"No! Aku akan melakukan apapun Freya, tapi tidak untuk yang satu itu. Aku tidak akan pernah melepaskanmu, bahkan sampai aku mati!" ucap Kenzi dengan penekanan."Kalau begitu lupakan saja, kau juga tidak membutuhkan maaf dariku untuk hidup bukan?" Freya beranjak dan naik kembali ke atas ranjangnya, menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal itu, dan kemudian menangis dalam diam. Tadinya, Freya ingin sekali masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan tanda kepemilikan Kenzi di tubuhnya, yang terasa begitu menjijikkan bagi Freya. Tapi rasa sakit di pangkal pahanya, dan tenaganya yang sudah habis terkuras, membuatnya urung hingga akhirnya memilih untuk kembali merebahkan dirinya di atas ranjang."Kenapa!? Kenapa kau harus hadir dalam kehidupanku?! Kenapa kita harus terlibat dengan hubungan gila ini!? Dan kenapa kau tidak bersedia melepaskanku!?" jerit Freya dalam hati sambil terisak.Kenzi pun meraup kasar wajahnya sambil memandang ke arah gundukan selimut dengan Freya berada di dal
Si pelayan itu pun menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar Kenzi dengan perlahan, sesuai titah mutlak bosnya itu agar istrinya tidak terbangun, dia pun langsung memilih-milih baju milik Freya dan Kenzi yang akan mereka bawa besok.Da tidak segan karena memang sudah terbiasa melakukannya, setiap kali Kenzi akan melakukan perjalanan ke luar kota atau bahkan ke luar negeri seperti ini, dia lah yang akan mengurus keperluan Kenzi. Sedangkan Vano hanya mengurus berkas-berkas yang merek perlukan untuk urusan pekerjaan saja dan karena memang Vano juga adalah sepupunya, jadi tidak mungkin bukan, Kenzi menyuruhnya beres-beres baju miliknya?"Hoaamm ... Emh!" Freya menggeliatkan tubuhnya yang terasa kaku dan sakit tentu saja, karena apa yang sudah Kenzi lakukan padanya.Mendengar adanya suara seseorang di kamar itu membuat Freya melirik diam-diam, karena dia mengira jika orang itu pastilah Kenzi, pria yang sudah berstatus sebagai suaminya, juga pria yang merenggut kehormatannya dengan cara yang
Yang dia inginkan saat ini hanyalah sebuah kesempatan, satu kesempatan lagi baginya untuk memperbaiki hubungannya dan sang istri, memulai kembali semuanya dari awal dengan baik.Tapi nasi sudah menjadi bubur. Kesalahan yang dia lakukan sudah sangat fatal. Dia bahkan merasa tidak pantas untuk mendapatkan maaf dari istrinya, tapi dia masih tetap egois untuk bersikeras bahwa dia tak akan melepaskan Freya sampai kapanpun. "Kau adalah milikku, Freya. Tak akan kubiarkan kau pergi dariku, aku akan membuatmu memaafkanku. Izinkan aku egois untuk sekali lagi saja, Freya. Aku benar-benar menyesal sudah melakukan hal jahat itu padamu." Tentu saja kata-kata itu hanya Kenzi ucapkan dalam hati.Kenzi pun berjalan menghampiri Freya yang sepertinya masih belum menyadari kehadirannya di sana, bahkan hingga dia mengangkat tubuh Freya dan membawanya dalam gendongan."Apa yang kau lakukan?" tanya Freya dengan sorot mata tajam dan dingin yang begitu menusuk.Benar-benar tidak seperti sosok Freya yang bar-b
Freya terkekeh sinis, "Apa yang kulakukan? Bukankah kau bisa melihatnya sendiri? Aku memberikan apa yang kau inginkan, bermainlah sepuasmu, tapi setelah itu lepaskan aku."Kenzi yang tadinya membuang pandangan ke arah lain pun, langsung kembali menatap pada Freya dengan tatapan tidak percaya.Dia masih tidak menyangka jika Freya akan kembali mengajukan keinginannya, dan bahkan dengan cara melakukan hal gila seperti itu."Jangan gila, Freya!" seru Kenzi sambil menahan amarah dan hasratnya yang mulai naik hanya karena melihat sekilas tubuh polos sang istri.Mendengar ucapan Kenzi, Freya pun berdecih dan menatap Kenzi dengan tatapan mengejek. Freya menampik tangan Kenzi yang masih terus memegangi bathrobe penutup tubuhnya, hingga bathrobe itu kembali terjatuh dan membuat tubuh polos Freya kembali terekspos di depan mata Kenzi."Jangan munafik, Kenzi! Aku tau, kau menginginkan ini, jadi ayo sentuhlah! Bermainlah sepuasmu! Tapi aku mohon lepaskan aku setelah itu!" Freya tak mampu lagi menah
