Share

Part 12

“Kamu kenapa malah duduk di lantai kaya anak kecil, Arya? Saya membayar kamu bukan untuk berlaku kekanakan. Tapi untuk kerja!” sentak Pak Irsyad dengan tatapan tajam bak harimau lapar. Dasar bujang lapuk.

“Ma—maaf, Pak. Saya tiba-tiba lemas. Belum sarapan!” Mencoba berdiri tegak mesti kaki terasa gemetar.

Pak Isyad lalu segera mengayunkan kaki meninggal diriku sendiri di lobi.

Ah, sial. Malu sekali aku. Sudah sok-sokan nunjukkin foto si Nirmala sama selingkuhannya malah nggak digubris. Memang kalau sudah cinta dan bucin, orang salah juga tetap terlihat benar. Batu kali saja terlihat seperti berlian di matanya. Namanya juga lagi tergila-gila. Tapi coba lihat saja nanti jika kedok Nirmala terbongkar. Pasti dia akan menyesal tidak mendengarkan aku.

Masuk ke dalam ruangan, duduk di kursi singgasanaku lalu menyalakan laptop, mengerjakan tugas yang tiada pernah ada habisnya sambil sesekali berbalas pesan dengan sang bidadari hati.

Jak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status