Alagar berdiri tegak di atas reruntuhan gerbang Istana Api yang telah hancur, tangannya terangkat ke udara dan mengarah ke Dewa Nika yang terkapar lemah di tanah.
Siluet sihir Naga kegelapan yang melingkar di tubuh Alagar mulai bergerak dengan gesit, seperti hendak membelah langit dan menghantam Dewa Nika dengan kekuatan penuh.Dewa Nika merasakan tubuhnya seperti tertancap ribuan jarum, tak mampu bergerak sedikit pun. Ia berusaha keras mengumpulkan sisa tenaga, namun sia-sia belaka. Para bawahan Dewa Nika menatap putus asa, menyerah pada kekuatan sihir Alagar yang menakutkan. Mereka sadar betul bahwa jika serangan Naga kegelapan itu dilepaskan, seluruh wilayah Istana Api bisa luluh lantak.Namun, tiba-tiba Dewa Agung muncul di antara Alagar dan Dewa Nika, wajahnya penuh kemarahan dan aura kekuatannya terasa sangat kuat. Ia mengangkat tangannya dan menciptakan sekat energi yang melindungi Dewa Nika dari serangan Alagar."Berhenti, Alagar!" teriakSuni berdiri di hadapan Dewa Agung dengan penuh rasa hormat dan takjub. Matanya memandang sosok yang begitu agung di depannya, dalam posisi yang sopan, Suni membungkukkan badan sedikit pada Dewa Agung, sembari menangkupkan tinju di depan dada."Maaf, saya tidak memberikan salam pada Anda dulu tuan," ucap Suni dengan suara lembut namun jelas. Dia sadar bahwa tugasnya untuk menyelamatkan Istana Api jauh lebih penting daripada formalitas, namun dia tidak ingin melupakan adat dan tatakrama yang diajarkan oleh gurunya selama bertahun-tahun.Dewa Agung menggelengkan kepalanya perlahan, menunjukkan pengertian dan kebijaksanaannya yang mendalam. "Jangan pikirkan itu, aku tahu sangat berat bagimu untuk membunuh Ayahmu sendiri setelah baru keluar dari pertapaan mu," jawabnya dengan nada lembut dan penuh empati.Suni menghela nafas berat, merasakan beban yang selama ini menindih dadanya mulai terangkat perlahan. "Hanya itu yang bisa saya lakukan, Tuan," ujarnya sambi
Saat kedua orang tua Alagar terbaring lemah di ranjang rumah sakit, dengan peralatan medis yang terhubung ke tubuh mereka. tiba-tiba membuka matanya, seolah-olah mereka baru saja terbangun dari mimpi panjang. Viona dan Pricilia yang ada di sana bergegas mendekat, wajah mereka penuh harapan."Paman, Bibi, syukurlah kalian baik-baik saja," ucap Pricilia dengan suara bergetar, sembari menitikan air mata dan memeluk Ibu Alagar yang masih tampak lemah.Ibu Alagar mencoba tersenyum pada Pricilia, memberikan kekuatan dengan pelukan lemahnya. Sementara itu, Ayah Alagar menggenggam tangan Viona, mengisyaratkan bahwa mereka telah bangkit dari ujian ini.Viona hanya menatap mereka berdua sambil tersenyum, lega melihat mereka sudah sadar. Dia lantas bertanya pada Alagar yang berdiri di sampingnya, matanya penuh penasaran. "Apa kamu sudah menyelesaikan masalahnya?" tanyanya memastikan.Alagar menoleh ke arah Viona, mengangguk sembari tersenyum. "Sudah, semuany
Alagar bergegas cepat menuju rumah sakit, ekspresi wajahnya terluhat santai. Begitu sampai di halaman parkir, dia langsung turun dari mobil dan merasakan ada sesuatu yang ganjil di sekitarnya. Tanpa diduga, waktu seketika membeku, dan udara terasa lebih dingin.Alagar mengernyitkan dahi, tahu siapa yang datang menemuinya. Tiba-tiba, sebuah portal dimensi terbuka di depannya. Dari portal itu, muncul Dewa Agung bersama dengan Bikely dan Suni, sosok yang tak asing lagi bagi Alagar."Apa kedatanganmu ingin membalas dendam apa yang telah aku lakukan di langit?" tanya Alagar dengan suara dingin, seolah tak takut pada kekuatan mereka. Energi sihirnya mulai meluap keluar, mengepul di sekeliling tubuhnya, siap untuk melindungi diri dari serangan apapun.Suni, yang melihat kemarahan Alagar, langsung menangkuokan tinjunya, menunjukkan kesopanan dihadapan Alagar. Matanya menyiratkan rasa bersalah yang mendalam."Tuan, kedatangan kami ke sini untuk meminta maa
Alagar melangkah masuk ke rumah sakit bersama Dewa Indra dan Bikely. Wajahnya terlihat muram dan penuh kekhawatiran. Sebelumnya, Dewa Agung telah mengabarkan bahwa sosok mahluk yang sangat dibenci olehnya berhasil terlepas dari Neraka bawah. Kini, mahluk itu bebas berkeliaran dan bisa mengancam kehidupan orang-orang yang ada di bumi, termasuk orang tua Alagar.Dewa Agung sendiri telah kembali ke langit untuk mencari tahu keberadaan sosok mahluk tersebut. Mengetahui hal ini, Alagar bergegas menuju rumah sakit untuk memastikan keamanan kedua orang tuanya yang tengah dirawat.Begitu tiba di ruang perawatan, Alagar melihat kedua orang tuanya sedang tertidur pulas. Wajah mereka tampak tenang, tak menyadari bahaya yang sedang mengancam. Alagar tak dapat menahan rasa cemas yang menyelimuti hatinya. Ia menggenggam tangan ibunya dengan lembut, berbisik dalam hati agar mereka tetap aman dan selamat."Aku pasti akan tetap menjaga kalian semua," gu
