Share

Bab 2

"Hei kau! Apa kau tidak mendengarku!"

Shafiqa tersentak kaget saat Sky kembali meneriakkannya.

"I-iya Tuan, memangnya apa yang harus aku lakukan?"

Ia mendengar, hanya saja ia bingung … tugas apa yang seharusnya gadis itu lakukan? Ia sama sekali tak punya pengalaman bekerja, pun pengalaman dan gambaran apa pun perihal persoalan ranjang.

Sky berdecak, kesal. "Astaga, selain jelek kau juga sangat bodoh! Bukankah tadi aku sudah mengatakannya padamu, kalau kau sekarang adalah pelayan pribadiku!"

"Iya, aku mendengarnya. Tapi, apa tugas pelayan pribadi itu?" tanyanya polos, membuat Sky hanya bisa menggelengkan kepala.

Baru kali ini pria itu dihadapkan dengan gadis polos yang tidak tahu apa-apa. Apa ia bisa bersabar dalam menghadapinya, ataukah gadis kecil ini akan habis di tangannya sekarang juga?

Tidak! Sky bahkan belum bermain-main dengannya, ia tidak akan menghabisi Shafiqa sekarang. Mungkin nanti, setelah ia puas bermain atau mungkin setelah ia kehilangan kesabarannya dalam mengajari gadis kecil ini.

"Edward!" Sky memanggil orang kepercayaannya selama ini. Pria tampan bertubuh tegap itu pun langsung menghampiri Sky, saat mendapatkan panggilan. "Urus dia!” Sky mengedik, menunjuk Shafiqa dengan dagunya yang lancip. “Ajarkan apa saja yang harus ia lakukan di sini. Dan jelaskan tugas apa saja yang harus ia kerjakan!"

"Baik, Tuan."

"Beri dia kamar dan juga pakaian."

Dengan patuh, Shafiqa mengikuti langkah Edward hingga sampai di sebuah pintu kamar. Pria itu membuka pintu kamar itu, dan berpesan agar ia mengganti pakaian.

"Setelah kau selesai membersihkan diri, temui aku di ruangan tadi."

Tanpa menunggu jawaban dari Shafiqa, Edward pun pergi meninggalkan gadis itu di sana sendirian.

Gadis polos itu lalu mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Saat ia memasuki kamar tersebut, ia berdecak kagum melihat ruangan yang katanya itu adalah kamar pelayan.

"Bahkan kamar pelayan di sini lebih bagus, jika dibandingkan dengan kamarku di rumah paman," gumamnya.

Shafiqa mungkin tidak akan tersenyum jika saja ia tahu betul bagaimana Sky, dan apa yang bisa pria itu perbuat padanya. Namun, gadis polos itu masih terlena karena akhirnya terbebas dari rumah paman dan bibinya.

Kerap kali merasa kelaparan, mendapat siksaan … membuat kesedihan sudah jadi makanan sehari-harinya kala tinggal bersama sang paman. Makanya, mendapatkan kebahagiaan seperti ini … Shafiqa langsung terlena. Oh, setidaknya ia belum melihat perbuatan nyata dari kekejaman Sky pada dirinya.

“Baiklah … ayo kita lihat, tugas apa yang telah menantiku!”

Shafiqa berdiri di depan cermin usai membersihkan diri. Ia juga telah berpakaian rapi dengan kemeja putih yang hanya sebatas siku, dan rok berwarna hitam di atas lutut. Seharusnya rok itu sebatas paha. Akan tetapi, karena tubuhnya yang mungil membuat rok itu hanya sebatas di atas lutut. Untung saja, pinggang rok itu menggunakan sebuah karet. Hingga bisa pas di tubuhnya yang kecil.

Dengan kacamata yang masih bertengger di matanya, ia masuk ke dalam ruangan dimana ada Edward yang sedang menunggunya dengan di sana.

"Permisi Tuan."

"Masuklah," jawab Edward, pria tampan berwajah dingin itu mengarahkan pandangannya ke gadis yang akan jadi mainan baru sang majikan. Koran yang semula sedang ia baca, kini sudah terlipat lagi. Sebersit senyum tipis terlihat dari bibirnya. “Gadis ini cukup manis,” pikir Edward melihat penampilan segar Shafiqa.

Meski dalam hati, Edward pun sedikit mengasihani gadis ini. Bagaimana pun juga Shafiqa hanyalah seorang gadis polos yang harus terjerumus karena kesalahan pamannya. Tak sepatutnya ia menjadi korban.

"Kemarilah dan baca ini." Edward pun memberikan berkas yang ia pegang pada gadis bertubuh mungil itu.

Shafiqa pun mengambil berkas itu dan mulai membacanya. “Apa-apaan ini!” pekiknya dalam hati. Ia memberenggut kesal dan melihat heran pada Edward.

"Kenapa?" tanya Edward, karena melihat perubahan dari ekspresi Shafiqa.

“Ini….” Gadis itu menunjuk satu poin janggal di dalam berkas yang sedang ia baca. “Memandikannya? Apakah dia tidak bisa melakukannya sendiri?!”

“Bukankah Tuan Sky sudah bilang, kalau kau adalah pelayan pribadinya?” tanya Edward dengan tenang. Shafiqa mengangguk ragu. “Maka, apa pun yang menjadi permintaan Tuan Sky, itulah tugasmu.”

Shafiqa membuka mulutnya lebar. Ia berpikir, apakah Sky sama seperti bayi baru lahir yang bahkan tidak bisa mandi sendiri?

Shafiqa tertunduk lesu. Ternyata, tugas menjadi pelayan pribadi Sky Abraham sangat sulit. Semuanya harus ia yang menyiapkan, mulai dari makan, mandi, bahkan semua keperluan harus ia yang menyiapkannya. Benar-benar seperti mengurus bayi besar yang sudah tahu protes.

"Kau tidak usah khawatir Tuan Sky akan macam-macam padamu, karena dia tidak akan tertarik pada anak kecil sepertimu."

Shafiqa menegakkan pandangannya yang berbinar. "Benarkah?"

Edward mengangguk. “Sekarang, pergilah ke kamarnya dan layani dia.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status