Freya menyemangati dirinya sendiri, sebelum melangkahkan kakinya keluar dari apartemen itu. Dan untungnya dia sudah mempunyai kartu akses yang bisa membuka lift dan pintu apartemen itu, tanpa harus memindai kornea mata milik Kenzi. Sehingga dia bisa keluar masuk apartemen itu sesuka hatinya, tanpa harus kesulitan lagi.Saat Freya sudah berada di depan gedung apartemen itu dan hendak memesan ojek untuk mengantarkannya ke perusahaan, tiba-tiba saja sebuah mobil sport hitam berhenti tepat di hadapannya, saat Freya melihat siapa si pengemudi mobil itu dia pun menyapanya."Vano? Kau kenapa ada di sini, apa kau mau mencari Kenzi? Tapi dia tidak sudah pergi pagi tadi," bohong Freya yang tak ingin Vano mengetahui kalau Kenzi tidak pulang semalaman di malam pertama mereka."Hm? Aku kesini bukan untuk mencarinya, tapi kau," balas Vano yang kemudian turun dan membukakan pintu mobilnya untuk Freya."Aku?" beo Freya sambil menunjuk dirinya sendiri."Yup, silahkan naik tuan putri," canda Vano yang
"Kau mendengar pembicaraanku dan Freya malam itu bukan? Dan kau harus tau, apa yang ku katakan malam itu tidak main-main. Aku benar-benar akan merebut dan membawa Freya pergi darimu sejauh mungkin, meskipun harus menentang aturan keluarga untuknya jika kau masih terus menyakitinya!" bisik Vano tepat di samping telingan Kenzi."Ayo Vano, kita masuk," ajak Freya dan kemudian mereka beranjak masuk ke perusahaan."Pak tolong parkirkan mobilnya ya," pinta Vano pada salah seorang scurity."Baik pak,""Cih!! Apa bagusnya sih wanita itu, sampai Vano berani melakukan apa saja untuknya?!" gumam Kenzi sambil menyeka darah di ujung bibirnya yag sedikit robek. "Aku kan membuktikannya padamu, Vano! Dia bukanlah wanita baik-baik yang pantas membuatmu jadi seperti ini!" tekad Kenzi dengan sebuah ide gila yang menghampiri otaknya.Kenzi pun kemudian berdiri dan beranjak masuk ke dalam perusahaan, tepat di depan pintu masuk, dia melemparkan kunci mobilnya pada scurity tanpa mengatakan apapun. Namun scur
Walau Freya mampu berkata seperti itu, namun suaranya yang terdengar bergetar sudsh cukup membuktikan betapa Freya berusaha sekuat tenaga untuk menahan rasa sakit hatinya."Dia berani bicara seperti itu, apa jangan-jangan dia benar-benar bersih?" batin Kenzi yang sempat tertegun.sambungnya kembali dalam hati, "Tidak! Aku tidak boleh terkecoh lagi kali ini!" Kenzi pun kembali menatap sinis pada Freya."Baiklah, kita buktikan!" ucapnya kemudian, dia pun melepas semua pakainnya yang tersisa.Dan tanpa foreplay apapun, dia langsung menghunjamkan senjatanya ke dalam liyang Freya dengan kasar, dan membuatnya masuk dalam sekali hentakan. Tentu saja hal itu membuat Freya menjerit dengan keras, karena rasa sakit tak terhingga yang dia rasakan di pusatnya."Aaarrrghh!!" jerit Freya yang bersamaan dengan itu, darah segar pun mengalir di bawah sana membuat Kenzi membelalakkan matanya."K... Kau?" Kenzi pun hanya bisa merutuki kebodohannya, dia terdiam untuk sejenak karena Freya masih terlihat kes
"No! Aku akan melakukan apapun Freya, tapi tidak untuk yang satu itu. Aku tidak akan pernah melepaskanmu, bahkan sampai aku mati!" ucap Kenzi dengan penekanan."Kalau begitu lupakan saja, kau juga tidak membutuhkan maaf dariku untuk hidup bukan?" Freya beranjak dan naik kembali ke atas ranjangnya, menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal itu, dan kemudian menangis dalam diam. Tadinya, Freya ingin sekali masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan tanda kepemilikan Kenzi di tubuhnya, yang terasa begitu menjijikkan bagi Freya. Tapi rasa sakit di pangkal pahanya, dan tenaganya yang sudah habis terkuras, membuatnya urung hingga akhirnya memilih untuk kembali merebahkan dirinya di atas ranjang."Kenapa!? Kenapa kau harus hadir dalam kehidupanku?! Kenapa kita harus terlibat dengan hubungan gila ini!? Dan kenapa kau tidak bersedia melepaskanku!?" jerit Freya dalam hati sambil terisak.Kenzi pun meraup kasar wajahnya sambil memandang ke arah gundukan selimut dengan Freya berada di dal
