Rianne yang belum sempat menjawab sudah di angkat oleh Alexander ke dalam ruangan kecil di belakang kursinya, ruang istirahat Alexander jika dia kelelahan."Kau mau apa?" Tanya Rianne, dia sudah didudukkan di atas ranjang, dengan Alexander yang meletakkan kepala di paha sang wanita."Anna, bagaimana perasaanmu padaku? Apa kau akan meninggalkanku kalau aku berbuat salah?"Rianne diam, dia menyelipkan jarinya di rambut tebal Alexander."Kesalahan apa lagi yang kau lakukan selain membuatku terpisah dari kak Archie?"Alexander mendongak, ada tatapan penyesalan disana, dan Rianne merasa bersalah, anggap saja apa yang kakaknya alami adalah kecelakaan."Kakakku memaafkanmu, karena kau menjagaku dengan baik." Ucapnya, dia tidak bisa menatap mata sendu itu."Aku senang, andai saja aku bisa bertemu dengan kakakmu, aku akan meminta maaf, bagaimanapun, aku tidak ingin kau merasa kesepian.""Ada kau, bagaimana bisa aku kesepian.""Hum, untuk itu tolong jangan pergi, izinkan aku menjagamu."Rianne
Renata sudah berjalan ke hadapan sang Tuan, berjongkok di bawah kedua paha yang memang tidak merapat. Dengan ancang-ancang yang tepat Renata yang sudah di atas ubun-ubun keinginannya menatap lapar sesuatu yang menonjol di sana.Tangan lentiknya sudah menjulur akan rebara, tetapi Alexander lebih dulu menahan tangan tersebut dan mebatao dalam Renata yang mendongak dengan tatapannya yang sayu."Kenapa tuan? Saya akan membantu anda." Ucap Renata masih berusaha mendapatkan kesempatan."Berdirilah, ini sudah jam pulang, sebaiknya kau kembali."Renata masih tetap berjongkok, menatap minat apa yang sudah nampak disana. "Tapi tuan, anda seperti sangat membutuhkan bantuan saya.""Biar aku yang melakukannya." Alexander langsung berdiri saat mendengar suara yang sangat dikenalnya mendekat.Renata yang tadinya berjongkok langsung berdiri dan menunduk, bukan malu tetapi sangat kesal."Anna, kau sudah bangun? Kemarilah!" Rianne mendekat dan tersenyum pada Renata."Rena, pulanglah! Besok jangan lupa
Tidak hanya pengawal dan para pelayan, tetapi Alexander juga melakukan pencarian, sebagian dari mereka memeriksa CCTV untuk memastikan kemana nona mereka menghilang."Cari dia di semua ruangan." Kembali perintah Alexander menggema.Pria itu dengan langkah lebar menyusuri semua ruangan yang ada, jantungnya berdetak bayangan Rianne kembali meninggalkannya berputar di kepalanya. "Tuan, nona berada di ruang latihan." Lapor salah satu dari mereka. Alexander yang akan menuju taman belakang untuk memeriksa kamar disana urung, dia mempercepat langkahnya ke tempat dimana Rianne berada.Sampai di sana, dia melihat wanitanya, tengan memegang benda hitam dengan ukuran sedang di tangannya, tatapannya lurus kedepan, dan dengan sekali tarikan dari telunjuknya, papan berbentuk tubuh manusia diujung sana bocor di bagian dada.Alexander mendekat tanpa menimbulkan suara, dia yang akan memeluk wanitanya di hadang oleh benda berwarna hitam dengan moncong panas yang tepat berada di dada kirinya"Kau ingi
Beberapa hari setelahnya. Rianne yang merasa ada yang berubah dari Alexander mendekat, pria itu sudah bangun sejak tadi, dan sekarang berdiri di balkon kamarnya dengan piyama yang kancingnya terbuka."Kau sudah bangun?" Alexander berbalik dan merentangkan tangan meminta Rianne datang mendekat padanya.Rianne mendekat dan masuk dalam pelukan Alexander."Kau ingin kembali ke rumahmu?"Rianne mendongak, karena ini tidak disangkanya."Kalau kau izinkan, aku ingin kembali." Rianne mengucapkannya dengan suara kecil."Baiklah! Kau boleh bersiap, aku akan mengantarmu."Rianne diam, mencari keseriusan Alexander di dalam matanya. Wanita berusia 28 tahun itu menundukkan pandangan. Ada yang salah, dia ingin tetap berada di sisi Alexander tetapi begitu banyak penghalang diantara mereka.Rianne melepas rengkuhan Alexander dan masuk ke dalam kamar kembali, dia harus mempersiapkan diri. Hidup barunya akan segera dimulai.Beberapa jam berikutnya, Rianne sudah bersiap, setelah sarapan dia berjalan ke
Rianne sampai di tempat tujuan bersama Anita. Mereka hanya berjalan kaki saling bergandengan. Anita sangat menikmati masa kebebasannya, bisa di lihat dari caranya memandang jalan dengan mata yang berbinar."Kau sangat senang rupanya." Kata Rianne, mereka tengah berdiri di halaman kedai.Anita mengangguk. "Aku akan mengabdi padamu sepanjang hidupku. Kau dewi keberuntunganku, Anna." Anita memeluk Rianne sangat erat.Rianne menepuk lengan Anita lembut, "Aku senang kau memanggilku dengan nama itu, terdengar sangat akrab.""Selain tuan, siapa lagi yang memanggilmu Anna?" Tanya Anita penasaran."Kakakku. Arche, Alexander dan sekarang dirimu." Jawab Rianne dengan senyuman. Lyora dan Orlando sahabatnya tetapi mereka tidak ada hak untuk itu, sejak awal Rianne memang tidak menginginkan keduanya memanggilnya dengan nama Anna."Berarti aku orang yang spesial, begitu? Kau sangat baik. Kau memang dewi."Rianne terkekeh, dia mengajak Anita masuk ke kedai miliknya, tidak ada yang berubah sama sekali.
