Di sebuah dinding rumah yang berwarna putih dan kusam dengan lampu lima watt yang menyinarinya dengan cahayanya redup, terlihat Tono sedang bersembunyi dan mencoba lari dari sesuatu. Nafasnya terengah-engah, dia menyandarkan tubuhnya ke arah dinding yang ada di dekatnya, wajahnya terlihat penuh akan ketidakpercayaan akan sesuatu, sesuatu yang dia lihat di dalam rumah Supri yang gelap itu. “Kenapa?” “Kenapa ada dia?” “Dia kan seharusnya sudah mati.” Tono yang sedang mencoba untuk menyembunyikan dirinya di salah satu rumah yang ada disana, beberapa kali menengok ke arah rumah Supri yang letaknya agak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Dia benar-benar tidak menyangka, Desa Muara Ujung yang seharusnya ada orang didalamnya kini mendadak sepi, seperti tidak ada kehidupan sama sekali di dalamnya. Rumah-rumah yang berjejer pada malam itu tampak tidak berpenghuni, karena beberapa kali dia mengetuk-ngetuk pintu rumah ketika dia berlari namun tidak ada jawaban sama sekali dari orang-oran
Duaggg, duagggg, bragggggSebuah jendela kecil yang tertutup rapat secara tiba-tiba pada saat itu tiba-tiba terbuka dengan sendirinya. Bersamaan dengan sebuah telapak kaki yang terlihat untuk mendobrak jendela kecil itu dari dalam rumah.“Maafin gue Ibunya Jeje, udah bikin rusak jendela Ibu” katanya sambil memaksakan tubuhnya keluar dari rumah itu dengan tergesa-gesa.Adi yang awalnya berada di dalam rumah Jeje yang tertutup dengan keadaan yang gelap gulita dari dalam sana, tiba-tiba melarikan diri dengan mendobrak jendela kamar hingga dirinya bisa keluar dari dalam rumah.Setelah tahu bahwa jendela yang hanya ditutup oleh papan-papan kayu sudah terbuka dengan lebar, dia langsung memegang pinggiran jendela itu dengan kedua tangannya, memaksa tubuhnya agar bisa keluar dengan sangat cepat.Apalagi, ketika kedua tangan dan kepalanya sudah terlihat keluar jendela. Wajahnya kembali panik karena dari dalam rumah tiba-tiba ada sebuah suara yang kembali memanggilnya untuk masuk kembali ke dal
“A, A, A, Ayuuuuuuu?”“Ke, ke kenapa menyerupai Ayu?”Adi benar-benar tidak percaya, sesosok gadis kecil yang seharusnya tertidur pulas pada malam ini kini muncul di hadapannya dari balik bayangan hitam yang mengunci dirinya di dalam rumah Jeje beberapa saat yang lalu.Dia menggelengkan kepalanya beberapa kali, kedua tangannya diangkat ke atas dan di gosokan ke arah matanya seakan-akan tidak percaya atas apa yang dia lihat.“Gak, gak mungkin!”“Kenapa harus Ayu?”“Tidak, tidak, ini adalah makhluk yang lain, yang sedang menyerupai Ayu pada malam ini.”“Ayu adalah anak yang baik, dia sudah menjadi anak yatim karena Satria meninggal.”“Atau mungkin…..”HihihihihiHihihihihiHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAAyu yang berdiri dengan rambutnya yang terurai panjang, tiba-tiba tertawa dengan sangat keras. Sebuah suara tertawa yang perlahan-lahan berubah, dari yang awalnya sebuah tertawa dari anak kecil yang menakutkan, kini menjadi sebuah suara tertawa dengan nada yang berat, seperti suara dari s
“Gob*og!”“Bikin kaget aja, ngapain lo di sana?”Supri yang sedang ketakutan kini cemberut karena yang dia lihat ada di dalam tong ternyata Tono, dia duduk dengan kakinya yang di dekatkan ke tubuhnya, dengan wajah yang benar-benar pucat menatap Supri dengan tatapan yang pasrah karena nasib dirinya ternyata sama seperti Supri dan Adi yang diteror sepanjang malam ini.“Lah lo ngapain di atas sana?” kata Tono yang bertanya balik ke Supri yang melihatnya dari luar.Supri yang masih ketakutan tidak menjawab pertanyaan Tono, dia hanya menengok ke arah kiri dan kanan. Lalu tak lama, dia mengangkat salah satu kakinya dan memasukkannya ke dalam tong tersebut.“Eh, eh, eh, ngapain lo masuk, gak muat ini tong, hey! Duh ni kaki mana berlumpur lagi ampe netes ke kepala.”“Hey, hey, nyari tempat sembunyi lain sono, lo gak tahu gue lagi bersembunyi dari para dedemit itu,” kata Tono yang berusaha menahan kaki Supri yang ingin masuk ke dalam sana dengan terpaksa.“Biarin gue masuk juga Ton, gue bener-
