Share

BAB 89 MALAM TERAKHIR

Aku pun langsung menghamburkan pelukan hangat kepada Ayah. Anak mana yang tidak bersedih saat mendengar seorang lelaki yang selama ini merangkul, menggandeng bahkan memberikan sandaran yang selalu saja tetap tegar walaupun aku tahu dalam hatinya pasti juga terluka.

"Kenapa kamu menangis terus, sudahi air matamu untuk keluar. Katanya mau bangkit lalu apa ini?" ujar Ayah dengan menyeka pelan butiran bening yang masih saja setia keluar tanpa bisa aku hentikan.

"Nanti kalau Rani sudah mempunyai rumah sendiri, jangan pulang. Tetap bersama Rani, jika berjauhan seperti ini lalu siapa yang akan menyeka tangisanku?"

"Makanya jangan menangis biar tidak pusing untuk siapa yang akan menghapus air mata itu. Senyum dong, mereka yang menyakiti Mbak saja bisa tertawa lebar kok Mbaknya sendiri malah sedih." Mita kembali beraksi dengan tingkah gilanya. Sontak kami semua menghela napas panjang dan menyunggingkan senyuman.

Siapa lagi yang bisa mencairkan suasana kalau bukan dia, adikku tersayang yang pen
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status