_______"Teh, beli cibay dua!""Aku cimol beli satu ribu, Teh!""Aku mau gehu juga, Teh!""Aku teh Gula batunya satu, Mbak!"Gadis-gadis yang berkeroyok cukup menyita tenagaku. Belum lagi sambil memomong Syahdan yang terus rewel. Namun, tak ada jalan lain selain memangkunya. Atau mau nangis kejer sehingga para pembeli yang semula berdesakan, perlahan-lahan berhamburan. Itu terjadi beberapa hari ke belakang, dan membuat penghasilanku menurun."Sabar ya adik-adik!" Aku mengacungkan jari tangan dan menunjuk satu persatu dari mereka. Waktu menjelang maghrib memang butuh tenaga yang ekstra."Siapa saja yang pesan Cibay?" "Aku dua, Teh!" Teriak perempuan yang menggunakan sarung corak batik."Aku beli satu saja, Teh." Timpal yang lainnya tak luput dari perhatianku dan segera kuhitung."Kalau aku beli empat, Teh!" Wanita berhijab Khimar menga
_______Dengan langkah mengendap-endap, serta menutupi kepala Syahdan yang tengah mengisap puting dada ini dengan hijab yang dikenakan, kujejakan kaki di halaman rumah yang sungguh malah membuat hatiku berdenyut nyeri. Namun, hal itu segera kutepis. Selain hendak membawa beberapa helai pakaian dan kebutuhan lainnya yang tertinggal, sebab tidak mungkin aku membelinya, uang yang kumiliki hanya sanggup untuk makan dan kebutuhan Syahdan. Aku juga ingin memastikan kabar beredar akan laki-laki yang berinisial RA yang konon kini hangat di dunia jagat maya.Sebelumnya, aku sempat mampir ke warnet dan membuka banyak situs. Ternyata, dugaanku tidak melesat, bahwa kasus ini tak lain adalah Risma dan suaminya. O, kini aku tahu jadi ini rencana yang diucapkannya tempo itu?Meskipun sempat was-was. Tapi, syukurlah dari hiruk pikuk komentar netizen yang menghujani kolom komentar, tidak terseret namaku dalam kasus ini. Dan semoga saja namaku teta
______"Kalau mau buka, silakan!" Titah Haris lembut sedikit melirik. "Aku tidak akan mengaturmu, apapun itu,"Mendengar hal demikian membuat hati Maheera seperti dihinggapi ribuan kupu-kupu yang tiba-tiba berterbangan di sana. Hal itu membuat cinta yang telah tumbuh, semakin kuat akarnya nan melekat di lubuk hati. Ya, orang lain tidak akan tahu bahwa ia telah jatuh cinta sejak lama.Maheera adalah sahabat dekat Aurel, ia tahu betul bagaimana kehidupan keluarga Aurell yang memang pas-pasan tapi memiliki sosok yang sangat bertanggung jawab. Yakni, Haris. Selama ini, Aurel selalu berkisah banyak hal tentang laki-laki itu, termasuk ia selalu membagi gajinya untuk adik semata wayang dan ibu kandungnya. Tentunya tidak mengurangi takaran untuk Aline. Sebagian disisihkan untuk tabungan, dan dijadikan modal yang lagi-lagi beruntung kali lipat. Belum lagi majikan yang selalu memberikan kepercayaan, menambah kompensasi yang tidak sedikit. Bu
_________"Ma-mak-maksudnya Mas Haris?" Tanpa disadari, mulut ini refleks bertanya. Membuat, mereka tergelak sehingga tawanya membahana mengisi ruangan.Aku hanya menunduk seraya mencengkram erat kain gendongan Syahdan. Sungguh, saat ini aku seperti seekor burung pipit di antara segerombolan burung elang. Tiada harga, serta nyali menciut."Hemm, Akhirnya, kau secara tidak langsung mengakui bahwa kaulah istri tetangga yang kurang ajar pada suami orang!" Umpat wanita yang masih berdiri di belakangku. Perempuan yang telah menyeret hingga aku berada di tempat ini.Meski ruangannya sejuk bahkan dekorasi rumah Risma cukup unik dengan berbagai interior dinding yang modern. Namun, bagiku terasa panas dan hawanya seperti di sebuah rumah angker yang puluhan tahun tidak berpenghuni. Sungguh, bahkan keringat sudah keluar entah berapa banyak. Sedangkan, wanita di belakang yang entah siapa