Share

Bab 3

Bocah, siapa namamu?"

Shafiqa gugup setengah mati kala memasuki kamar Tuan Sky Abraham. Gadis itu tak menampik pesona yang dimiliki Sky memang besar. Wajah tampan, tatapan tajam, kekayaan … hanya saja, bayang-bayang kekejaman yang bisa saja pria itu lakukan padanya membuat ia terus bersikap jaga-jaga.

"N-namaku Shafiqa, Tuan," jawab Shafiqa sambil menunduk.

"Baiklah, Sapi, mandikan aku sekarang!"

Shafiqa mengerjap. Ia mendengus kala menyadari Sky memanggilnya dengan nama hewan. "Aihhh, tapi namaku bukan sapi! Dan aku juga tidak mau memandikanmu!”

Tak kehabisan akal, mata gelap milik Sky menatap tajam pada gadis itu.

Sky tersenyum senang saat melihat raut ketakutan dari wajah Shafiqa, karena itulah yang ia inginkan … Membuat neraka kehidupan pada gadis kecil yang sudah berani tersenyum padanya.

"Cepatlah siapkan airnya, aku mau mandi!"

Sky tidak ingin tahu sebab kegugupan Shafiqa. Apakah itu karena ia takut padanya, atau justru merasa gugup karena akan melihat tubuh orang dewasa untuk pertama kali? Apa pun alasannya, yang jelas Sky sangat menikmati raut ketakutan dan tubuh gemetar gadis itu.

Setelah air sudah siap, Sky pun masuk kedalam bath up dengan langsung melepaskan jubah mandinya yang sejak tadi ia pakai untuk menutupi tubuh kekarnya.

Shafiqa berucap dalam hati, “Astaga!” Gadis kecil itu pun langsung menutup matanya karena terkejut melihat sesuatu yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Sungguh saat ini Shafiqa merasa dilecehkan oleh Sky.

Namun, Sky sama sekali tidak peduli pada apa yang sedang dipikirkan oleh Shafiqa. Bukan tugasnya untuk mengerti dengan apa yang ia pikirkan. "Gosok punggungku cepat!”

Selama ‘memandikan’ Sky, pandangan Shafiqa terus ia jaga. Ia menolak melihat pada satu titik yang mana bisa membuat pipinya bersemu merah.

“Aneh. Seharusnya kan, dia yang malu karena bertelanjang di hadapanku! Kenapa aku yang malu melihatnya?” pikirnya selama berada di dalam bath tub yang sama dengan Sky.

Sky memejamkan matanya. Pria itu begitu menikmati sentuhan lembut tangan Shafiqa yang sedang menggosok punggungnya. Sentuhan itu terasa sangat lembut saat tangan mungil itu menyentuh tubuhnya. Tubuhya yang semula tegang seharian ini serasa rilex

.

Namun, di saat otot tubuhnya mengendur … ada satu bagian tubuhnya yang tiba-tiba mengeras. Pria itu membatin, bingung dan kesal. “Argh! Sial! Kenapa aku mudah sekali bereaksi jika dengannya!”

Usai tugas memandikan Yang Mulia Sky selesai, Shafiqa terus menggerutu di dalam kamarnya. Ia sangat kesal pada Sky, kenapa pria itu selalu merepotkannya. Untung saja saat ini pria jahat dan juga menyebalkan itu sedang pergi. Jadi untuk sementara waktu, ia bisa beristirahat dari perintah Sky yang merepotkan.

"Aakhirnya … pria itu pergi juga. Aku tidak menyangka jika menjadi seorang pelayan pribadi itu sangat melelahkan," gumamnya sambil melihat langit-langit kamar yang cukup tinggi itu.

Kali ini pemandangan langit-langit kamarnya, tidak seperti dulu. Di kamarnya dulu banyak sekali debu yang menempel di kain yang menggantung di atasnya, membuat matanya selalu kelilipan tiap kali menatap atap terlalu lama. Bukan hanya itu saja, pemandangan langit-langit di atas kamarnya sangat merusak pemandangan.

Belum lagi, terkadang ada cicak nakal yang merayap bahkan mengintip dibalik kain usang itu.

Meski kali ini gadis itu mendapatkan kondisi kamar yang jauh lebih baik, akan tetapi, ternyata ketidakberuntungan masih saja sering mengikutinya. Contohnya kali ini, mungkin ia bisa lepas dari cengkeraman singa tapi kini ia malah masuk kedalam mulut buaya.

Andai bisa, Shafiqa ingin lari dari kehidupan ini. Namun, apa boleh buat … semua garis hidupnya sudah ditentukan oleh sang Maha Pencipta. Dan ia hanya bisa menjalani semua ini dengan ikhlas juga berharap kehidupannya di masa mendatang akan menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Hari sudah hampir siang, Shafiqa pun terbangun dari tidurnya. Perutnya kini sudah sangat lapar, karena sejak pagi ia belum mengisi perutnya dengan makanan. Gadis kecil itu pun keluar dari kamarnya, lalu mencari di mana dapur berada.

"Kau pelayan baru di sini?" tanya seorang perempuan yang berusia tak jauh dari bibinya itu.

"I-iya," jawab Shafiqa menundukan kepalanya. “Namaku Shafiqa, Bibi.”

"Namaku Mada, aku kepala pelayan di sini.” Meski terlihat begitu tegas, tetapi Perempuan tua ini cukup baik, pikir Shafiqa. “Pantas saja Tuan memanggilmu Sapi.” Bibi Mada tertawa sejenak sebelum kembali berbicara, “Waktunya makan siang untuk para pelayan, ayo cepatlah.”

Shafiqa pun mengerucutkan bibirnya, "Iya, padahal namaku Shafiqa. Tapi dia selalu memanggilku Sapi.”

Bibi Mada kembali tersenyum. "Tidak apa, mungkin itu membuatnya mudah dalam menyebutkan namamu. Oh ya, sepertinya kau belum mengerti aturan bekerja di rumah ini.”

Mereka pun berbincang santai selama makan siang singkat. Setidaknya, meski Sky terus bersikap dingin padanya … ia tidak sendirian di sini. Ia masih punya teman berbagi, pelayan-pelayan lain yang ramah dan bersikap baik padanya di sini.

Setelah makan siang tadi bersama dengan para pelayan lain, Shafiqa pun kembali ke kamarnya sambil menunggu Sky pulang. Namun, karena ia kekenyangan dan tidak memiliki aktivitas apa pun untuk dikerjakan, akhirnya gadis itu pun kembali tertidur … sampai sore.

Ia bbaru merasa terusik saat merasakan benda kenyal yang menempel di bibirnya, dan menyesapnya perlahan. Merasa terganggu, dan dalam keadaan setengah sadar … akhirnya Shafiqa pun membuka matanya.

Namun, alangkah terkejutnya saat ia membuka mata!

Melihat Sky berdiri dekat dengannya, dan bahkan berani menciumnya diam-diam … refleks ia pun mendorong tubuh tuannya itu dengan kuat.

Gadis itu memekik, "Oh ya ampun! Tuan, apa yang anda lakukan!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status