Malam itu, jalanan kota yang biasanya ramai dan penuh kehidupan, terasa mencekam dan sunyi. Kabut tipis menyelimuti sudut-sudut gelap, menciptakan suasana yang semakin menakutkan. Tiba-tiba, dari kejauhan, sosok mahluk bertubuh gelap dan bermata merah muncul, mengintai orang-orang yang pulang sendirian di kegelapan malam.Dengan gerakan yang lincah dan cepat, mahluk itu menyerang korbannya, menyerap jiwa mereka seolah-olah mengisap energi vital mereka. Teriakan pilu dan jeritan ketakutan terdengar sekejap, lalu lenyap begitu saja, digantikan oleh keheningan yang lebih mencekam. Di balik kabut, tampak aura mahluk tersebut semakin gelap pekat setelah menyerap jiwa-jiwa manusia yang menjadi korbannya.Korban demi korban terus berjatuhan di berbagai sudut kota. Dari jauh, seseorang yang melihat sosok mahluk itu hanya bisa merasakan ngeri yang menggigilkan tulang.Beberapa orang mencoba melawan, namun sia-sia. Mereka yang mencoba melawan pun akhirnya
Pricilla menatap Viona dari kejauhan, hatinya teriris melihat dia bercengkrama akrab dengan ibu Alagar, seolah-olah sudah menjadi bagian dari keluarga itu. Rasa cemburu yang dia pendam kini semakin menjadi-jadi.Tanpa disadari, energi jahat yang muncul dari kecemburuan dan Amarah mulai mengumpul di sekitar Pricilla. Aura hitam kegelapan perlahan mengepung tubuh Pricilla, mengubah penampilannya menjadi lebih suram dan menyeramkan. Wajah cantik Pricilla yang biasanya penuh pesona, kini terlihat muram dan pucat.Pricilla merasa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya, namun dia tidak bisa mengendalikan perasaan cemburunya. Setiap kali melihat Viona, hatinya semakin terbakar dalam api kecemburuan yang menggelegak.Sedangkan di sisi lain, Erresira yang melihat Pricilla terjerumus dalam kegelapan merasa puas. Dia tersenyum licik, menikmati penderitaan Pricilla yang kini menjadi boneka catur dalam permainan jahatnya.Erresira berdiri di dekat pohon yang b
Alagar tiba di lokasi yang ditunjukkan Erresira. Di sana, ia melihat para bawahan Dewa Indra yang terkapar di tanah dengan kondisi memprihatinkan. Beberapa di antara mereka sudah tak bernyawa, sementara yang lain tampak menahan rasa sakit yang luar biasa.Di belakang Alagar, Dewa Indra yang baru saja tiba tak bisa menahan rasa terkejut saat melihat keadaan bawahannya. Tubuh para bawahan yang mengenaskan menjadi saksi betapa hebatnya kekuatan musuh yang harus mereka hadapi.Tiba-tiba, Yama muncul dari balik kegelapan sambil membawa sabit pengambil nyawanya. Wajahnya pucat dan penuh keringat, menandakan bahwa ia sudah berusaha sekuat tenaga untuk melawan musuh tersebut. "T-Tuan, saya tidak bisa menahannya lagi," ucap Yama dengan suara parau.Dewa Indra dan Alagar merasakan hawa membunuh yang merembes keluar dari tubuh Yama, begitu kuat sehingga mereka merasa seolah-olah ingin melebur bersama kegelapan. Mereka sadar bahwa Yama sudah kehilangan kenda
Ledakan dahsyat mengguncang langit dimensi balung, asap tebal bertebaran di sekelilingnya. Nafas Indra terlihat terengah-engah, setelah melancarkan serangan maut terakhirnya pada Yama dengan sisa-sisa energi sihirnya yang hampir habis.Rambut Indra kusut, wajahnya tampak pucat pasi, namun tatapan matanya tetap tajam dan pantang menyerah. Dalam sekejap, sosok Alagar muncul di tengah-tengah kepulan asap, menatap Indra dengan ekspresi datar."Kau terlalu berlebihan, Indra," ucap Alagar dengan nada sinis, tangannya melingkar di udara, membuat sihir perisai kegelapan sembari menyegel energi sihir Yama yang telah dikendalikan oleh Erresira.Indra tersenyum getir, menatap Alagar dengan kelelahan, efek energi sihirnya hampir terkuras habis semuanya, hal itu terasa akan menghancurkan tubuhnya. Namun, di balik senyumnya terdapat kepuasan, karena dia tahu serangan terakhirnya berhasil membuat Yama terdesak.Alagar membawa Yama yang sudah tidak berdaya mendek