namanya hanya bersidekap tangan di da
__________"Aku ingin kita rujuk, Aline!"Pernyataan yang terlontar dari mulut Haris ringan, membuat Aline menatap tidak percaya. Ia membeku dengan posisi menelisik kebenaran dari bola mata mantan suaminya. Namun, detik kemudian. Tatapan terkunci itu buyar, seiring tawa Aline yang tiba-tiba terkikik."Kamu tidak sedang bercanda kan, Mas?" Selidiknya.Haris yang melongok, langsung menggelengkan kepala. "Tentu saja, Aline. Untuk apa aku bercanda?""Tapi, dunia tidak selucu ini, Mas?" Aline memalingkan wajah, menatap ke sekeliling untuk mengusir rasa yang tak ia mengerti bersarang di lubuk hatinya."Aline, kita harus segera rujuk. Sebelum Ibu bersikeras untuk menjodohkan Mas dengan teman adik Mas." Haris melangkah, sehingga posisinya kini tepat di hadapan Aline. "Ingat, ada Mikhaila di antara kita, Aline!"Satu genangan yang membentuk kaca berhasil mengaburkan pandangan Aline. Me
_______Seutas senyum terbit di bibir Mutmainnah. Wanita itu lekas menepuk pundak putra sulungnya, kemudian bangkit untuk menghubungi Aurel yang tengah dikampus untuk mengatur strategi agar sahabat gadis itu bisa mudah didekati. Ya, sebab Haris telah menerima tawaran dirinya akan mencari pengganti Aline. Tak lain, adalah sahabat yang disebutkan putri bungsunya."Ibu tinggal persiapan saja untuk menyambut di rumah," tutur Aurell di akhir pembicaraan."Beres!" Mutmainnah mengacungkan jempol. Setuju akan saran dari anak bungsunya yang dikatakan cerdas. Sebelum, akhirnya sambungan telepon diputus. "Semoga saja, semuanya berjalan dengan lancar, tanpa ada kendala yang mengecewakan. " Gumamnya disela ia mulai melangkah ke arah dapur.***"Ma'af, kami tidak mau terus-terusan di teror orang asing yang menanyakan keberadaan engkau, Mbak! Mereka menganggap pesantren ini menampung wanita yang-""T
______"Apa boleh saya tahu, kenapa kau tahu nama cucu saya?". Mutmainah menatap perempuan asing di depannya dengan lekat. " Secara-""Kak Aurell telah menceritakannya, Bunda." Jawab Maheera memotong ucapannya. "Saya cukup tahu banyak tentang Kak Haris, dan insyaallah saya siap-""Apa bukan karena kasus yang lagi viral kan?" Sela Haris. Laki-laki itu kini menyela seraya menatap lawan bicaranya dengan tajam, setelah sebelumnya hanya bungkam. bahkan ia dapat menemukan pantulan dirinya di bola mata Maheera yang berwarna abu terang."Kakak boleh tanyakan langsung pada kak Aurel!" Bukan jawaban, justru perintah yang Maheera lontarkan. "Saya hanya mencari sosok yang bertanggung jawab, meskipun harus seorang duda. Itu saja.""Tidak lebih," tutur Maheera di akhir pembicaraan.Haris hanya melirik ke arah adiknya yang malah terkikik. Pria yang baru saja menyandang status sebagai duda itu mendelik,
______"Abang, aku tidak mungkin gegabah. Kalau aku pilihkan dia, berati aku sudah tahu siapa dia," Bibir Aurell mengerucut. Ia jengah saat tiba-tiba Haris mengintimidasinya dengan berbagai pertanyaan."Abang hanya heran saja, kenapa dia langsung siap nikah sama Abang-""Ya, selama ini aku suka ceritain Abang ke Maheera," seloroh Aurell memotong ucapan Haris.Sudah hampir setengah jam ia terus diintimidasi oleh kakaknya. Prihal kenapa tiba-tiba berniat mengenalkan dengan sosok sahabatnya, dan kenapa pula berfikir untuk segera memberikan calon ibu sambung untuk Mikhaila. Jelas saja hal ini di anggap unik, Oh bukan. Bagi Haris merasa ini terlalu terburu-buru.Haris tercenung, ia memicingkan matanya sehingga kedua alis tebalnya saling bertaut pada sosok wanita berhijab Khimar yang tengah sibuk memainkan ponselnya. "Maksudnya?""Ya, sebenernya Aku sudah lama merencanakan ini, Bang." Aurell mene