Pov Dirga. "Tapi Anita mengatakan jika kalian dalam proses perceraian sejak setahun yang lalu," kata Meysa yang membuat emosi tersulut. Ternyata benar apa yang di katakan Serena adikku itu tidak seperti yang aku kira. Anita benar-benar membuatku kecewa kali ini. "Itu bohong." sahutku dengan nada tinggi. "Aku sangat mencintai istriku. Jadi, tidak mungkin aku akan menceraikan dia," Aku berbicara dengan serius."Mana aku tahu jika Anita berbohong, aku pikir kamu memang ingin bercerai. Serena sendiri membenarkan jika kalian sedang proses perceraian." jawabnya membela diri. "Itu karena ucapanmu yang mengatakan kita ada hubungan dan berencana menikah," Aku menatapnya tajam, "Seharusnya kamu tidak mengatakan kata-kata yang sudah membuat istriku terluka. Aku kecewa padamu, bisa-bisanya kamu memberinya saran agar bercerai denganku." Aku benar-benar kesal padanya. Aku mengnggapnya sebagai teman baik, seharusnya di tahu cara menghargai persahabatan kami dengan tidak saling mencampuri urus
Sudah satu jam Dirga berdiam diri di dalam mobilnya sambil mengawasi rumah mertuanya. Setelah mendengar informasi yang diberikan oleh sahabatnya beberapa jam yang lalu Dirga bergegas menuju rumah sang mertua. Namun dua satpam yang berjaga di rumah ibu mertuanya itu menolak untuk mengizinkannya masuk. Dirga tak menyerah, dia berusaha masuk dengan memanjat pagar namun usahanya gagal karena Gibran mengganti gerbang pagar rumahnya dengan pintu besi yang dilapisi kayu sehingga area rumah tidak terlihat dari luar dan sulit di panjat. Dulu rumah keluarga Serena hanya rumah kecil yang sederhana dengan halaman luas dan berpagar kayu sepinggang orang dewasa. Namun seiring dengan kesuksesan Gibran, rumah mereka berangsur-angsur berubah menjadi besar dan mewah. Bisa dikatakan Dirga jarang berkunjung ke rumah mertuanya sehingga dia cukup terkejut ketika kedatangannya beberapa bulan yang lalu di hadang oleh 2 satpam yang entah sejak kapan di sewa oleh Gibran. Hari ini Dirga kembali dibuat kaget
"Bagaimana jika adik Pak Dirga yang di tampar dan lengannya dilukai dengan pecahan kaca sampai mengalami infeksi? Apa Pak Dirga bisa memakluminya?" tanya salah satu Pengacara Serena. Sontak membuat Dirga tersulut emosinya. Dengan penuh amarah dia menatap tajam pada salah satu pengacara Serena yang mengajukan pertanyaan tersebut. "Anda sangat marah?" Pengacara Serena tersenyum puas. "Pak hakim bisa lihat sendiri. Apapun alasannya, mengangkat tangan pada wanita tidak bisa di benarkan apa lagi di maklumi." tambahnya mengutarakan pendapatnya. Setelah melihat bukti dan mendengar pernyataan dari kedua belah pihak, akhirnya hakim ketua memutuskan untuk menunda sidang sampai jadwal persidangan berikutnya. Hakim juga memberi kesempatan pada kedua belah pihak untuk mencari bukti dan membawa saksi untuk memperkuat peryataan mereka pada sidang selanjutnya. Setelah ketukan terdengar ketukan palu, ketiga hakim meninggalkan ruang sidang. Diikuti Gibran dan dua pengacaranya. Dengan wajah Sumringa
"Aku tidak bisa hidup tanpa Serena dan Zena. Aku mohon jangan pisahkan kami!" ucap Dirga memelas. "Kalau begitu kamu mati saja," ujar Gibran datar tanpa berbelas kasihan. "Aku rela mati, jika memang itu bisa menyembuhkan luka di hati Serena. Dengan sebagai hati aku akan membunuh diriku sendiri jika itu membuat Serena bahagia." kata Dirga serius. Seandainya saja semudah itu cara menebus kesalahan pada Serena. Sayangnya itu bukan yang diinginkan oleh wanita yang sudah memberikan seorang putri cantik untuknya. Sekalipun Serena terlihat dingin dan keras namun hatinya sangat lembut dan hangat. Serena adalah orang yang tidak tegaan dan mudah merasa iba kepada orang lain. "Cih. Kamu mengatakan itu karena kamu tahu Serena seperti apa?" cibir Gibran. "Asal kamu tahu kalau bukan karena Serena, sudah aku pastikan kamu terbaring di ranjang rumah sakit." sambungnya sembari menekan suaranya agar tidak berteriak. "Aku tahu. Aku sadar sepenuhnya istriku itu sangat baik. Dan aku sangat menyesal s
