa keterampilan Dokter Darwin juga tidak terlalu buruk, Tobi pun menjawab dengan sopan, "Nggak masalah!"Dokter Darwin segera membungkukkan badannya lebih dalam lagi dan bertanya, "Kalau begitu, maukah Tuan menerima saya sebagai murid Anda? Biar saya bisa belajar ilmu medis dari Anda?”Dilihat dari penampilannya, sepertinya Dokter ingin segera berlutut dan berguru kep
Setelah acara makan-makan selesai, Damar tidak hanya memberi Tobi hadiah, tetapi dia bahkan sengaja mengantar pria itu pulang ke Vila Distrik Terra 1 yang letaknya di tengah gunung itu.Melihat Tobi berlalu, Dokter Darwin diam-diam merasa tidak rela.Jika memungkinkan, dia ingin mengikuti Tobi pulang.Di saat yang sama, Tania yang sedang berjalan-jalan di sekitar Distrik Terra itu tampak merasa iri, "Indah sekali. Kapan aku bisa punya vila seperti ini?""Area sini masih kalah dengan Vila Distrik Terra 1 yang berada di tengah gunung itu. Meski punya uang, kamu juga nggak bisa beli," ujar Joni yang berada di sebelahnya."Keluarga kalian juga nggak bisa?"Joni menggelengkan kepalanya, "Nggak bisa." Kali ini, dia tidak menyombongkan diri lagi."Astaga. Bahkan Keluarga Luhardi yang begitu hebat pun nggak bisa memilikinya. Kira-kira siapa yang bisa? Aku penasaran.""Jangan bermimpi. Kamu nggak mungkin punya kesempatan untuk berhubungan dengan orang seperti itu seumur hidupmu."Tania mengangg
Memikirkan apa yang dikatakan kakek tua itu di telepon, pria itu sudah bisa menebaknya, "Kenapa wajahmu memerah? Jangan-jangan Kakek ingin kita tidur bersama malam ini?""Ku ... kurang lebih seperti itu," jawab Widia gugup.Setelah berpikir sejenak, Tobi segera menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak bisa. Apa tubuhmu hanya bernilai 200 juta?"Widia merasa malu sekaligus kesal, lalu berkata dengan kasar, "Apa kamu bilang! Meski kamu setuju, aku nggak akan membiarkan kamu memperoleh apa yang kamu inginkan. Sebaliknya, kalau kamu menolak, aku bisa memberimu uang.""Baiklah," janji Tobi."Kamu setuju?""Ya, tapi 200 juta nggak cukup. Aku mau 2 miliar."'Tak tahu malu', diam-diam Widia mengutuknya dalam hati. Namun, wanita itu tetap menyetujuinya. Widia mengeluarkan cek dan menulis 2 miliar di atasnya, kemudian menyerahkannya kepada Tobi.Mereka berdua pun berjalan masuk. Di ruang tamu, hanya terlihat ayah dan ibunya Widia.Melihat Tobi mendekat, tanpa basa-basi, Yesa langsung mencerca
Namun, sebelum Widia memikirkan cara untuk menolaknya, Tobi segera berkata, "Kakek, aku menghargai tawaranmu, tapi untuk sementara, aku nggak mau kerja di perusahaan."Ketika Yesa mendengar ini, dia langsung menghina Tobi, "Nggak mau kerja? Jadi, kamu mau santai saja dan numpang hidup secara gratis?""Nggak juga. Lagian, aku punya uang, kok," kata Tobi.Pria itu punya uang? Kalau benar seperti itu, kenapa dia mau tinggal di keluarga mereka kami?Selain itu, bukankah dia baru saja turun dari gunung. Dari mana pria miskin seperti itu punya uang?Namun, kali ini Herman segera menghentikan Yesa. Mereka bisa mempermalukan pria itu, tapi mereka tidak boleh memaksanya bekerja di perusahaan. Bukankah itu akan merusak reputasi putrinya?Setelah memikirkan hal ini, Yesa segera tutup mulut.Saat teringat dengan 2 miliar yang dia berikan itu, ekspresi wajah Widia tiba-tiba menjadi jijikPria tak berguna itu pasti berpikir bahwa dengan adanya 2 miliar itu, dia bisa melakukan semua hal yang dia ingi
"Sudahlah. Aku masih punya urusan dan aku nggak punya waktu untuk bicara denganmu."Tobi mendorong Herman keluar dan menutup pintu.Herman langsung tercengang.Ternyata dialah yang seharusnya ditertawakan.Setelah kembali, dia memberi tahu istrinya tentang hal itu.Saking marahnya, suami istri itu hampir merusak ranjang.Siang harinya, Tobi berjalan ke ruang tamu dan melihat suami istri itu sedang berbicara dengan seorang pria muda."Ayah, Ibu, lihat saja. Bukankah dia hanya orang desa saja? Lihat bagaimana aku menghadapinya lagi. Aku yakin dia akan ketakutan setengah mati.""Ya, Candra. Ayah dan ibu bergantung kepadamu.""Jangan khawatir. Putramu ini penguasa tertinggi di Kota Tawuna. Menghadapi orang seperti ini hanya perlu beberapa menit saja. Aku hanya perlu menamparnya beberapa kali saja agar dia patuh. Kalau nggak, aku akan membuatnya menderita.""Dia sudah datang," kata Yesa.Ketika Candra mendengar itu, dia berbalik dan melihat Tobi. Kemudian, dia berdiri dan melangkah maju, "N
Ekspresi Kakek Muhar tiba-tiba berubah. Dia paling tahu dengan sifat cucunya itu. Dia menoleh ke arah cucunya, berharap bahwa itu semuanya hanya salah paham saja.Namun, tubuh Candra telah gemetar dan kata-kata yang dia ucapkan tampak tergagap, "Aku ... aku nggak tahu, nggak tahu kalau dia wanitanya saudara Tuan Bowo ....""Kamu! Berengsek!"Saking marahnya, Kakek Muhar langsung menamparnya dengan keras.Wajah Herman dan istrinya juga memucat. Mereka tidak mengenal Tuan Bowo, tetapi mereka pernah mendengar reputasinya. Mana mungkin mereka tidak takut?Apapun yang terjadi, dia tidak bisa mengabaikan cucunya begitu saja.Kakek Muhar melangkah maju, berpura-pura tenang dan berkata, "Tuan Bowo, cucuku telah bersalah, tapi itu terjadi karena dia nggak tahu. Tuan sangat murah hati, tolong maafkan dia kali ini. Jangan khawatir, kami pasti akan memberi kompensasi.""Baik. Berikan 200 miliar, lalu kami anggap masalah ini berlalu."Apa? 200 miliar?Herman dan lainnya langsung panik. Aset seluruh