Ibu tiri Gebbie mendatangi pak Lius di sebuah kontruksi yang menjadi tempat kerjanya. Ia kecewa karena melihat pak Lius itu ternyata hanyalah pekerja bangunan biasa. Meski gagal memeras uang darinya, ibu tiri Gebbie tetap menemuinya dan memintanya untuk membawa Gebbie, dengan dalih Gebbie saat ini sedang mengincar harta kekayaan Hokkaido Group dan membuat malu keluarganya. Kata ‘hokkaido Group’ membuat pak Lius terdiam dan memikirkan sesuatu.
Lilis sendiri tiba-tiba di rumahnya mendapatkan panggilan dari ibunya."Lilis, ibu ada urusan mendadak malam ini dan sepertinya ibu akan pulang subuh. Apa ayahmu ada dirumah?""Ayah baru saja pergi kerja." Ucap Lilis"Kau baik-baik di rumah jangan lupa kunci pintu, oke?" Kata ibunya."Iya ibu! ini saya sudah di kamar mau siap-siap tidur." Jawab Lilis ngambek."Yasudah, Kamu tidur. Kamu hati-hati ya di rumah!" Pesan ibunya."Iya, bu..." Lilis mengakhiri panggilan dengan ibunya, ia mJack kembali kerumahnya dan menjumpai seorang wanita yang tengah duduk di belakang meja."Hai, Sayang..." sapa Cici dengan senyum sumringah. Jack membalas senyum cantik sang istri. Cici sudah berdiri menodongkan pipi untuk dicium ketika Jack melintas mengambil kemeja yang tergantung pada stand hanger di belakangnya."Jack! Kamu marah, ya?" Cici merasa kecewa karena Jack tak mencium pipinya.Jack tak bergeming. Ia melewati Cici begitu saja. Sejujurnya Jack merasa kesal karena hampir sebulan ini Cici selalu sibuk dengan urusannya sendiri. "Jack!! maafin aku, semalam habis pameran aku party sama temen-temen. Aku ketiduran di rumah teman aku.""Rumah teman?" Jack terkesiap dengan ucapan Cici."Iya!!" Jawab Cici."Jadi semalam Kamu ga bareng aku dirumah...?" Jack mencoba meyakinkan lagi."Rumah siapa? Enggak! ngapain aku kesana?" Cici malah balik bertanya. Hati Jack mencelos,"Jika bukan Cici, lal
Hati Lilis semakin remuk, setelah disakiti kini dipaksa melupakannya begitu saja. Apa yang bisa dilakukan seseorang seperti Lilis? bukankah ia harus bisa berdamai dengan keadaan dan merelakan apa yang telah hilang? pada akhirnya Ia harus menyimpan kepahitan ini jauh di dalam lubuk hatinya, sendirian.Lilis mengangguk, setidaknya Jack masih mau mengakui dan menyesali perbuatannya."Aku antar pulang sekarang?" tanya Jack lembut.Lilis menggeleng yang rupanya sudah ada di taman karena saat melihat Jack datang ke rumahnya ia pun segera pergi menjauhinya dan meninggalkan rumahnya yang ternyata Jack mengikutinya dari belakang."Kamu mau kemana lagi?" Tanya Jack.Tak biasanya Jack peduli dengan urusan orang lain, tapi rasa kepeduliannya muncul begitu saja setelah melihat kepedihan yang Lilis alami."Saya masih ada urusan," jawab Lilis lirih, masih dengan terisak.Jack ia mengambil tissu lalu mengusap air mata di pipi Lilis. Jac
Rahel berjalan-jalan di taman dan mendapati sebuah bangku kayu. Ada tulisan “Rey cinta Rahel” di sana. Ia lalu duduk di bangku tersebut dan tersenyum sembari mengelus tulisan tersebut. Sedangkan Gebbie kini mendatangi Rey yang sedang berjemur di depan kolam renang dan minta maaf karena telah membawanya tanpa ijin ke dalam pesawat. Rey tidak menghiraukannya dan berbalik menanyakan mengapa Gebbie, saat menolaknya, memintanya untuk berpikir ulang tentang perasaannya. Rey tidak percaya akan ada yang berubah seandainya ia menyukai Gebbie dengan tulus atau tidak. Gebbie membantahnya dan mengatakan akan banyak yang berubah. Bingung dan kesal, Rey menganggap Gebbie sebagai ‘mossol’, wanita dengan selera pria yang aneh dan old-fashioned dalam urusan berkencan. Ia lalu mengusirnya pergi.Setelah Gebbie pergi, Rey mendengar teriakan minta tolong dari Rahel, yang kakinya mendadak kram sehingga ia hampir tenggelam di kolam renang. Tanpa pikir panjang Rey berlari dan melompat ke dalam ko
Lilis pikir, malam kelamnya sudah berakhir begitu ia tiba-tiba terbangun di rumah temannya Diana, tapi ternyata ia salah. Rumah yang pintunya selalu terkunci rapat, kini terlihat terbuka dengan nyala lampu di mana-mana.Pikiran buruk sudah menghantuinya. Untuk itu, ia cepat-cepat berlari mengabaikan rasa tidak nyaman di sela pangkal kakinya.Begitu melihat sosok yang begitu ia kenali tengah berjongkok sembari melemparkan benda apa pun yang ditemuinya, Lilis menghela napas panjang. "Diana, akhirnya kau datang juga!"Temannya itu pun menoleh, memicingkan mata dan melangkah tegap ke arah Lilis. "Apa yang kau lakukan, Lilis? Mengapa memakai gaunku? Kau mencuri?!" tudingnya, kemudian mencengkeram lengan Lilis dengan kuat. "Argh, sakit, Diana!" Lilis membela dirinya, berusaha sekuat mungkin untuk bisa lepas dari cengkeraman kuat sang temannya itu. "Aku tidak mencuri, aku hanya meminjamnya. Akan aku kembalikan nanti." Kata Lilis.
