Ratmi dan Naomi telah diamankan lebih dahulu. Tangan mereka diborgol ke belakang.
"Lepas!" hardik Naomi pada tim yang membopongnya menuju mobil.
"Ibu jangan melawan petugas!" balas seorang petugas yang mengeratkan cengkramannya di pundak Naomi. Ia sedikit didorong agar berhenti melawan.
Sementara, Ratmi berjalan sembari tertunduk lesu. Tidak ada perlawanan dari perempuan paruh baya itu. Iming-iming putra sambungnya telah putus di jalan. Harapan untuk hidup lebih enak tidak kesampaian.
Berbeda lagi dengan Rokidi, pria itu gemetaran sampai kencing di celana karena tidak menyangka kasus hukum ini melibatkan seorang pengusaha yang cukup dikenal di negara ini.
"Begitu saja kencing di celana," ledek seorang petugas. "mana kegarangan kamu?" tanyanya lagi.
"Ti... ti... ti... dak, Pak" sahut Rokidi terbata-bata saat digelandang menuju mobil. Manalah mungkin bagi
Tujuh bulan kemudian "Menyatakan terdakwa Keiko Naomi telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pembunuhan berencana dan turut serta melakukan penculikan. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 18 belas tahun," putus hakim. Ketuk palu hakim diiringi teriakan histeris Naomi di persidangan. Perempuan itu sulit menerima kenyataan akan hukuman yang akan dijalaninya. Hizkia dan Ruth hadir di ruang persidangan. Pria itu menggenggam erat tangan Ruth yang mendingin. Sewaktu para terdakwa Naomi, Ratmi, dan Rokidi di bawa kembali keluar dari ruang persidangan, Ruth menerima tatapan penuh kebencian dari Naomi. Ia sempat berhenti dan berteriak, "Kalian tidak akan pernah hidup tenang, meskipun saya dipenjara atau mati sekalipun!" Ruth terpengaruh dengan lontaran kalimat bernada ancaman dari Naomi. Tubuh Ruth agak lemas, untung saja suaminya langsung menopangnya dan membawanya kembali duduk ag
Setibanya di rumah, Ruth dan Hizkia disambut oleh Elkana yang semakin baik perkembangan bahasanya. "Mama... punyang... mama... punyang," soraknya gembira mengatakan pulang dengan bahasa anak-anaknya. "Halo... jagoan Papa. Papa juga pulang. Beri Papa ciuman, Nak," ujar Hizkia sembari mengelus kepala Elkana dan menyejajarkan tingginya. Elkana memberi ciuman di pipi kiri kanan Hizkia dan Ruth secara bergantian. "Papa Mama El sudah pulang? Gimana tadi hasil sidangnya?" tanya Endang antusias. Setelah Magdalena tinggal selama empat bulan di rumah Hizkia, membantu perawatan mereka dan mengasuh Elkana, giliran Endang telah tiga bulan menemani mereka. Kejadian Ratmi yang memiliki maksud lain sewaktu bekerja bersama Ruth, membuat mereka semua seperti trauma bila mempekerjakan pihak lain dalam waktu dekat. Hal itulah yang membuat baik bunda Ruth dan mama Hizkia secara bergantian tinggal di rumah Hizkia. "Hukuman penjara, Ma. Untuk Naomi 18 tahun, Ratmi
Proyek pembangunan gedung baru kembali dapat beroperasi setelah kasusnya selesai. Hari ini Hizkia telah tampak rapi, ia akan menyambangi kembali lokasi pembangunan di kota Surabaya. Hizkia akan pergi selama dua hari. "Koper kamu udah selesai ya, Papa El," ucap Ruth setelah melihat Hizkia keluar dari kamar kecil. "Kamu beneran ngga mau ikut ke Surabaya?" tanya Hizkia sembari mengusap rambutnya yang basah karena keramas. "Engga. Mama lusa pagi 'kan pulang ke Medan, aku hantarkanlah kepulangan Mama," sahut Ruth, menyerahkan kemeja dan celana panjang milik Hizkia. "Okelah. Lusa aku juga udah pulang, tapi tiba malam di rumah," terangnya. Mereka bergabung ke ruang makan. Telah ada Endang dan Elkana menanti mereka untuk sarapan bersama. Setelah sarapan selesai, Ruth beberes di dapur. "Ma, lusa aku tidak bisa mengantar kepulangan mama ya, aku tiba di Jakarta malam hari," terang Hizkia masih duduk di bangkunya. "Iya, ngga papa, kamu ada jadwal kunjungan kerja... Mama maklum," sahut Endan
"Aku turut prihatin untuk kasus yang menimpa kamu," ujar Samuel setelah menyesap teh hangat di sebuah cafe tidak jauh dari supermarket.Samuel mengetahuinya dari pemberitaan yang viral tentang penculikan istri dan anak seorang pengusaha yang dikenal banyak orang. Sementara, Samuel merasa pernah mengenal istri pengusaha yang tidak lain adalah Ruth."Ya, begitulah Sam. Tidak menyangka Kris punya niat tidak baik pada keluargaku," sahut Ruth."Padahal saat kita bersekolah dulu kalian sangat dekat dan selalu akur ya," ucap Samuel tidak habis pikir dengan teman sepermainan mereka sewaktu SMA yang akhirnya tewas oleh peluru tajam pihak berwajib."Itu makanya Sam, tadi aku sempat menolak kamu ajak untuk minum di cafe. Terus terang, aku masih sulit percaya pada orang baru," terang perempuan itu menjelaskan alasannya tadi menolak ajakan Samuel.Samuel terkekeh sembari menganggukkan kepalanya. "Ya benar, pasti sulit sekali itu." ujarnya bermaksud memahami posisi Ruth."Oh ya, sekarang kamu tugas