[Ada yang melaporkan Ayahmu karena membeli barang curian. Ayah kamu di tuduh sebagai penadah barang curian.] Mirna menjelaskan dengan terisak. [Karena itu sekarang Ayah kamu berada di kantor polisi untuk dimintai keterangan.] "Astaghfirullah,," ucap Dirga lirih sambil memijit pelipisnya.Kepalanya mendadak pusing mendengar cerita ibunya. Masalahnya dengan Serena belum selesai kini ditambah lagi dengan masalah minimarket keluarganya.[Kenapa bisa seperti itu Bu? Bukannya selama ini Ayah ambil barang langsung dari sales pabrik yang datang ke mini market kita?] tanya Dirga keheranan. Setahu Dirga barang-barang yang di jual di minimarket ayahnya itu di kirim langsung oleh sales pabrik. Bagaimana bisa tiba-tiba ayahnya di tuduh sebagai penanda barang curian. [Iya, dulu memang langsung di kirim oleh sales tapi sejak dua tahun lalu ayahmu mengambil sebagian barang toko dari teman lamanya, namanya Pak Aji.] jawab Mirna [Kata Ayahmu kalau ambil barang di Pak Aji, harganya lebih murah jadi
Pukul 12 malam lebih sepuluh menit, Dirga baru sampai di rumah orang tuanya. Begitu mendengar suara mobil berhenti di halaman rumah, Rahma di ikuti Anita langsung menyambut kedatangan Dirga. "Dirga," Mirna berhambur memeluk putra sulungnya yang baru beberapa langkah berjalan di teras rumahnya. Sambil menangis Mirna mengajak putranya masuk ke dalam rumah lalu meminta Anita untuk mengambilkan air minum untuk kakaknya yang baru sampai setelah menempuh perjalanan jauh. Setelah mereka duduk di ruang tengah Mirna memberitahu putranya itu jika malam ini suaminya harus menginap di kantor polisi untuk kepentingan penyelidikan. Kasus yang di hadapi Hendrawan cukup serius karena yang melaporkan kasus pencurian ini, langsung dari pihak perusahaan yang merasa di rugikan. Tidak hanya satu perusahaan melainkan tiga perusahaan yang sama-sama melaporkan kasus yang sama dengan pelaku yang sama pula. Meski lelah, dengan serius Dirga tetap mendengarkan cerita ibunya. Sambil menyandarkan punggungnya p
Sudah satu minggu ini Dirga mondar mandir antara kantor polisi dan rumah orang tuanya untuk menyelesaikan masalah yang menjerat Hendrawan, ayah Dirga. Setelah menemui perwakilan dari perusahaan akhirnya Hendrawan dapat di bebaskan dengan membayar denda yang nominalnya cukup menguras tabungan Dirga. Namun Dirga tidak mempermasalahkan materi yang harus dikeluarkannya. Bagi Dirga asalkan Ayahnya bisa bebas dari penjara itu jauh lebih penting ketimbang materi yang bisa dicarinya lagi. Hendrawan dapat pulang kembali setelah semua masalah administrasinya selesai. Sekitar pukul 10 pagi Dirga beserta pengacara dan Hendrawan sampai di rumahnya. Mirna langsung menyongsong kedatangan Hendrawan dengan pelukan dan tangis haru. Sama halnya dengan Anita juga putrinya Dara, mereka langsung memeluk Hendrawan sambil menangis bahagia. Berbeda dengan Mirna dan Anita, sejak di kantor polisi sampai di rumah Dira bersikap acuh pada Hendrawan. Ia memilih langsung masuk kamarnya untuk beristirahat setelah
"Apa Ayah ingin mendapatkan hukuman yang lebih dari semua ini? Apa Ayah ingin melihat Anita benar-benar jadi Janda?" Dirga menatap tajam laki-laki di depannya. "Teruslah mendo'akan aku bercerai dengan Serena. Itu sama artinya kalian mendo'akan Anita menjadi janda." ujar Dirga menantang Ayahnya. "Bisa-bisanya kamu berkata seperti itu? Apa yang sudah wanita itu katakan sama kamu sampai kamu setega itu kepada adikmu sendiri." teriak Hendrawan penuh amarah. "Wanita itu pasti sudah menghasutmu sampai kamu bersikap. seperti ini pada keluargamu." tambahnya dengan mata melotot pada Dirga. Dirga memejamkan matanya sejenak untuk mengontrol emosinya yang sudah hampir meledak. "Harusnya Ayah tanya pada anak perempuan Ayah yang sholihah itu," tunjuk Dirga pada sang adik yang hanya duduk diam sambil menundukkan kepalanya. "Tanyakan apa yang sudah dia katakan pada Serena tentang Meysa? Tanyakan juga apa yang dia katakan pada Meysa tentang pernikahan aku dan Serena?" Sekalipun Anita tidak berani