Share

Part 17

Aku mendengus kesal mendengarnya. Sambil menahan emosi kukerjakan sendiri apa yang seharusnya menjadi tugas istri, menyiapkan sarapan sendiri sudah seperti seorang duda.

Padahal, dulu ketika ada Nirmala aku tidak pernah mengerjakan satu pekerjaan pun, karena semuanya sudah dipegang oleh asisten rumah tangganya. Sepertinya aku harus lebih getol lagi merayu wanita itu supaya menerimaku kembali, apalagi sekarang dia sudah tinggal di Jakarta. Tidak masalah dia cacat, yang penting banyak uang dan bisa mencukupi semua kebutuhan, juga bisa melayani semua keinginanku.

“Kamu nyetrika sendiri, Ar?” tanya Ibu saat melihat aku tengah mengenakan kemeja di kamar yang biasa dipakai untuk melicin pakaian.

“Habis mau bagaimana lagi, Bu. Siska nggak mau nyetrikain baju aku. Dia masih ngantuk katanya!” sungutku kesal.

“Istri kamu itu memang bener-bener, Ar. Maunya mainan hape terus. Nggak pernah mau bantuin Ibu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status