Aku tidak bohong saat mengatakan bahwa aku merindukan keluargaku. Termasuk merindukan lidah tajam kakak sulungku, sikapnya yang suka sok galak kalau cemas, juga tingkah menyebalkan adik bungsuku. Terutama, celetukannya yang kadang membuat darah tinggiku terpicu.Ya, aku merindukan semuanya.Jadi, aku maafkan pemilihan kata adik bungsuku itu dan menceritakan petualanganku dengan lengkap. Bahkan lebih lengkap daripada saat aku bercerita pada Zean. Termasuk, cerita tentang kak Ken, tetapi tidak dengan transaksiku dan Adachi.Untuk yang terakhir, aku masih tidak yakin untuk menceritakannya karena Chris juga kenal dengan Adachi. Lagipula, aku tidak ingin Zean salah paham dengan hubunganku dan Adachi.Menjelaskan hubunganku dengan Riichi saja sudah cukup sulit, karena Zean mas
Sudah bisa dipastikan bahwa topik pembicaraan di meja makan berubah menjadi lebih ringan. Kadang sempat bercanda juga, atau lebih tepatnya kak Naki dan Chris yang lagi-lagi berkolaborasi untuk menyindirku dalam berbagai hal.Biasanya, pada masa sebelum aku kabur dari rumah, aku akan marah ketika mereka mulai keterlaluan jika menyerangku secara bertubi-tubi tanpa henti. Tetapi, anehnya, malam itu aku malah terbahak.Sepertinya, ini karena aku benar-benar merindukan kehangatan keluargaku. Terlebih, mama Jessica juga memasak cukup banyak variasi makanan, dan mayoritas adalah favoritku.Intinya, hari itu berakhir dengan cukup menyenangkan.Or so I thought.*****
TOK! TOK! TOK!Tak lama kemudian, suara yang kukenal baik terdengar dari balik pintu.“Anna, it’s me. May I come in?”NICE TIMING!“Come in, Zean,” jawabku cepat sambil berusaha duduk di tepian ranjang.Detik berikutnya, Zean yang mengenakan pakaian kasual melangkah masuk ke dalam kamarku. Tangan kanannya yang membawa sebuah kantong plastik seketika menarik perhatianku.Apakah itu bubur ayam yang tadi dibilang oleh kak N
Ini curang.Ya, aku tahu. Aku sudah memikirkannya masak-masak, dan aku tidak menemukan cara yang lebih efektif tapi aman selain begini.Di satu sisi, aku sendiri merasa malu dan juga merasa bersalah. Aku malu karena tidak biasanya menggunakan cara tipikal flirting yang seperti ini untuk mendapatkan informasi. Selain itu, aku juga merasa bersalah pada Zean karena seperti sedang menggunakan afeksinya demi keuntungan pribadiku sendiri.Bahkan, rasa bersalahku menjadi semakin besar ketika Zean mendadak berhenti setelah aku berbisik di telinganya. Ia pasti sangat terkejut, karena aku pun begitu.“Percaya deh, Ka. Dia juga menikmati cara ini. Jadi, ini nggak sepenuhnya untu
Sengaja, aku tidak langsung menjawab.Dengan gerakan lambat, aku sedikit memutar tubuh hingga agak condong menghadap ke arah Zean. Mataku mengerjap lambat, lalu tersenyum. Menahan tawa."Zean ingin tahu tentang apa?" tanyaku dengan nada selembut mungkin. Aku juga menggunakan ekspresi, intonasi, serta gesture yang sama seperti Zean saat pria itu mengatakan hal yang sama padaku.Benar saja. Zean langsung tertawa. Ia pasti paham kalau barusan aku memang sengaja menirunya."Apakah Anna berjanji akan menjawab pertanyaanku?" tanya Zean balik dengan nada agak menantang, tetapi matanya menatapku menggoda.Hmmmm …
"Lalu, apa alasan Anna tidak mau dirawat di rumah sakit?" DEG! “If my memory serves me right, dulu, waktu Anna kena demam berdarah, Anna juga bersikeras agar tidak dibawa ke rumah sakit, ‘kan? Kemudian, saat kecelakaan di Seoul, Anna juga tidak mau dirawat di rumah sakit." Sialnya, Zean tidak hanya bertanya, tapi juga memberikan beberapa fakta pendukung. Secara tidak langsung, aku jadi merasa seperti dipaksa untuk menjawab. Alhasil, senyuman yang sedetik lalu masih tersungging di wajahku pun, seketika lenyap. Namun, karena Zean masih menatapku, aku segera memaksa bibirku kembali tersenyum, meskipun hasilnya agak canggung. Kemudian, aku langsung menoleh ke arah lain. Sengaja menghindari tatapannya yang membuat rasa bersalahku kian besar. Siapa juga yang menyangka kalau Zean akan menanyakan hal berat begini sepagi ini? Aku sih nggak! Karena enggan menjawab, aku pun diam. Sialnya, Zean ikut diam dan suasana di sekitar kami kembali terasa aneh. Sangat aneh dan canggung. "Jadi, ak
Hawa dingin yang menusuk kulit, serta rasa sakit dan nyeri pada sebagian besar tubuh kecilku, membuatku perlahan-lahan terjaga.Dengan gerakan lambat, aku membuka mata. Pencahayaan di ruangan ini juga agak remang-remang. Namun, untungnya, aku masih bisa melihat dengan cukup jelas.“Hm? Di mana bintang-bintangku? Kenapa langit-langit kamarku jadi putih bersih?” batinku bingung seraya mengerjap lambat dan berusaha menajamkan penglihatan.Di langit-langit kamarku, ada banyak mainan berbentuk bintang yang bisa bersinar dalam gelap. Mainan itulah yang selama ini membuatku tidak takut ketika lampu kamar dimatikan, atau ketika listrik padam. Tetapi, di mana mainanku?Kemudian, aku menoleh ke kanan. Biasanya, ada boneka beruang
"... And I'm sorry."Spontan, aku menatap Zean bingung.Kenapa Zean tiba-tiba minta maaf?"I'm sorry that I wasn't there when you got through it, Anna."Spontan, aku membulatkan bibir.OOH ITU!"No, Zean." Aku menggeleng seraya menatapnya tidak setuju."You don't need to apologize