Lusanya, sedari pagi Endang telah bersiap-siap untuk rencana kepulangannya ke Medan. Ruth di dapur sedang menyiapkan sarapan pagi. Sementara, Elkana masih terlelap di kamarnya.Keadaan Ruth pagi ini terlihat baik, sebelum ke dapur ia telah menuntaskan panggilan alam yang tak tertahankan. Buahan serta sayuran yang dikonsumsinya semalam sungguh memberi hasil yang baik untuk pencernaannya.Menurut Ruth, ia tidak akan lagi merasa sakit atau kram perut karena sembelitnya telah terselesaikan. Ibu satu anak itu berdendang-dendang di dapur sembari menyiapkan makanan kesukaan mama mertuanya."Nampaknya Mama El sedang gembira," sapa Endang saat masuk ke dapur.Ruth terkekeh. "Iya Ma, sakit perutku sudah sembuh. Jadi, lebih enakan saja pagi ini," terangnya."Syukurlah ya," sahut Endang. "Mama ke kamar Elkana dulu ya, mana tahu cucu mama itu sudah bangun," ujarnya.
Tatapan panjang Hizkia padanya tidak diartikan apa-apa oleh Ruth. Bagi perempuan itu, malah semakin baik bila mengenal dokter yang melakukan pemeriksaan. Dengan begitu, Ruth tidak segan untuk bertanya-tanya seputar kandungan.Hizkia turut duduk di bangku samping Ruth dengan wajah sedikit tertekuk. Setelah ini, ia akan langsung meminta penjelasan bagaimana Ruth bisa tahu ada teman semasa SMA-nya yang bekerja di rumah sakit ini.Setelah Kris, pria itu juga sulit menaruh rasa percaya pada orang lain. Untuk saat ini, lebih baik ia mengikuti alur pemeriksaan kesehatan istrinya sebab itulah yang terpenting."Ada masalah apa, Ruth? Bisa diceritakan keluhannya?" tanya Samuel tanpa ada embel-embel panggilan seperti bu atau mbak. Hal itu membuat Hizkia begitu jengkel."Aku ada masalah kram perut yang beberapa hari ini aku alami Sam, terjadi berulang. Sampai-sampai aku keringat dingin karena sakitnya hampir tid
Sesampainya di rumah, suami istri itu tetap tinggal dalam keheningan. Masing-masing sibuk dengan pikirannya.Selain dilanda rasa sedih dan khawatir, Ruth malahan gondok pada suaminya yang hanya diam tanpa memberi komunikasi yang berarti atau sekedar menanyakan perasaannya. Ruth tidak berharap banyak, tetapi sikap Hizkia cukup memengaruhi dirinya.Turun dari mobil, Ruth mengambil Elkana yang tengah digendong oleh Hizkia."Elkana biar aku gendong," ucapnya sedikit ketus. Setelah mengambil Elkana, Ruth masuk meninggalkan Hizkia yang terpaku di teras rumah.Ruth segera masuk menuju kamar Elkana. Perempuan itu merebahkan putranya perlahan agar Elkana tidak terganggu tidurnya. Seharusnya saat ini mereka makan siang, tetapi cukup terlambat.Tidak ingin mengganggu Elkana, Ruth duduk di tepi ranjang putranya sembari mengamati wajah anaknya yang beranjak tumbuh dalam masa balitanya.Ruth menarik nafas panjang dan membuangnya kasar. Perempuan itu sampai menimbang bahwa ia akan menyelesaikan masa
"Jadi, kamu dulu berteman dengan Samuel sedekat apa?" tanya Hizkia setelah menyesap teh hangat yang dibuatkan istrinya di meja makan. Pria itu telah rapi dengan pakaian kerjanya. Ia terus mengamati gerak-gerik istrinya yang sesekali menyuap Elkana makan. Bocah kecil itu sedang belajar makan sendiri. "Tidak sedekat Kris, Samuel lebih tertutup. Dia lebih sering ke perpustakaan, tapi kalau lagi mau cerita... dia datang ke aku," ujar Ruth menerangkan. Hizkia menarik nafas panjang. "Ternyata kamu banyak penggemar laki-laki ya," decak Hizkia. Ruth menghentikan kegiatannya, menoleh pada suaminya. "Penggemar?" ulang Ruth. "Iya. Pria yang senang sama kamu itu banyak," terang Hizkia dongkol. Ruth tersenyum samar, pura-pura tidak memahami arah pembicaraan suaminya. "Ada lagi... sekarang masih di Palembang. Pengusaha juga. Dulu kami --" "E... eh... malah dilanjutin," gerundel Hizkia. Ruth terbahak melihat wajah Hizkia yang jengkel mendengar penuturannya. "Aku mengira tadi kamu mau mendeng