"Aku memaafkanmu Kenzi karena kau adalah keluargaku, tapi harusnya kau minta maaf lebih dulu pada Freya. Dia lah yang sudah kau sakiti," jawabnya."Aku tahu itu Vano, aku sudah mencoba meminta maaf padanya tapi hasilnya... dia mengabaikanku," wajah Kenzi berubah menjadi lesu, sedih, dan nampak tidak mood melakukan apapun."Itu sudah sangat baik menurutku Kenzi, jika aku yang ada di posisinya mungkin aku sudah membunuhmu dan mengabaikan kenyataan bahwa aku akan di penjara setelahnya," Vano pun memberikan jawaban yang sangat menohok, namun memang benar adanya."Aku tahu itu," jawabnya singkat."Lalu? Apa yang akan kau lakukan? Menyerahkan kembali Freya padaku?" tanya Vano dengan senyum sinisnya."No! Big No, Vano! Aku minta maaf padamu, tapi aku akan memperjuangkan Freya. Aku akan menebus semua kesalahanku padanya, jadi jangan berharap aku akan melepaskannya untukmu meskipun kau mekukuliki lagi aku tidak peduli," balas Kenzi dengan tegas.Dan apa yang Vano lakukan? Meninjunya hingga seka
"Oh iya, satu lagi antarkan sarapan ke apartemenku, dan juga suruh orang untuk mengantarkan makanan untuk makan siang juga nanti saat jamnya," imbuh Kenzi kemudian mematikan sepihak telefonnya."Baik tuan," jawabnya yang tidak terdengar oleh Kenzi karena suara telfon terputus mendahuluinya."Huft!! Akhirnya dia mematikan telefonnya juga, kalau tidak bisa mati berdiri aku hanya karena telefon darinya," pria itu pun menghela nafasnya lega setelah mendengar telefon yang di matikan oleh si penelfon.Tak! Tak! Tak!Kenzi pun kembali mendudukkan pantatnya di sofa yang tadi sempat dia duduki, "Untuk pertanyaanmu tadi kurasa aku sudah punya jawabannya, bukankah besok kita akan berangkat ke Bali? Aku akan jadikan itu sebagai ajang bulan madu juga, jadi aku minta padamu atur cuti untukku dan Freya setelah urusan kita di Bali, kau urus perusahaan selama aku tidak ada," jelas Kenzi dengan senyum simpul di bibirnya."Cih! Sudah ku duga, ujung-ujungnya kau pasti akan menyusahkanku," gerutu Vano denga
Kenzi pun mendekap tubuh wanita itu dengan cukup erat, membuat si empunya membelalakkan mata dan kaget dengan apa yang terjadi.Freya pun segera menolehkan kepalanya, dan semakin melotot saat melihat apa yang ada di depan matanya."Kenzi? Kamu itu apa-apaan sih, ngapain kamu peluk-peluk istri orang?" tanya Freya dengan alis yang bertaut."Istri orang?"Kenzi yang mendengar suara Freya berasal dari samping kanannya pun auto membuka matanya yang tadi sempat di tutupnya, karena merasa lega mengetahui Freya tak berniat pergi jauh darinya."Astaga! Ehm... Ma... Maaf saya salah orang," ucap Kenzi yang langsung melepaskan pelukannya pada wanita yang ternyata bukanlah istrinya melainkan istri seorang pria yang sudah menatap nyalang padanya sedari tadi."Pftt!!! Bwa ha... ha... ha..." Freya pun tidak sanggup lagi menahan tawanya, saat melihat wajah Kenzi yang memerah bak tomat matang itu karena terlalu malu, saat dirinya salah memeluk orang.Ya, tadinya memang orang yang dilihat Kenzi itu adalah
Kini, Kenzi dan Freya sudah berada di dalam mobil yang melaju dengan kecepatan sedang, membelah keramaian jalanan ibu kota.Freya yang masih belum bisa memaafkan Kenzi pun, memilih untuk tetap bungkam sepanjang perjalanan. Meski jujur dia sangat penasaran, kemana pria yang masih berstatus suaminya itu akan mengajaknya pergi.Hingga saat mobil yang mereka tumpangi, berbelok ke sebuah jalan yang sangat sepi. Bukan hanya sepi, namun lebih terkesan mencekam, bagi Freya.Bagaimana tidak? Bayang-bayang tentang bagaimana cara Kenzi melakukan hal bejat padanya saja, belum hilang sepenuhnya dari otak kecilnya itu. Namun kini dia hanya berdua saja dengan Kenzi, di tempat seperti ini. Tentu saja Freya patut waspada, bukan?Yap, dan saat ini Freya bergeser hingga tubuhnya menempel pada pintu mobil Kenzi, dengan wajah yang menatap waspada pada sang suami.Kenzi yang melirik sekilas ke arah Freya dan melihat ekspresi istrinya itu pun, hanya menghela nafas panjang dan berkata, "Aku tidak akan memaka