Dia berharap Kanzaki akan jera dan merenungkan perbuatannya lalu memberikan permintaan maaf kepadanya. Gadis itu awalnya tidak berencana melakukan kekerasan semacam ini, mau bagaimanapun yang ada dihadapannya seorang pria. Jika berhubungan dengan kekuatan fisik, dirinya jelas tidak sebanding. Belum lagi perawakan Kanzaki tidak seperti pengurung diri pada umumnya, tubuhnya justru terlihat berbentuk dan kuat. Dia jelas memperhatikan kesehatan tubuhnya dan rajin berolahraga. “Ini sakit, gadis sialan! Bukan salahku mengatakan itu, salahkanlah ibumu yang memiliki genetika dada kecil!” Kanzaki mulai menaikkan suaranya. Selain rasa sakit tidak terlihat di dadanya, Kanzaki hampir tidak pernah lagi merasakan rasa sakit secara fisik. Tidak peduli seberapa sering seseorang merasakan sakit, tidak akan ada satupun manusia yang akan terbiasa. “Anggaplah tamparanku mewakili kekecewaan orang tuamu!” balas gadis tersebut. Kanzaki dengan lesu menurunkan bahunya, wajahnya yang
“Selamat datang di alam kematian, wahai yang terpilih, Kanzaki Pratama.” Suara lembut menembus gendang telinganya, lantas dia membuka mata dan menemukan gadis teramat cantik. Iris mata ungu yang serasi dengan rambutnya, gaun putih keunguan yang seperti seorang bangsawan dia kenakan, betis dan pahanya terekspos dengan jelas. Lekuk tubuhnya juga bagus, sesuatu yang mungkin akan membuat wanita di dunia iri kepadanya. Kecantikan yang tiada bandingnya, Kanzaki sangatlah terpesona oleh gadis di depannya. “Kamu siapa? Dan di mana ini?” tanyanya dengan bingung. Kanzaki akhirnya ingat bahwa dia seharusnya sudah mati terlindas truk. Dia memang tidak pernah merasakan kematian sebelumnya, namun Kanzaki segera menyimpulkan bahwa ini alam kematian. Persis seperti perkataan wanita di depannya.“Aku adalah Violet, Dewi Violet yang mengawasi ruangan antara manusia bumi dengan alam kematian,” jawabnya dengan senyuman lembut. Kanzaki sedikit merona melihat gadis cantik y
“Um, Dewi Violet. Di mana jalan yang menuju neraka? Aku tidak melihat pintu atau apapun di sekitar sini.” Kanzaki memperhatikan sekitar dengan heran. “Tentang itu, kamu tidak akan dikirim ke neraka, surga juga tidak. Ada tempat yang menurutku mungkin lebih baik dari neraka ataupun bumi tempatmu tinggal.” Dewi Violet menunjukkan senyumannya. Kanzaki bukanlah orang naif yang akan berpikir dirinya dialihkan ke surga. Jika memang demikian, Dewi Violet seharusnya mengatakan, “Tempat terbaik di alam semesta,” dan bukan “Lebih baik dari neraka.” Selain itu, Dewi Violet tampaknya mengetahui kehidupan yang dijalani Kanzaki dan karena itulah dia menyebutkan bumi bukan tempat yang bagus bagi Kanzaki. “Lalu ke mana aku akan pergi? Jika itu lebih baik dari neraka dan bahkan bumi, aku tidak akan menolaknya,” ujar Kanzaki. Sejujurnya dia tidak ingin pergi ke tempat semenyeramkan neraka. Dia juga tidak ingin kembali ke bumi, bahkan jika itu reinkarnasi dan sejenisnya. Bila m
Dia telah melihat bagian kecil dari dunia yang akan menjadi tujuannya. Kurang lebih dia bisa menarik kesimpulan dari berbagai ingatan yang dia lihat menjadi satu kata, neraka. Dunia kacau seperti itu bukan tempat yang layak untuk menjalani kehidupan damai. Bahkan penderitaan Kanzaki tidak sebanding dengan mereka yang tinggal di dunia tersebut. “Ya, daripada memberikanmu sisi baik dunia tersebut yang bagaikan ilusi, jauh lebih baik bagimu mengetahui sisi gelapnya. Di sana, kamu memiliki tugas untuk menaklukkan Empat Pangeran Neraka yang tinggal di menara.” Dewi Violet membantu Kanzaki duduk di kursinya. Empat Pangeran Neraka adalah empat iblis tingkat tinggi yang datang dari dunia bawah untuk memberikan kehancuran. Masing-masing dari mereka membangun pasukannya sendiri dan bertindak secara individu. Meskipun tidak tampak bersekongkol, pada kenyataannya mereka memiliki tujuan yang sejalan. Tujuannya adalah memberikan teror kepada kehidupan yang tinggal di dunia fan