Pak Dani yang tampak panik mendengar hal itu dari Bu Cucu, langsung berlari meninggalkan istrinya sendirian di luar rumah. Dia meninggalkan tubuhnya yang sedang dirasuki oleh leluhurnya, bersamaan dengan Ibunya Jeje yang mungkin saja sengaja di lelapkan tidurnya agar tidak mengganggu atas apa yang terjadi sekarang di Desa Muara Ujung ini.Tubuhnya yang sudah tidak muda lagi, membuat Pak Dani tampak kesusahan untuk melangkah, apalagi dia lupa tidak membawa peralatan penerangan tambahan seperti senter dan obor untuk menerangi jalanan yang masih berupa tanah yang berlumpur itu.Sesekali, Pak Dani berhenti. Rasa khawatir akan istrinya yang dia tinggalkan disana sendirian membuat dirinya menoleh ke arah rumah, dan melihat istrinya berdiri dengan tangannya yang terus bergerak.Hal ini sangat mirip dengan dirinya saat datang ke pabrik yang Pak Dani pimpin ketika di kota, ketika tubuhnya secara tidak sengaja diambil alih oleh leluhurnya dan menarik semua makhluk yang ada di pabrik itu untuk d
Hidup di tempat yang asing, hidup di tempat yang baru, juga hidup di tempat yang seharusnya adalah hutan belantara.Sudah sangat wajar apabila para manusia bisa bertemu dengan kejadian-kejadian aneh di dalamnya, kejadian yang dimana ada sangkut pautnya dengan para makhluk penunggu yang sudah lama tinggal disana, melebihi para manusia itu yang datang dan mengambil alih semuanya.Namun, bagaimana apabila ada sesosok makhluk asing yang ikut mengambil alih mereka semua, sosok yang mempengaruhi Satria sehingga kematiannya tidak tenang. Apakah makhluk itu jelmaan lain dari Satria, ataukah dia melakukan suatu ritual tertentu sehingga makhluk itu hinggap di dalam keluarganya sehingga ketika dia mati maka anaknya harus ikut mati pula.Teror yang awalnya muncul terhadapku kini meluas, bahkan sudah ada beberapa korban yang berjatuhan selain Ayu yang kini sering menjadi perwujudan makhluk itu untuk menampakan diri.Ada apa sebenarnya dengan Satria dan Ayu, kenapa dia secara sembunyi-sembunyi meny
Malam yang sangat panjang, tampaknya akan berakhir sebentar lagi. Hawa dingin yang menusuk terasa semakin dingin, disertai dengan embun-embun yang kini muncul dari dedaunan yang menandakan bahwa pagi akan muncul.Bintang-bintang yang bersinar dengan bulan yang sedikit redup, tampaknya masih berusaha ada di atas sana, sinarnya masih belum tergantikan oleh suatu cahaya baru yang muncul dari timur, cahaya yang menjadi sumber kehidupan bagi para manusia yang ada di bawahnya, juga bagi para tanaman dan pepohonan yang hidup berdampingan bersamanya.Kokokokoooook, Kokokokoooook,Terdengar beberapa kali, kokok ayam yang berkokok dengan kencang dari beberapa rumah. Rumah-rumah yang sengaja membawa hewan ternaknya dari kampung untuk di urus di desa ini.KokokokoooookSuara kokok ayam itu menggema ke seluruh desa, menandakan bahwa sebentar lagi matahari akan terbit dan menghapus malam yang panjang itu dengan sinarnya yang terang.Suara-suara ayam yang menjadi sebuah alarm alami di Desa Muara Uju
“Ayuuuuu!”Aku yang melihat Ayu seperti sedang tersiksa di atas tempat tidur, langsung mendekatinya dan mencoba menggoyang-goyangkan tubuhnya agar terbangun.Wajahnya tampak masih terpejam, dia seperti sedang mengigau dengan tangan dan kakinya yang menempel erat seperti terikat oleh sesuatu, wajahnya terlihat sedang meringis kesakitan di tengah tidurnya di pagi itu.Aku yang melihat tangan dan kakinya yang dirapatkan langsung mencoba membukanya dengan kedua tanganku, mencoba agar tubuhnya terasa bebas dan setidaknya membantu agar dia merasakan bahwa dia sama sekali tidak terikat dan itu hanyalah mimpi.Aku dengan cepat memegang kedua tangan Ayu dengan kedua tanganku, dan sekuat tenaga aku mendorongnya agar kedua tangannya yang menempel bisa terpisah.Namun,Argggghhhhhhh!Aku berusaha sekuat tenaga untuk melepaskannya, beberapa kali aku mencoba hingga urat-urat yang ada di tanganku terlihat dengan jelas. Tapi tangannya tidak bergerak sama sekali, malah tangannya semakin menempel denga