Si pelayan itu pun menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar Kenzi dengan perlahan, sesuai titah mutlak bosnya itu agar istrinya tidak terbangun, dia pun langsung memilih-milih baju milik Freya dan Kenzi yang akan mereka bawa besok.Da tidak segan karena memang sudah terbiasa melakukannya, setiap kali Kenzi akan melakukan perjalanan ke luar kota atau bahkan ke luar negeri seperti ini, dia lah yang akan mengurus keperluan Kenzi. Sedangkan Vano hanya mengurus berkas-berkas yang merek perlukan untuk urusan pekerjaan saja dan karena memang Vano juga adalah sepupunya, jadi tidak mungkin bukan, Kenzi menyuruhnya beres-beres baju miliknya?"Hoaamm ... Emh!" Freya menggeliatkan tubuhnya yang terasa kaku dan sakit tentu saja, karena apa yang sudah Kenzi lakukan padanya.Mendengar adanya suara seseorang di kamar itu membuat Freya melirik diam-diam, karena dia mengira jika orang itu pastilah Kenzi, pria yang sudah berstatus sebagai suaminya, juga pria yang merenggut kehormatannya dengan cara yang
Yang dia inginkan saat ini hanyalah sebuah kesempatan, satu kesempatan lagi baginya untuk memperbaiki hubungannya dan sang istri, memulai kembali semuanya dari awal dengan baik.Tapi nasi sudah menjadi bubur. Kesalahan yang dia lakukan sudah sangat fatal. Dia bahkan merasa tidak pantas untuk mendapatkan maaf dari istrinya, tapi dia masih tetap egois untuk bersikeras bahwa dia tak akan melepaskan Freya sampai kapanpun. "Kau adalah milikku, Freya. Tak akan kubiarkan kau pergi dariku, aku akan membuatmu memaafkanku. Izinkan aku egois untuk sekali lagi saja, Freya. Aku benar-benar menyesal sudah melakukan hal jahat itu padamu." Tentu saja kata-kata itu hanya Kenzi ucapkan dalam hati.Kenzi pun berjalan menghampiri Freya yang sepertinya masih belum menyadari kehadirannya di sana, bahkan hingga dia mengangkat tubuh Freya dan membawanya dalam gendongan."Apa yang kau lakukan?" tanya Freya dengan sorot mata tajam dan dingin yang begitu menusuk.Benar-benar tidak seperti sosok Freya yang bar-b
Freya terkekeh sinis, "Apa yang kulakukan? Bukankah kau bisa melihatnya sendiri? Aku memberikan apa yang kau inginkan, bermainlah sepuasmu, tapi setelah itu lepaskan aku."Kenzi yang tadinya membuang pandangan ke arah lain pun, langsung kembali menatap pada Freya dengan tatapan tidak percaya.Dia masih tidak menyangka jika Freya akan kembali mengajukan keinginannya, dan bahkan dengan cara melakukan hal gila seperti itu."Jangan gila, Freya!" seru Kenzi sambil menahan amarah dan hasratnya yang mulai naik hanya karena melihat sekilas tubuh polos sang istri.Mendengar ucapan Kenzi, Freya pun berdecih dan menatap Kenzi dengan tatapan mengejek. Freya menampik tangan Kenzi yang masih terus memegangi bathrobe penutup tubuhnya, hingga bathrobe itu kembali terjatuh dan membuat tubuh polos Freya kembali terekspos di depan mata Kenzi."Jangan munafik, Kenzi! Aku tau, kau menginginkan ini, jadi ayo sentuhlah! Bermainlah sepuasmu! Tapi aku mohon lepaskan aku setelah itu!" Freya tak mampu lagi menah
"Aku memaafkanmu Kenzi karena kau adalah keluargaku, tapi harusnya kau minta maaf lebih dulu pada Freya. Dia lah yang sudah kau sakiti," jawabnya."Aku tahu itu Vano, aku sudah mencoba meminta maaf padanya tapi hasilnya... dia mengabaikanku," wajah Kenzi berubah menjadi lesu, sedih, dan nampak tidak mood melakukan apapun."Itu sudah sangat baik menurutku Kenzi, jika aku yang ada di posisinya mungkin aku sudah membunuhmu dan mengabaikan kenyataan bahwa aku akan di penjara setelahnya," Vano pun memberikan jawaban yang sangat menohok, namun memang benar adanya."Aku tahu itu," jawabnya singkat."Lalu? Apa yang akan kau lakukan? Menyerahkan kembali Freya padaku?" tanya Vano dengan senyum sinisnya."No! Big No, Vano! Aku minta maaf padamu, tapi aku akan memperjuangkan Freya. Aku akan menebus semua kesalahanku padanya, jadi jangan berharap aku akan melepaskannya untukmu meskipun kau mekukuliki lagi aku tidak peduli," balas Kenzi dengan tegas.Dan apa yang Vano lakukan? Meninjunya hingga seka