Angin menderu, suara kicauan burung yang stereo di telinga, udaranya segar tanpa polusi dari kendaraan bermesin. Namun dia belum melihat sperti apa rupa dunia ini. Kanzaki merasa takut membuka matanya. Setiap kali dia melakukannya, tampilan akan dirinya yang menyedihkan dari balik kaca, sosok yang dia benci menjadi pemandangan yang dia lihat, yaitu dirinya sendiri. Untuk alasan menyedihkan semacam itu, dia takut melihat apa yang ada di depannya. Akankah itu dirinya yang busuk, menyedihkan dan sampah? Ataukah pemandangan baru dari dunia yang dia pikir tidak akan pernah bisa dirinya kunjungi? “Kamu boleh membuka mata, Kanzaki. Tempat ini sengaja kupilih untuk menjadi pemandangan pertama dari duniamu yang baru.” Suara lembut, penuh cinta dan kehangatan berbisik di sisinya. Hatinya melompat senang dan ingin mengetahui siapa si baik hati yang begitu peduli kepadanya. Perlahan Kanzaki membuka matanya. Tatkala dia membuka matanya, air mata besar membasahi pipinya. T
“Kalau begitu Violet, ke mana langkah kita selanjutnya? Dari ingatanku kota Vega adalah yang terdekat.” Kanzaki meregangkan tubuhnya. Berkat ingatan yang diberikan Violet kepadanya Kanzaki mengetahui peta dunia ini dan lokasinya saat ini berada, Valhalla yang berada cukup jauh dari tempat kekacauan sesungguhnya berada. Jika ingatannya benar maka selain Empat Pangeran Neraka ada musuh lain yang sama berbahayanya dengan mereka namun untuk sekarang bukanlah waktu untuk memusingkannya. “Seperti perkataanmu bahwa kita akan pergi ke kota Vega yang merupakan kota para petualang pemula berkumpul. Kamu akan memulai adaptasi diri di kota Vega dimulai dari terbiasa dengan budaya, makanan dan membunuh monster.” Violet memberikan senyuman penuh semangat. Kanzaki menduga bahwa perjalanan ini tidak akan membosankan dengan Violet di sisinya, lagipula dia cukup menyukai mengembara berdua dengan seorang gadis ketimbang pria, keberuntungan besar bahwa yang mendatanginya seorang Dew
“Hanya dimiliki oleh Pahlawan ... apakah maksudmu, aku juga seorang Pahlawan?!” Kanzaki mulai bersemangat saat mengetahui dirinya menjadi tokoh penting begitu tiba di dunia ini.Violet melebarkan matanya dan menatap penuh arti, “Tentu saja itu tidak pasti. Kamu menerimanya langsung dari Dewi sepertiku. Seharusnya ada beberapa prosedur tertentu untuk seseorang menerimanya namun kamu adalah pengecualian karena aku akan pergi bersamamu.”Kanzaki segera kecewa karena telah mengharapkan hal konyol. Setelah dipikirkan lagi Pahlawan adalah sosok suci dan memiliki rasa keadilan yang tinggi. Jika dibandingkan dengannya maka sama artinya seseorang menghina Pahlawan karena membandingkannya dengan Kanzaki.Sepatutnya begitu, ya. Sampah sepertiku yang tidak ragu menghajar wanita bukanlah orang cocok menjadi Pahlawan. Pikirnya.“Huh. Lalu untuk apa kamu memberikannya padaku jika bahkan aku tidak memenuhi syarat menjadi Pahlawan?”“Tidak ada yang tahu tentang itu, barangkali kam
Kanzaki memandang dengan kagum pemukiman dari kota pertama yang dia masuki sejak tiba di dunia ini. Tidak ada hal spesial, bangunan dan pakaian dari rakyat dunia ini bernuansa abad pertengahan.“Inilah kota petualang pemula, kota Vega. Kamu akan mendaftarkan diri sebagai petualang karena aku tahu kamu lebih tertarik menjadi petualang ketimbang pedagang, atau bahkan kuli bangunan, kan?” Violet tersenyum menggoda selagi memimpin jalan.“Jika ada pekerjaan mengukur tubuh wanita, dengan sangat bersedia aku akan mengajukan diri di tempat pertama.” Kanzaki mengatakannya dengan lancar seakan tidak memikirkan apapun.Violet sedikit terkejut namun menghiraukannya, “Kamu beradaptasi dengan cepat sampai mampu mengatakan hal itu di depan seorang Dewi.”“Kamu mengatakan sesuatu?”“Tidak ada.”“Meski begitu penduduk di sini terlihat sangat santai terlepas dari peristiwa mengerikan yang sedang terjadi.”Kanzaki tahu bahwa krisis masih terjadi di sana-sini dan setiap keraja