Sedangkan Joy akhirnya mengetahui bahwa manajernya membiarkannya liburan karena mendapat ancaman penyebaran foto. "Apa?" Joy mengangkat telepon dari managernya."Apa kau sedang bahagia menikmati kebebasanmu itu?" Tanya managernya."Tentu saja, tapi aku sedikit kesal karena kau dan Gebbie sudah menipu aku. Tapi sudah lama sekali aku tidak istirahat seperti ini, jadi ini sangat menyenangkan sekali bagiku." Ucap Joy."Dan apa kau tahu kenapa kau bisa berhasil punya waktu bersenang-senang seperti itu?" Ujar managernya."Apa maksudmu?" Joy nampak serius."Aku harus bernegosiasi dengan foto itu!" Ucap managernya kesal.Panggilan telepon berakhir dan manager Joy mengirimkan foto-foto saat Joy berganti pakaian dengan seragam sekolah milik Linda.Begitu mengetahui foto yang dimaksud adalah foto saat ia berganti baju, ia pun syok. Ia lantas mendatangi Linda dan mengomelinya. Linda hanya tersenyum-senyum saja melihat
Kembali bertemu Rey, Rahel mengaku bahwa ia datang ke villa karena Rey. Rahel lantas bercerita tentang tulisan di bangku kayu dan betapa inginnya ia kembali ke villa bersama Rey, dengan Rey yang masih seperti dulu. Dengan kembali bersikap dingin, Rey berkata, “Jadi, kau seharusnya sudah tak perlu membahas ini lagi.” Rahel pergi setelah mendengar kata-kata tersebut, menuju ke jembatan di kolam. Tak lama Gebbie dan Jimmie lewat di jembatan. Melihat raut muka Rahel yang galau, serta tatapan mata Jimmie yang mendadak berubah, Gebbie memilih meninggalkan mereka berdua untuk berbicara. Setelah sempat terdiam, Rahel mengatakan bahwa meski masih sedih setiap kali Rey tidak mengiraukannya, namun ia sadar tak semua hal berjalan sesuai keinginannya.“Kau itu sudah cantik. Tetaplah jadi dirimu sendiri,” hibur Jimmie.Di tempat CEO Jackson, terlihat CEO Jackson menemui pengacara William yang melaporkan bahwa semua persiapan sudah usai. CEO Jackson mengataka
Saat Joy membersihkan badan, Linda mendatangi kamarnya dan menawarkan untuk mencucikan bajunya. Karena Joy masih di kamar mandi, Linda melihat ke mejanya dan membaca kertas bertuliskan lirik lagu yang sedang dibuat oleh Joy Saat Joy tiba, Linda mengungkapkan bahwa Joy telah berubah karena lirik yang ia buat berbeda dengan dulu. Ia pun mengingatkan bahwa Joy punya banyak penggemar yang mencintainya, sehingga ia sebaiknya tidak pacaran dengan siapa pun.Setelah Linda pergi, Joy memandangi kembali lirik lagu yang sedang ia buat.🎶Aku tidak menyadarinya di saat kau 🎶tersenyum aku juga tersenyum.🎶Senyummu bagaikan mawar putih yang 🎶selalu ku nantikan setiap pagi.🎶Langkahku selalu berusaha menuju ke 🎶arahmu.Dan saat ia membalik lipatan kecil yang ada di ujung kertas lirik, terlihat tulisan “Sub Judul: Untuk Gebbie” di sana.Rahel sendiri sedang jalan-jalan dan bertemu Rey yang sedang duduk di bangku yang bertuliskan nama mereka. Rey hen
Rahel mendesah, wajah Rahel berubah. Sebuah masalah yang tak pernah diinginkan dan sampai air mata mengaburkan pandangan serta membasahi pipinya, Rahel menyeka itu kembali dengan cepat. Dan di titik itulah Rahel merasa kehabisan air mata. "Bagaimana aku bisa sampai sejauh ini? Bagaimana bisa aku hamil dengan cepat? Apa karena aku di tiduri oleh tiga pria sekaligus? Bagaimana jika Jimmie tahu? Bagaimana kalau Rey ingat aku perna mengatakannya? Tidak! Dia saat itu sedang mabuk, dia pasti tidak akan ingat." Pikir Rahel.Hening. Tanpa sadar Rahel termangu begitu lama sebelum akhirnya mengambil sebuah keputusan. Perlahan, ia membolak-balikkan surat permohonan untuk mengugurkan bayi yang baru berusia 2 Minggu lebih itu, hingga berakhir di halaman tanda tangan, ia mengambil pena lalu menandatangani itu dengan sangat rapi. Di saat yang sama, ia mengambil korek dan asbak. Sambil mengangkat laporan rumah sakit, ia lantas menyalakan api di sudut kertas tersebut hin