Di dalam kamar, kedua sepasang kekasih itu baru saja selesai dengan kegiatan mereka. Rianne terengah karena lelah, sementara Alexander sudah membaringkan tubuhnya di sebelah Rianne setelah mengecup kening wanita yang dicintainya."Anna, kau mencintaiku?" Tanya Alexander masih menatap langit kamar dengan tangan sebelah mengelus perut rata Rianne."Entahlah! Aku juga tidak tahu.""Kita menikah saja. Aku lebih tenang saat kau menjadi istriku." Alexander menoleh ke samping, keringat di wajah kekasihnya masih bercucuran."Nona Caroline bagaimana? Dia mengatakan bahwa kalian sudah bertunangan. Kau miliknya, bagaimana bisa kita menikah?"Alexander kembali menatap ke atas ke langit kamar, dia mengingat bagaimana keluarga Caroline yang memaksa mereka bertunangan karena sesuatu hal yang tidak bisa diungkapkan."Caroline, dia akan mengerti." Hanya itu yang Alexander katakan.Rianne merapatkan tubuhnya, sekarang kulit mereka saling menempel tanpa ada penghalang sedikitpun."Aku tidak ingin menjad
Alexander meminta Rianne melanjutkan makannya yang memang sisa sedikit, tetapi karena terlanjur penasaran Rianne menggeleng, laparnya sudah hilang."Tolong jelaskan padaku, kenapa Orion bisa lebih baik dari Orlando? Kau lupa bagaimana pria itu yang--," Rianne tidak bisa melanjutkan, rasa marahnya pada Orion sudah membuncah, bukan karena dia dikhianati selama ini, tetapi karena caranya yang tidak menghargainya."Sayang ....""Aku tidak tahu ada hubungan apa kau dengan Orlando sebelumnya, tetapi dia sahabatku. Dia yang menjagaku selama ini, dan kau ....?""Baiklah maafkan aku. Aku yang salah. Maafkan aku." Alexander memeluk Rianne erat. Tidak lama Rafh datang, tatapannya Alexander mengerti untuk itu dia meminta Rafh keluar lebih dulu, sementara dia menenangkan Rianne."Aku tidak menyukai Orion. Bukan karena dia mengkhianatiku dan bekerjasama dengan Lyora untuk menyakitiku, tetapi--,""Aku mengerti sayang, maafkan aku. Aku hanya membandingkan keduanya, dan ya aku salah, maafkan aku." A
Pagi harinya, setelah sarapan bersama, Alexander dan Rafh sudah akan bersiap untuk pergi dinas lagi.Semalam saat Rianne terbangun lagi, Alexander menjelaskannya perlahan, bahwa dia akan pergi untuk beberapa waktu kedepan.Rianne hanya mengiyakan, bahkan sudah mengatakan bahwa dia akan berhati-hati."Ingat pesanku. Jangan pulang terlalu malam." Rianne mengangguk."Sebenarnya lebih baik kau di mansion, disana jauh lebih aman untukmu tapi--,"Alexander menghentikan ucapannya saat Rianne memeluknya, "Aku manusia, aku butuh kebebasan, lagi, aku ingin bekerja seperti biasa."Alexander menghela napas pelan, dia mengusap rambut Rianne pelan, "Aku percaya padamu. Ingat kalau ada yang mengganggumu, kau bisa membalasnya, jangan takut aku akan membelamu."Rianne hanya berdehem, "Usiamu sudah hampir 28 tahun, kau tenang saja, aku bisa menjaga diri dengan baik." Rianne sedikit berbisik karena Rafh dan Anita menatap mereka yang masih saling berpelukan.Alexander tersenyum kecil, sepulangnya nanti d